Cek Harga Saham BSI Hari Ini 15 Mei 2023 Usai Layanan Pulih Bertahap

Saham PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BRIS) atau BSI bergerak di zona merah pada perdagangan saham Senin, (15/5/2023).

oleh Agustina Melani diperbarui 15 Mei 2023, 20:26 WIB
Menteri BUMN Erick Thohir meminta PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BSI) memperkuat sistem keamanan pada teknologi informasi perusahaan. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Liputan6.com, Jakarta - Saham PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BRIS) atau BSI masih melemah pada perdagangan saham Senin, (15/5/2023). Analis menilai saham BRIS merosot seiring sentimen penurunan saham secara regional.

Dikutip dari data RTI, saham BRIS ditutup merosot 4,97 persen ke posisi Rp 1.720 per saham.  Saham BRIS dibuka melemah 45 poin ke posisi Rp 1.765 per saham. Saham BRIS berada di level tertinggi Rp 1.790 dan terendah Rp 1.685 per saham. Total frekuensi perdagangan saham 22.357 kali dengan volume perdagangan 976.651 lot saham. Nilai transaksi harian saham Rp 168,3 miliar.

Koreksi saham BRIS terjadi di tengah laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang berbalik arah menghijau. IHSG ditutup naik tipis 0,06 persen ke posisi 6.711,74. Indeks LQ45 bertambah 0,30 persen ke posisi 934,99. Sebagian besar indeks saham acuan menghijau.

Pada awal pekan ini, IHSG berada di level tertinggi 6.729,30 dan terendah 6.656,64. Sebanyak 294 saham melemah sehingga menekan IHSG. 241 saham menguat dan 209 saham diam di tempat. Total frekuensi perdagangan 1.252.299 kali dengan volume perdagangan 19,5 miliar saham.

Head of Research Jasa Utama Capital, Cheryl Tanuwijaya menuturkan, IHSG hanya naik tipis pada penutupan perdagangan Senin, 15 Mei 2023, bahkan sesi pertama koreksi dalam. Jika dilihat secara sektor, Cheryl menuturkan, sektor perbankan menjadi salah satu penekan kinerja IHSG hari ini. Ia menambahkan, saham perbankan kapitalisasi pasar terbesar juga melemah signifikan. Adapun sektor saham keuangan susut 0,45 persen pada hari ini.

 

 

 


Rekomendasi Saham

Erick Thohir meminta BSI memperbaiki kualitas keamanan IT agar tidak terulang kembali gangguan terhadap aplikasi atau mobile banking dan jaringan BSI. (Liputan6.com/Johan Tallo)

“Secara harga BRIS melemah setelah tidak mampu melampaui area resisten kuat membentuk pola double top pada level 1.800-1.815. Secara momentum indikator RSI stochastic death cross, indikasi pelemahan masih berpotensi berlanjut,” kata dia.

Cheryl menambahkan, jika masih punya saham BRIS dapat sell on strength mengingat penguatan sudah terjadi sejak Februari sehingga sudah jenuh beli. “Bagi yang belum punya, wait and see dulu,” tutur dia.

Sebelumnya, Direktur Utama Bank Syariah Indonesia (BSI) Hery Gunardi mengklaim, layanan perbankan telah kembali normal per hari ini, Kamis (11/5/2023). Seluruh layanan baik di kantor cabang, mesin anjungan tunai mandiri (ATM) maupun BSI mobile banking sudah dapat digunakan nasabah untuk bertransaksi.

Hery mengatakan, proses normalisasi layanan BSI telah dilakukan oleh perseroan dengan baik, dengan prioritas utama untuk meyakinkan dana dan data nasabah tetap aman. Layanan tersebut dapat dilakukan nasabah melalui jaringan ATM Bersama, Jalin, PRIMA, Mandiri H2H dan Visa.

Pada 11 Mei 2023, kata Hery, BSI melakukan peningkatan kapasitas agar core banking dan critical channel bisa kembali dipulihkan dengan cepat, stabil sehingga layanan kepada nasabah dapat sepenuhnya normal.

Sebelumnya PT Bank Syariah Indonesia Tbk. (BSI) menyampaikan permohonan maaf atas kendala yang dialami nasabah dalam mengakses layanan BSI sekaligus menegaskan komitmen untuk menjaga keamanan dana dan data milik nasabah.

 

Disclaimer: Setiap keputusan investasi ada di tangan pembaca. Pelajari dan analisis sebelum membeli dan menjual saham. Liputan6.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan dan kerugian yang timbul dari keputusan investasi.


Tim Pengawas IT OJK dan BI Ikut Koordinasi Percepatan Pemulihan Layanan BSI

Pekerja melayani nasabah di kantor cabang Bank Syariah Indonesia, Jakarta Selasa (2/2/2021). Dirut BSI Hery Gunardi menjelaskan bahwa integrasi tiga bank syariah BUMN yakni Bank BRI Syariah, BNI Syariah, dan Bank Syariah Mandiri telah dilaksanakan sejak Maret 2020. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Sebelumnya, sebanyak 15 juta data nasabah Bank Syariah Indonesia (BSI) diduga telah dicuri oleh kelompok peretas LockBit, menyusul adanya gangguan yang terjadi sejak 8 Mei 2023 lalu. Menanggapi kasusBSI ini, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pun langsung turun tangan.

Kepala Eksekutif Perbankan OJK Dian Ediana Rae menerangkan, pihaknya bersama Bank Indonesia (BI) telah menjalin komunikasi dengan pihak BSI. Termasuk berbagai upaya memulihkan sistem dan menjamin data dan dana nasabah tetap aman.

"Tim pengawas dan pemeriksa IT OJK & BI terus melakukan komunikasi dan koordinasi untuk percepatan pemulihan pelayanan BSI kepada nasabahnya. Saat ini sebagian besar operasi sudah kembali berjalan normal," ujarnya saat dihubungi Liputan6.com, Sabtu (13/5/2023).

Dia menerangkan, sudah meminta BSI untuk memastikan layanan kepada nasabah bisa tetap berjalan. Kemudian, meminta adanya percepatan pemulihan layanan dengan menyelesaikan sumber gangguan yang ada.

"Serta meningkatkan mitigasi untuk menyikapi potensi gangguan di kemudian hari," katanya.

Dia menuturkan, sebagai pedoman penggunaan TI di perbankan, OJK sudah Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 11/POJK.03/2022 tentang Penyelenggaraan Teknologi Informasi oleh Bank Umum, Surat Edaran Otoritas Jasa Keuangan Nomor 21/SEOJK.03/2017 tentang Penerapan Manajemen Risiko Dalam Penggunaan Teknologi Informasi oleh Bank Umum.

Selanjutnya ditindaklanjuti dengan Surat Edaran Otoritas Jasa Keuangan Nomor 29/SEOJK.03/2022 tentang Ketahanan dan Keamanan Siber bagi Bank Umum.

 


Wanti-Wanti Perbankan

Nasabah BSI, Samin (kedua kanan), penjaga SD Negeri Lodjiwetan di Solo, Jawa Tengah yang uang tabungan haji habis dimakan rayap didampingi istri membuka tabungan haji di Bank Syariah Indonesia (BSI) Cabang Solo, Jawa Tengah.

Dia menyebut, Hal-hal tersebut tidak hanya ditujukan pada BSI yang saat ini mengalami kendala namun secara umum juga pada industri perbankan. Mengingat potensi gangguan layanan merupakan salah satu tantangan yang dihadapi oleh industri perbankan dalam penggunaan teknologi informasi di era digital.

"Manajemen BSI melaporkan bahwa telah menindaklanjuti arahan OJK termasuk menyampaikan pemberitahuan kepada nasabah, memastikan keamanan dana nasabah serta memulihkan layanan di kantor cabang, ATM, mobile banking dan delivery channel lainnya secara bertahap. Selanjutnya, BSI telah meminta agar masyarakat tetap tenang," ujar dia.

"OJK terus mendorong perbankan untuk memanfaatkan teknologi informasi guna meningkatkan kualitas layanan kepada nasabah dengan tetap memperhatikan tata kelola, keamanan informasi, dan perlindungan konsumen," sambung Dian.

 

Infografis: Deretan Bank Digital di Indonesia (Liputan6.com/Abdillah)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya