75 Tahun Nakba, Hari Pengusiran Ratusan Ribu Warga Palestina oleh Israel

Aksi demo yang dinamai "Nakba 75 - Akhiri Apartheid, Akhiri Pendudukan," itu diselenggarakan untuk menunjukkan solidaritas dan menuntut aksi untuk mengakhiri dukungan Inggris atas sistem Israel yang menindas

oleh Liputan6.com diperbarui 16 Mei 2023, 08:30 WIB
Anak-anak bermain saat Hari Nakba di sebelah rumah mereka di kamp pengungsian Al-Shati, Jalur Gaza, Palestina, Rabu (15/5/2019). Hari Nakba di mana ratusan ribu rakyat Palestina eksodus dari tanah kelahirannya telah mengubah kehidupan mereka selama tujuh dekade terakhir. (MOHAMMED ABED/AFP)

Liputan6.com, Jakarta - Ribuan orang berkumpul di London pada Sabtu untuk memperingati 75 tahun Nakba atau Hari Kehancuran, diperingati warga Palestina setiap 15 Mei untuk mengenang pengusiran ratusan ribu warga Palestina dari rumah dan tanah mereka pada 1948 setelah berdirinya Israel.

Aksi demo yang dinamai "Nakba 75 - Akhiri Apartheid, Akhiri Pendudukan," itu diselenggarakan untuk menunjukkan solidaritas dan menuntut aksi untuk mengakhiri dukungan Inggris atas sistem Israel yang menindas.

Ribuan orang berkumpul di depan kantor pusat BBC dan berjalan menuju Downing Street, dimana Kantor Perdana Menteri, nomor 10, berlokasi.

Kegiatan itu diorganisir Forum Inggris-Palestina, Sahabat Al-Aqsa, Kampanye Solidaritas Palestina, dan Asosiasi Muslim Inggris.

"Kami memperingati Nakba bukan hanya sebagai peristiwa bersejarah tetapi atas proses penindasan yang berkelanjutan yang diberlakukan selama 75 tahun terakhir melalui penjajahan tanah yang sedang berlangsung, pemaksaan apartheid dan pendudukan militer," demikian pernyataan dari Kampanye Solidaritas Palestina, dikutip Antara.

"Masyarakat Palestina membutuhkan solidaritas kami saat ini lebih dari sebelumnya," tambah kelompok itu.

 

Simak Video Pilihan Ini:


Protes Pembunuhan di Palestina

Warga Palestina di Gaza melakukan protes dalam peringatan 71 tahun hari "Nakba" atau malapetaka akibat berdirinya negara Israel di sana, Rabu (15/5/2019). (AP)

Aksi Palestina juga menargetkan kantor perusahaan logistik Kuehne dan Nagel, berlokasi di Leicester, karena hubungannya dengan manufaktur senjata Israel Elbit System.

Para aktivis menyemprotkan cat pada gedung dan menghancurkan peralatan kantor termasuk telepon dan komputer.

"Kuehne dan Nagel seharusnya mengetahui bahwa dengan bekerja dengan Elbit, perusahaan senjata dan militer terbesar Israel, mereka mendukung pembunuhan dan pembersihan etnis Palestina, kata Aksi Palestina dalam sebuah pernyataan.

Pernyataan itu juga menyatakan bahwa melakukan pengiriman dan mengawasi logistik adalah kontribusi langsung terhadap rantai pasokan senjata Israel.

"Semua perusahaan seharusnya menghentikan mengambil keuntungan dari pertumpahan darah warga Palestina, atau Aksi Palestina yang akan menghentikannya," tambah pernyataan itu. (Sumber: Anadolu).

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya