Liputan6.com, Bandung - Musyawarah Rakyat (Musra) relawan Jokowi menyerahkan nama-nama kandidatnya sebagai capres cawapres. Nama Airlangga Hartarto muncul menjadi salah satu kandidat capres yang direkomendasikan Musra relawan Jokowi bersama dengan Ganjar Pranowo dan Prabowo Subianto.
Pengamat politik dari Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (Fisip) Universitas Padjadjaran (Unpad) Widya Setiabudi Sumadinata menilai capres yang diusulkan Musra relawan Jokowi memiliki pengaruh. Namun pengaruhnya tak terlalu signifikan.
Sebab capres yang diusulkan di Musra merupakan tokoh yang sudah lama muncul dan menjadi primadona diberbagai lembaga survei politik. Nama yang tak pernah masuk dalam survei politik hanya Airlangga.
“Munculnya nama Airlangga mungkin karena Ketua Umum Golkar. Kita tak bisa menafikan peran Golkar dalam pilpres. Sehingga munculnya Airlangga bisa ditafsikan bahwa Golkar patut diperhatikan dalam pilpres. Namun saya melihat Airlangga di berbagai survei namanya tak pernah masuk radar baik untuk capres maupun cawapres. Mungkin tujuan nama Airlangga masuk di cawapres hasil Musra itu hanya untuk mengapresiasi dan mengingatkan keberadaan Golkar di kancah politik nasional,” ucap Widya.
Musra relawan Jokowi juga merekomendasikan Mahfud MD, Moeldoko dan Arsjad Rasyid bersama dan Sandiaga Uno. Nama Sandiaga memang sering disebut berbagai Lembaga survei sebagai salah satu kandidat yang berpotensi maju di pilpres 2024. Namun nama untuk maju Mahfud MD, Moeldoko dan Arsjad Rasyid, sama sekali tak pernah masuk di 5 besar survei cawapres.
Widya justru heran dengan hilangnya nama Erick Thohir dan Ridwan Kamil dari rekomendasi cawapres Musra relawan Jokowi. Padahal menurut Widya, nama Erick merupakan salah satu kandidat cawapres yang memiliki elektabilitas tertinggi di berbagai survei politik.
Widya yang pernah menghadir Musra relawan Jokowi di Bandung mengatakan, jika ada beberapa elite di Musra yang ingin memasukkan nama salah satu tokoh sebagai capres atau cawapres, maka nama tersebut muncul.
“Harusnya Erick yang popular di berbagai lembaga survei, namun namanya tak direkomendasikan Musra. Aneh saja nama Erick tak masuk. Mungkin ada beberapa tokoh di Musra yang ingin memasukan nama Ketua Umum Kadin sebagai salah satu cawapres hasil Musra. Saya tak paham apakah ini aspirasi dari akar rumput atau ada pesan-pesan tertentu. Kalau ada yang cawa-cawe bisa saja itu terjadi," paparnya.
"Memang ada pihak menganggap penting bisa masuk sebagai capres atau cawapres. Pentingnya bukan sebagai calon jadi. Tetapi hanya untuk mengingatkan bahwa nama yang masuk radar capres cawapres tersebut memiliki peran. Sehingga target mereka masuk radar bukan masyarakat umum. Namun untuk meningkatkan nilai tawar ketika capres cawapres tersebut berhasil memenangkan pilpres,” kata Widya.
Namun rekomendasi capres Musra relawan Jokowi tersebut dinilai Widya tak lagi menentukan secara siginfikan terhadap pencalonan presiden. Sebab nama Ganjar dan Prabowo sudah dideklarasikan sebagai capres. Meski Erick tak disebut dalam Musra, namun menurut Widya, namanya sudah sangat kuat dan berpotensi diusung sebagai cawapres berdasarkan survei politik. Widya berkeyakinan pencalonan presiden dan wakil presiden masih sangat dipengaruhi oleh survei yang dikeluarkan lembaga survei politik dan mesin politik yang dimiliki parpol.
Baca Juga
Advertisement