Liputan6.com, Jakarta Pada tahun 2045, jumlah penduduk Indonesia diperkirakan mencapai 324 juta jiwa. Namun, saat Indonesia berusia 100 tahun tersebut, jumlah penduduk dengan usia diatas 65 tahun meningkat. Diperkirakan proporsinya mencapai 16,03 persen atau sekitar 51,93 juta jiwa.
Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN), Suharso Monoarfa mengatakan proyeksi ini menggambarkan generasi Z dan milenial saat ini nanti di tahun 2045 akan menjadi kelompok pra lansia dan lansia.
Advertisement
“Proyeksi ini menggambarkan, gen Z dan gen milenial yang akan jadi lansia dan pra lansia seharusnya bisa melakukan beberapa hal,” kata Suharso dalam Musrenbang RKP 2024 di Jakarta Convention Center (JCC), Kawasan Gelora Bung Karno, Jakarta Pusat, Selasa (16/5).
Mulai dari mempersiapkan dana pensiun dengan terus mengumpulkan bekal secara ekonomi dalam bentuk jaminan pensiun. Termasuk mempersiapkan diri dengan gaya hidup yang sehat.
“Mempersiapkan pensiun dengan terus mengumpulkan bekal secara ekonomi dalam bentuk jaminan pensiun, persiapan secara kesehatan dengan menjaga gaya hidup sehat,” kata dia.
Abdi Negara
Selain itu, dia meminta milenial yang saat ini menjadi abdi negara bisa harus bisa memperbaiki pola kebijakan dan perbaikan layanan. Agar bisa mengikuti perkembangan zaman, terutama dalam penggunaan digitalisasi.
“Generasi milenial dan gen z ini bisa harus bisa menjaga kesinambungan pertumbuhan penduduk yang seimbang dan berkualitas. Menghormati lansia sekarang, bangun kebijakan yang dukung penghidupan manusia yang sejahtera,” kata dia.
Strategi lainnya dengan mendukung dan mendorong persebaran penduduk agar tidak ada kepadatan penduduk yang bisa berdampak bagi lingkungan tersebut.
Sebagai informasi, Kementerian PPN telah melakukan kajian terkait jumlah penduduk Indonesia di tahun 2045. Sejak tahun 2020 hingga tahun 2045 mendatang jumlah penduduk dengan usia di atas 65 tahun akan terus meningkat.
Di tahun 2020, proporsi penduduk lansia hanya 6,16 persen dari jumlah penduduk 271,9 juta atau sekitar 16,79 juta jiwa. Sementara di tahun 2045 jumlahnya mencapai 51,93 juta jiwa.
Dalam waktu yang bersamaan proporsi jumlah penduduk usia 0-14 tahun dan 15-64 tahun terus mengalami penurunan hingga tahun 2045. Dalam waktu kurang lebih 22 tahun lagi, diperkirakan jumlah penduduk usia 0-14 tahun sebanyak 61,85 juta jiwa sedangkan usia 15-24 sebanyak 210,21 juta jiwa.
Jadi Negara Maju, Usia Harapan Hidup Warga Indonesia Tembus 80 Tahun di 2045
Pemerintah terus berupaya menyongsong program Indonesia Emas 2045, dimana RI pada tahun tersebut akan mendapat bonus demografi yakni 70 persen jumlah penduduknya masuk dalam usia produktif (15-64 tahun).
Tak hanya usia produktif, pemerintah juga target meningkatkan usia harapan hidup para lansia hingga 80 tahun.
Menteri PPN/Kepala Bappenas Soeharso Monoarfa mengatakan, target itu bisa dicapai lewat skenario optimistis. Sehingga usia harapan hidup masyarakat Indonesia bisa setara dengan negara maju.
"Skenario ini akan kita capai dengan menargetkan usia harapan hidup sebesar 80 tahun, yang sederajat dengan negara-negara maju," ujar Soeharso dalam Musrenbangnas RKP 2024 dan Peluncuran Proyeksi Penduduk 2020-2050, Selasa (16/5/2025).
Lewat skenario tersebut, ia memaparkan, total tingkat kematian atau total mortality rate (TFR) dijaga pada angka 2.0, dan angka kematian bayi (infant mortality rate) mencapai 4.2.
Guna menggapai target itu, Soeharso menilai, pemerintah perlu menerapkan 5 kebijakan/strategi dalam rangka mengantisipasi perubahan demografi yang terjadi. Pertama, perlu mewujudkan pertumbuhan penduduk yang seimbang.
Kedua, perlu memastikan kesenjangan kualitas sumber daya manusia agar dapat tertutupi. Ketiga, perlu menunjang pertambahan penduduk lansia di masa yang akan datang.
Advertisement
Perpindahan Penduduk
Keempat, perlu mendorong perpindahan penduduk sehingga persebaran penduduk menjadi lebih merata. Terakhir, pemerintah perlu menjaga keseimbangan pembangunan desa dan kota.
"Untuk mewujudkan pertumbuhan yang seimbang, pemerintah perlu menyusun kebijakan Keluarga Berencana era baru. Kebijakan tersebut perlu memastikan bahwa pasangan muda siap dalam membangun keluarga," imbuh Soeharso.
Soeharso menekankan, salah satu yang perlu diperhatikan adalah bagaimana pasangan muda mempersiapkan diri secara sosial/ekonomi untuk menghasilkan anak yang berkualitas.
Selain itu, perlu dipastikan ke depannya pemerintah mengembangkan care economy untuk menyeimbangkan partisipasi kerja per puan dan laki-laki dengan memastikan sistem pengasuhan anak yang baik.
"Pemerintah perlu memperkuat strategi komunikasi, informasi, dan edukasi Keluarga Berencana sesuai kondisi wilayah dan kelompok sasaran," pungkas dia.