Intip Prediksi Kurs Rupiah Terhadap Dolar AS Hari Ini, Melemah atau Menguat?

Analis Pasar Uang Bank Mandiri Reny Eka Putri memperkirakan pergerakan rupiah sepanjang hari ini berada di kisaran 14.765-14.856 per dolar Amerika Serikat (AS).

oleh Arief Rahman H diperbarui 17 Mei 2023, 10:45 WIB
Analis Pasar Uang Bank Mandiri Reny Eka Putri memperkirakan pergerakan rupiah sepanjang hari ini berada di kisaran 14.765-14.856 per dolar Amerika Serikat (AS). (Gambar oleh iqbal nuril anwar dari Pixabay)

Liputan6.com, Jakarta Analis Pasar Uang Bank Mandiri Reny Eka Putri memperkirakan pergerakan rupiah sepanjang hari ini berada di kisaran 14.765-14.856 per dolar Amerika Serikat (AS).

Hal ini didorong oleh sejumlah sentimen eksternal, seperti membaiknya data ekonomi AS.

“Membaiknya data-data ekonomi AS terakhir terutama penambahan lapangan kerja dan tingkat pengangguran yang menurun membuat dolar AS kembali menguat,” ujar Reny, di Jakarta, Rabu.

Nilai tukar (kurs) rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Rabu pagi menurun 0,29 persen atau 42,5 poin ke posisi Rp14.862 per dolar AS dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya Rp14.820 per dolar AS.

Dia menyatakan spekulasi bahwa Fed Funds Rate masih akan dipertahankan pada level yang tinggi dan inflasi AS yang masih sulit ke level 2 persen turut mendorong dolar AS menguat.

“Saat ini, pelaku pasar sedang wait and see menunggu hasil kesepakatan mengenai US debt ceiling antara Joe Biden dan kongres untuk menghindari default,” ujar dia.

Faktor Domestik

Sementara itu, faktor domestik yang memperlihatkan rilis data neraca dagang Indonesia yang mencatatkan surplus tidak terlalu berpengaruh positif terhadap rupiah.

Presiden Joe Biden dan anggota kongres utama dari Partai Republik Kevin McCarthy disebut telah mendekati kesepakatan untuk menghindari gagal bayar utang AS, tetapi belum ada yang pasti. Ironisnya, risiko AS gagal membayar utang telah menempatkan tawaran pada mata uang AS.

"Dominasi dolar dalam sistem pembayaran global memberikan penjelasan yang kuat mengapa. Pukulan telak bagi ekonomi nomor satu dunia hanya akan menimbulkan gelombang kejut negatif bagi ekonomi global, dan mengurangi selera risiko, yang dengan demikian akan menjadi peristiwa safe-haven,” kata ahli strategi Rabobank Jane Foley.


Fundamental Ekonomi Kuat, BI Yakin Rupiah Tak Bakal Melemah di 2023

Petugas Bank menunjukkan uang pecahan rupiah di Bank BRI Syariah, Jakarta, Selasa (28/2). Pelemahan rupiah ini seiring dengan mata uang lainnya di Asia. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) bergerak menguat sejak awal tahun ini. Tercatat pada hari ini rupiah dibuka menguat 11 poin atau 0,07 persen ke posisi 14.975 per dolar AS.

Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo mengatakan, gerak nilai tukar rupiah sepanjang tahun cenderung mengalami penguatan seperti yang telah terjadi di awal tahun. Hal ini dasarkan pada perbaikan kondisi fundamental perekonomian Indonesia hingga akhir 2022.

"Kami meyakini nilai tukar rupiah akan menguat karena faktor fundamental, semuanya memberikan justifikasi bahwa nilai tukar akan menguat," kata Perry dalam acara Laporan Transparansi dan Akuntabilitas Bank Indonesia (LTABI) 2022 di Jakarta, Senin (30/1/2023).

Perry menyampaikan, kian membaiknya faktor fundamental tersebut tercermin dari peningkatan aliran modal asing yang masuk ke pasar keuangan Indonesia. Perry mencatat, aliran modal asing masuk sebesar USD 2,4 miliar ke pasar keuangan Indonesia.

Selain itu, tren laju inflasi di Tanah Air juga masih terkendali hingga memasuki akhir tahun 2022. Perry optimis, tingkat inflasi inti akan berada di bawah 4 persen pada semester I 2023, sementara inflasi umum akan berada di bawah 4 persen di semester II 2023.

"Inflasi dari 5,5 persen kami pastikan inflasi inti di semester satu (2023) di bawah 4 persen," tekan Perry.

Kinerja konsumsi rumah tangga diprakirakan akan tumbuh lebih tinggi cepat pasca terdampak pandemi Covid-19. Hal ini sejalan dengan meningkatnya mobilitas masyarakat pasca penghapusan kebijakan Pemberlakuan Pembatasan Kebijakan Masyarakat (PPKM).

Pada 2023, pertumbuhan ekonomi diprakirakan berlanjut, meskipun sedikit melambat ke titik tengah kisaran 4,5 sampai 5,3 persen, sejalan dengan menurunnya prospek pertumbuhan ekonomi global.


Kurs Rupiah Perkasa di Awal Pekan, tapi Berpotensi Tembus 15.000 per Dolar AS

Ilustrasi uang rupiah. (Bola.com/Pixabay)

Nilai tukar rupiah menguat pada Senin pagi seiring pasar menunggu hasil pertemuan pertama Komite Pasar Terbuka Federal atau The Federal Open Market Committee (FOMC) pekan ini.

Kurs rupiah pada Senin pagi dibuka menguat 11 poin atau 0,07 persen ke posisi 14.975 per dolar AS dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya Jumat (27/1) 14.986 per dolar AS.

"Rupiah relatif akan bergerak sideways (datar) hari ini ke kisaran Rp14.926 per dolar AS hingga Rp15.022 per dolar AS," kata Analis Pasar Uang Bank Mandiri Reny Eka Putri dikutip dari Antara, Senin (30/1/2023).

Reny menuturkan pada akhir bulan data-data domestik cenderung minim sehingga pelaku pasar akan lebih terpengaruh oleh sentimen dari eksternal seperti pertemuan FOMC pada pekan ini terkait kebijakan suku bunga acuan di Amerika Serikat (AS).

Pergerakan tenang menjelang pertemuan kebijakan dari bank sentral AS (Federal Reserve/Fed), Bank Sentral Eropa (ECB) dan Bank Sentral Inggris (BoE) pekan ini.

The Fed secara luas diperkirakan akan memberikan kenaikan suku bunga 25 basis poin (bps), sementara ECB dan BoE kemungkinan akan menaikkan suku bunga masing-masing sebesar 50 basis poin.

Menurut Reny, perkiraan kenaikan suku bunga acuan AS, Fed Funds Rate, sebesar 25 (bps) sesuai dengan perkembangan data-data ekonomi AS terakhir dengan tekanan inflasi yang mulai menurun.

Infografis Rupiah dan Bursa Saham Bergulat Melawan Corona (Liputan6.com/Triyasni)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya