Liputan6.com, Jakarta - Drakor True Love yang dibintangi oleh Yoo In Na menuai kontroversi atas dialog dalam episode terbarunya. Dialog tersebut tayang pada episode 9, minggu lalu. Karakter Deborah yang diperankan oleh Yoo In Na menyinggung pentingnya menjaga penampilan fisik seseorang, dengan mengutip kamp Auschwitz sebagai contohnya.
“Di kamp konsentrasi Auschwitz, ada tahanan yang mengambil satu cangkir air, meminum setengahnya dan menggunakan setengahnya lagi untuk mencuci muka. Dan mereka akan menggunakan pecahan kaca untuk mencukur wajah mereka sambil melihat (pantulan mereka di) bagian belakang nampan makanan. Dan mereka selamat,” kata Deborah dalam drakor komedia romantis tersebut.
Advertisement
Kemudian karakter itu melanjutkan, “Merawat penampilan dan berdandan adalah masalah bertahan hidup. Sebagai seorang lajang, bukankah aku harus mencoba untuk bertahan hidup?”
Dikutip dari Naver, setelah dialog tersebut memicu amarah penonton, baik di dalam maupun luar negeri, tim produksi dengan sigap merilis permintaan maaf resmi pada Kamis (18/5/2023) kemarin.
Minta Maaf
“Ini adalah tim produksi "True to Love" ENA. Kami mohon maaf karena menyebabkan ketidaknyamanan melalui dialog tertentu dari Episode 9 ‘True to Love’, yang tayang pada 9 Mei,” pembuka dari pernyataan tim.
Mereka juga meminta maaf karena telah menggunakan tragedi sejarah itu dengan kurangnya riset mendalam. “Kami seharusnya membicarakannya dari perspektif yang akurat secara historis, tetapi kami tidak memikirkan semuanya dengan hati-hati. Sama sekali bukan niat kami untuk menggunakan tragedi sejarah dengan enteng, dan kami dengan tulus meminta maaf sekali lagi.”
“Kami akan lebih berhati-hati selama proses produksi di masa mendatang,” pungkasnya.
Advertisement
Kata Netizen
Penonton benar-benar dibuat naik pitam dengan penulis skrip drakor True Love. Mereka kesal lantaran sejarah kelam tersebut dikaitkan dengan standar kecantikan di Korea.
“Seseorang benar-benar menulis skrip ini dan berpikir itu adalah ide yang bagus. Menggunakan tragedi sejarah asing untuk menghubungkannya dengan standar kecantikan Korea. Anda (penulis skrip) sangat tidak realistis. Konyol.” tulis Ky***
Publik juga mengatakan bahwa pemilihan skrip tersebut tidak mempertimbangkan norma kesopanan. “Dialog yang tidak bijaksana dan bodoh tanpa rasa hormat dan dasar kesopanan terhadap jutaan orang di luar sana,” kata Goo****
Kamp Auschwitz
Kamp konsentrasi Auschwitz adalah kamp terbesar di Jerman selama Perang Dunia II dan merupakan tempat pembantaian orang Yahudi, tempat terjadinya tragedi yang mengerikan.
Pada saat itu, diketahui bahwa alasan orang Yahudi membasuh muka dengan air yang tersisa dalam cawan bukanlah untuk mempercantik penampilan atau berdandan, tetapi untuk menjaga martabat manusia dan untuk bertahan hidup.
Advertisement