Liputan6.com, Jakarta Menyandang Tuli tak membuat Surya Sahetapy gentar dalam mengenyam pendidikan tinggi. Baru-baru ini putra penyanyi Dewi Yull itu berhasil meraih gelar S2 di Rochester Institute of Technology (RIT), Amerika.
Kabar bahagia ini dibagikan Surya Sahetapy di Instagram centang birunya. Dalam unggahan foto ia memberi keterangan bahwa dirinya terpilih menjadi lulusan berprestasi.
Advertisement
“Hai mendiang Kak Gisca! Saya merasa terhormat untuk memberi kabar bahwa saya telah terpilih sebagai Mahasiswa Lulusan Berprestasi dalam Master of Science Degree category dan the NTID Graduate College Delegate untuk tahun ajaran 2022-2023,” tulis Surya yang didedikasikan untuk Gisca, kakaknya yang juga menyandang Tuli dan telah tiada.
“Selain itu, saya juga menerima the International Student Outstanding Service Award. Abi dan Ibu kita akan hadir di acara wisuda saya! Tidak sabar menyambut mereka di Rochester, NY!” tambahnya.
Wisuda Surya pun digelar pada Sabtu, 13 Mei pukul 17:30 - 19:30 EST atau 14 Mei pukul 04:30 - 06:30 WIB.
“Ini merupakan hari yang spesial bagi saya, dan saya akan sangat senang jika Anda semua bisa hadir untuk merayakannya bersama saya!” tambahnya.
Dewi Yull pun bertolak ke Amerika untuk menyaksikan langsung wisuda putranya. Ia mengaku bangga karena Surya bisa selangkah lebih maju menuju masa depannya.
Meraih Tiga Penghargaan
Melalui Instagram pribadi, Dewi Yull menyebarkan kabar bagahia ini.
“Surya baru lulus S2 di RIT (Rochester Institute of Technology) 2023 setelah sebelumnya mendapatkan beasiswa penuh dari Sasakawa - De Caro RITNTID ( Nippon Foundation) Kali ini Surya lulus dengan meraih 3 penghargaan sekaligus,” tulis Dewi.
Ketiga penghargaan itu adalah:
- International Student Outstanding Service Award.
- The Outstanding Graduating Student Award In The Master's Degree.
- NTID Graduate College Delegate.
“Menurut teman-teman kuliah, para dosen, dan rektornya, jarang sekali mahasiswa memborong achievement sebanyak itu. Alhamdullilah sujud syukur, percayalah bahwa waktu dan kesabaran pasti mendapat balasan satu saat,” ujar Dewi bangga.
Advertisement
Awal Mula Mengetahui RIT
Surya pun bercerita soal awal mula mengetahui RIT dan memutuskan kuliah di sana.
“RIT/NTID, saya pertama kali mengetahui tentang Anda melalui Federasi Tuli Dunia di Turki pada tahun 2015 ketika saya bertemu dengan salah satu panutan Tuli saya, Peter Hauser, dan itu adalah sebuah perkenalan yang akan selamanya mengubah hidup saya.”
Pada 2016, salah satu dosen RIT, Michael Steven Stein mengatur kunjungan untuk Surya dan dua temannya untuk merasakan lingkungan RIT/NTID secara langsung.
“Selama kunjungan tersebut, sesuatu menyala dalam diri saya, dan saya merasakan kegembiraan dan kemungkinan yang luar biasa. Tahun berikutnya, ketika Cristophorus Subandi Budidharma mendaftar di RIT/NTID untuk ilmu biomedis, kegembiraan saya tidak mengenal batas.”
Baik Michael Steven Stein maupun Cristo terus mendorong dan menginspirasi Surya untuk mempertimbangkan melanjutkan pendidikan di RIT/NTID.
Diterima pada 2018
Surya pun mendaftar dan pada 2018, ia diterima di RIT/NTID.
“Itu adalah momen yang sangat menggembirakan dan juga merupakan salah satu momen perenungan yang luar biasa. Membuat keputusan untuk meninggalkan keluarga saya di Indonesia tidak diragukan lagi merupakan hal yang menakutkan, tetapi saya tahu di lubuk hati saya bahwa ini adalah kesempatan yang tidak bisa saya lewatkan.”
Menurutnya, kuliah di RIT adalah kesempatan yang baik untuk tumbuh dan berkembang dan merupakan jalan yang tak bisa dilewatkan.
“Perjalanan saya bersama Anda (RIT) sungguh luar biasa. Saya dipenuhi dengan rasa syukur yang tak terhingga atas pengetahuan dan pengalaman tak ternilai yang telah saya dapatkan selama ini.”
“Kehormatan untuk mendapatkan gelar Associate of Science, Bachelor of Science, dan Master of Science di institusi Anda yang terhormat adalah bukti dari dedikasi dan dukungan yang tak tergoyahkan yang telah saya terima dari komunitas RIT/NTID,” kata Surya.
Advertisement