Harga Telur di Makassar Tembus Rp 60 Ribu, Pedagang Kue Ngeluh

Harga kebutuhan pangan pokok memang rentan akan fluktuasi harga, yakni penurunan dan kenaikan harga secara cepat, salah satunya komoditas telur saat ini sedang melambung tinggi di beberapa daerah, termasuk di Makassar, Sulawesi Selatan.

oleh Tira Santia diperbarui 20 Mei 2023, 14:00 WIB
Telur ayam ras yang dijual di Pasar Kebayoran Lama, Jakarta, Minggu (5/3/2023). Dinas Ketahanan Pangan, Kelautan, dan Pertanian (DKPKP) DKI Jakarta menyampaikan bahwa terdapat peningkatan permintaan kebutuhan pangan masyarakat jelang Ramadan 2023. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Liputan6.com, Jakarta Harga kebutuhan pangan pokok memang rentan akan fluktuasi harga, yakni penurunan dan kenaikan harga secara cepat, salah satunya komoditas telur saat ini sedang melambung tinggi di beberapa daerah, termasuk di Makassar, Sulawesi Selatan.

Pedagang kue Asriani Rasyid (46) asal Makassar ini mengeluh karena kini harga telur menjadi mahal. Per tray atau per rak isi 30 butir yang biasanya di kisaran Rp 45.000 dengan ukuran telur sedang, namun menjadi Rp 60.000 per tray.

"Iya skrg harga telur melonjak sekali harganya, yang biasanya beli harga Rp 45.000 /rak untuk telur yang besarnya sedang, sekarang harga nya jadi Rp 60.000, itupun kecil-kecil," kata Asriani kepada Liputan6.com, Sabtu (20/5/2023).

Akibatnya, kenaikan harga telur tersebut berdampak pada usaha kuenya. Alhasil keuntungan yang diperoleh Asriani menjadi berkurang.

"Berpengaruh sekali, karena keuntungan menjadi kecil," ucapnya.

Harga Telur Di Pasaran

Adapun sebelumnya Dewan Pimpinan Pusat Ikatan Pedagang Pasar Indonesia (IKAPPI) menyayangkan harga telur dipasaran terus merangkak naik. Artinya, tidak terdapat upaya melakukan upaya penurunan harga telur, sehingga harga telur secara nasional naik.

Diketahui IKAPPI, harga telur mengalami kenaikan sejak beberapa minggu terakhir dan ada dua hal yang IKAPPI temukan. Pertama, adalah karena faktor produksi, faktor produksi ini disebabkan oleh harga pakan yang tinggi.

Kedua, proses distribusi yang tidak sesuai dengan kebiasaan yang biasanya didistribusikan ke pasar, tetapi banyak pihak yang melakukan pendistribusian diluar pasar atau permintaan diluar pasar, sehingga supply dan demand di pasar terganggu dan menyebabkan harga telur ayam terus merangkak naik.


Harga Telur Ayam Naik Gila-Gilaan, Sentuh Rp 44.000 per Kg

Telur ayam terlihat di sebuah peternakan di kawasan Depok, Jawa Barat, Senin (23/7). Tingginya harga telur ayam di pasaran karena tingginya permintaan saat lebaran lalu yang berimbas belum stabilnya produksi telur. (Liputan6.com/Immanuel Antonius)

Sebelumnya, Masyarakat tengah dikeluhkan dengan kenaikan harga telur ayam. Di wilayah timur Indonesia, harga telur ayam telah menyentuh Rp 44.000 per kg.

Dilansir dari Pusat Informasi Harga Pangan Strategis Nasiona (PIHPS), Jumat (19/5/2023), harga telur ayam paling tinggi di Tual, Maluku, yang menyentuh Rp 44.000 per kg. Di Kota Ambon, harganya juga naik, dari sebelumnya Rp 34.000 kini dijual menjadi Rp 35.600 per kg.

Harga telur mahal juga terjadi di Provinsi Papua. Di Jayapura, Mimika, dan Merauke, harga telur ayam dibandrol Rp 37.100 per kg. Sementara untuk Provinsi Papua Barat, terdiri dari Kota Sorong dan manokwari, harga telur ayam dibanderol Rp 38.050 per kg.

Dikeluhkan Pedagang Pasar

Dewan Pimpinan Pusat Ikatan Pedagang Pasar Indonesia (IKAPPI) menyayangkan harga telur di pasaran terus merangkak naik. Artinya, tidak terdapat upaya melakukan upaya penurunan harga telur, sehingga harga telur secara nasional naik.

"Jabodetabek di kisaran Rp 31.000-Rp 34.000 per kg, di luar Jawa atau wilayah timur Rp 38.000 per kg, bahkan lebih dari Rp 40.000 per kg," kata Sekretaris Jenderal DPP IKAPPI Reynaldi Sarijowan, Kamis (18/5/2023).

Reynaldi mengungkapkan, harga telur mengalami kenaikan sejak beberapa minggu terakhir dan ada dua hal yang IKAPPI temukan. Pertama, adalah karena faktor produksi. Maksudnya, faktor produksi ini disebabkan oleh harga pakan yang tinggi.

Kedua, proses distribusi yang tidak sesuai dengan kebiasaan yang biasanya didistribusikan ke pasar, tetapi banyak pihak yang melakukan pendistribusian di luar pasar atau permintaan di luar pasar, sehingga supply dan demand di pasar terganggu dan menyebabkan harga terus merangkak naik.

"Dua hal ini kami berharap agar pemerintah dapat melakukan upaya dan antisipasi agar kenaikan harga telur tidak terus naik," ujarnya. 


Disentil Jokowi

Pekerja saat memperlihatkan telur ayam di salah satu agen di kawasan Jakarta, Selasa (14/3/2023). Menjelang Ramadan harga telur ayam merangkak naik kisaran 8-10 persen dari bulan sebelumnya menjadi Rp30.000 per kilogram. (merdeka.com/Iqbal S Nugroho)

Presiden Joko Widodo mengunjungi Provinsi Jambi, Selasa (16/5/2023). Setibanya di "Bumi Sepucuk Jambi Sembilan Lurah" ini, Joko Widodo mengawali kunjungan kerjanya dengan blusukan ke Pasar Rakyat Talang Banjar Kota Jambi.

Di pasar rakyat itu, Jokowi disambut riuh pedagang dan pengunjung pasar. Blusukannya ke pasar rakyat itu, Jokowi memantau sejumlah bahan pokok dan menyempatkan berbincang dengan pedagang.

"Karena ini habis lebaran, saya ingin memastikan harga sembako tidak naik," kata Jokowi di lokasi usai blusukan di Pasar Rakyat Talang Banjar.

Dalam blusukannya itu, Jokowi diddampingi Menteri PUPR Basuki Hadimulyono, Seskab Pramono Anung, Gubernur Jambi Al Haris, dan Wali Kota Jambi Sy Fasha.

Saat memantau harga sembako Jokowi mengatakan, tidak ada gejolak kenaikan harga sembako di pasaran. Tapi dia sempat menyentil harga telur ayam ras yang masih tinggi di pasaran.

"Harga terlu ayam ras saja naik, tapi tidak terlalu tinggi," kata dia.

Infografis Rokok Kalahkan Telur dan Ayam, Tertinggi Kedua Setelah Beras (Liputan6.com/Triyasni)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya