Melihat Prospek Saham Emiten Produsen Kendaraan Listrik

Pemerintah telah memberikan insentif kendaraan listrik. Hal tersebut sempat berdampak positif untuk gerak saham emiten kendaraan listrik. Lalu bagaimana rekomendasi saham emiten produsen kendaraan listrik?

oleh Agustina Melani diperbarui 21 Mei 2023, 12:20 WIB
Pengunjung mengabadikan papan elektronik yang menampilkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Jakarta, Rabu (15/4/2020). Pergerakan IHSG berakhir turun tajam 1,71% atau 80,59 poin ke level 4.625,9 pada perdagangan hari ini. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Liputan6.com, Jakarta - Pemerintah telah efektif memberlakukan insentif Kendaraan Bermotor Listrik Berbasis Baterai (KBLBB) sejak 1 April 2023. Baik itu insentif mobil listrik, bus listrik, dan insentif motor listrik yang telah efektif terlebih dulu di implementasikan sejak 20 Maret 2023. Dengan sentimen tersebut dan kinerja emiten, bagaimana rekomendasi saham emiten produsen kendaraan listrik?

Financial Expert Ajaib Sekuritas, Christy Maryani menuturkan, beberapa emiten yang telah ekspansi bisnis utamanya ke sektor kendaraan listrik (electric vehicle/EV) sempat mencatat kenaikan dampak dari katalis positif tersebut.

Beberapa emiten tersebut di antaranya PT Indika Energy Tbk (INDY) yang sudah meluncurkan produk motor listrik Alva One sejak tahun lalu, PT NFC Indonesia Tbk (NFCX) bersama dengan PT M Cash Integrasi Tbk (MCAS) yang berekspansi ke industri kendaraan listrik dengan merek Volta.

Selain itu, PT Wijaya Karya Tbk (WIKA) yang memiliki motor listrik dengan merek Gesits, PT Gaya Abadi Sempurna Tbk (SLIS) yang berfokus pada perakitan kendaraan listrik dengan merek Selis, PT TBS Energi Utama Tbk (TOBA) yang bekerjasama dengan PT Goto Gojek Tokopedia Tbk (GOTO) dengan membentuk usaha patungan pada motor listrik yakni electrum, serta PT Dharma Polimetal Tbk (DRMA) yang menyediakan komponen kebutuhan kendaraan listrik.

Christy menuturkan, pemberian insentif kendaraan bermotor listrik dari Pemerintah sempat membuat beberapa emiten tersebut mencatat kenaikan harga saham yang cukup signifikan. Meskipun saat ini, beberapa saham tersebut mulai mencatat penurunan.

"Momentum penguatan emiten kendaraan listrik/EV yang tercatat naik ketika insentif tersebut diberlakukan memang merupakan sentimen sesaat karena adanya kebijakan pemerintah tersebut,” ujar Christy seperti dikutip dari keterangan tertulis, Minggu (21/5/2023).

 

 


Sisi Fundamental

Karyawan memfoto layar pergerakan IHSG, Jakarta, Rabu (3/8/2022). Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada perdagangan di Bursa Efek Indonesia, Rabu (3/08/2022), ditutup di level 7046,63. IHSG menguat 58,47 poin atau 0,0084 persen dari penutupan perdagangan sehari sebelumnya. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Christy menilai, beberapa emiten yang telah masuk ke dalam industri EV tersebut belum sepenuhnya mengandalkan penjualan kendaraan listrik sebagai kontributor utama pendapatan.

“Jika dilihat saat ini, permintaan kendaraan listrik dalam negeri belum terlalu besar terutama untuk mobil listrik. Lantaran, penjualan mobil listrik di Indonesia tergolong kurang diminati sebab harganya yang lebih tinggi dibanding mobil konvensional. Sedangkan untuk penjualan motor listrik sendiri, permintaannya jauh lebih tinggi dibanding mobil listrik,” kata dia.

Dari sisi fundamental, menurut Christy, emiten kendaraan listrik yang telah berhasil mencatat kenaikan kinerja imbas dari pemberian insentif kendaraan listrik di antaranya adalah PT Gaya Abadi Sempurna Tbk (SLIS).

SLIS mencatat penjualan yang tumbuh 8,65 persen YoY sepanjang kuartal I 2023, secara rinci kontributor utama pendapatan SLIS berasal dari penjualan komponen elektronik sebanyak Rp 261,79 miliar, dan penjualan sepeda listriknya sebesar Rp 225,36 miliar.

 

 


Sentimen yang Bayangi Sejumlah Emiten

Pekerja melintas di depan layar Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di BEI, Jakarta, Senin (3/1/2022). Pada pembukan perdagagangan bursa saham 2022 Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) langsung menguat 7,0 poin atau 0,11% di level Rp6.588,57. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

PT NFC Indonesia Tbk (NFCX) yang memiliki kendaraan listrik volta pergerakan sahamnya sempat terkoreksi pada 20 Maret 2023, namun pergerakannya tercatat mengalami kenaikan mulai 27 Maret 2023.

"Begitupun dengan emiten yang memiliki motor listrik lain seperti WIKA, TOBA, dan INDY yang secara teknikal pergerakan sahamnya telah bullish sejak akhir Maret 2023, kecuali GOTO yang secara teknikal pada saat sentimen tersebut efektif pergerakannya masih belum tercatat reli," ujar dia.

Christy mengatakan, hal tersebut karena GOTO juga masih dipenuhi katalis negatif dari melemahnya sektor teknologi di tengah era kenaikan suku bunga acuan pada tahun ini.

Sementara, WIKA, TOBA maupun INDY pergerakannya saat ini terkoreksi imbas dari pergerakan sektoralnya belum cukup positif.

"Untuk TOBA dan INDY terkoreksi karena pergerakan sektor energi saat ini juga tengah koreksi, yang disebabkan mayoritas komoditas mengalami penurunan permintaan komoditas sebab perlambatan ekonomi global,” kata dia.

Sementara untuk WIKA, Christy menilai, pergerakan sektor konstruksi juga cukup menantang di tengah era suku bunga yang cukup tinggi seperti saat ini

 


Rekomendasi Saham

Seorang pria mengambil gambar layar yang menampilkan informasi pergerakan saham di gedung Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Senin (8/6/2020). Seiring berjalannya perdangan, penguatan IHSG terus bertambah tebal hingga nyaris mencapai 1,50 persen. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

PT Dharma Polimetal Tbk (DRMA) juga berhasil mencatat kinerja yang solid sepanjang kuartal I-2023. Penjualan DRMA tercatat tumbuh melesat 57,4% yoy mencapai sebesar Rp 1,4 triliun. Dharma Polimetal merupakan produsen lokal yang memasok baterai untuk sepeda motor listrik dan komponen kendaraan listrik lainnya.

Christy menuturkan, prospek ke depan untuk industri kendaraan listrik masih akan positif seiring dengan berkembangnya teknologi. Di sisi lain, masyarakat pun semakin sadar untuk mengembangkan energi terbarukan dalam hal teknologi, termasuk pada bidang industri otomotif berbasis listrik.

"Perkembangan industri kendaraan listrikpun sesuai dengan fokus pemerintah untuk mewujudkan energi bersih dengan menargetkan produksi 2 juta unit sepeda motor listrik pada 2025,” ujar dia.

Berikut rekomendasi saham dari Ajaib Sekuritas:

INDY

Buy on weakness

Support : 1.860

Resistance : 2.160

Cut loss If break : 1.800

 

DRMA

Speculative buy

Support : 1.000

Resistance : 1.200

Cut loss if break : 890

 

Disclaimer: Setiap keputusan investasi ada di tangan pembaca. Pelajari dan analisis sebelum membeli dan menjual saham. Liputan6.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan dan kerugian yang timbul dari keputusan investasi.

Infografis IMF Optimistis Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Baik (Liputan6.com/Triyasni)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya