Liputan6.com, Jakarta - Pemerintah telah efektif memberlakukan insentif Kendaraan Bermotor Listrik Berbasis Baterai (KBLBB) sejak 1 April 2023. Baik itu insentif mobil listrik, bus listrik, dan insentif motor listrik yang telah efektif terlebih dulu di implementasikan sejak 20 Maret 2023. Dengan sentimen tersebut dan kinerja emiten, bagaimana rekomendasi saham emiten produsen kendaraan listrik?
Financial Expert Ajaib Sekuritas, Christy Maryani menuturkan, beberapa emiten yang telah ekspansi bisnis utamanya ke sektor kendaraan listrik (electric vehicle/EV) sempat mencatat kenaikan dampak dari katalis positif tersebut.
Advertisement
Beberapa emiten tersebut di antaranya PT Indika Energy Tbk (INDY) yang sudah meluncurkan produk motor listrik Alva One sejak tahun lalu, PT NFC Indonesia Tbk (NFCX) bersama dengan PT M Cash Integrasi Tbk (MCAS) yang berekspansi ke industri kendaraan listrik dengan merek Volta.
Selain itu, PT Wijaya Karya Tbk (WIKA) yang memiliki motor listrik dengan merek Gesits, PT Gaya Abadi Sempurna Tbk (SLIS) yang berfokus pada perakitan kendaraan listrik dengan merek Selis, PT TBS Energi Utama Tbk (TOBA) yang bekerjasama dengan PT Goto Gojek Tokopedia Tbk (GOTO) dengan membentuk usaha patungan pada motor listrik yakni electrum, serta PT Dharma Polimetal Tbk (DRMA) yang menyediakan komponen kebutuhan kendaraan listrik.
Christy menuturkan, pemberian insentif kendaraan bermotor listrik dari Pemerintah sempat membuat beberapa emiten tersebut mencatat kenaikan harga saham yang cukup signifikan. Meskipun saat ini, beberapa saham tersebut mulai mencatat penurunan.
"Momentum penguatan emiten kendaraan listrik/EV yang tercatat naik ketika insentif tersebut diberlakukan memang merupakan sentimen sesaat karena adanya kebijakan pemerintah tersebut,” ujar Christy seperti dikutip dari keterangan tertulis, Minggu (21/5/2023).
Sisi Fundamental
Christy menilai, beberapa emiten yang telah masuk ke dalam industri EV tersebut belum sepenuhnya mengandalkan penjualan kendaraan listrik sebagai kontributor utama pendapatan.
“Jika dilihat saat ini, permintaan kendaraan listrik dalam negeri belum terlalu besar terutama untuk mobil listrik. Lantaran, penjualan mobil listrik di Indonesia tergolong kurang diminati sebab harganya yang lebih tinggi dibanding mobil konvensional. Sedangkan untuk penjualan motor listrik sendiri, permintaannya jauh lebih tinggi dibanding mobil listrik,” kata dia.
Dari sisi fundamental, menurut Christy, emiten kendaraan listrik yang telah berhasil mencatat kenaikan kinerja imbas dari pemberian insentif kendaraan listrik di antaranya adalah PT Gaya Abadi Sempurna Tbk (SLIS).
SLIS mencatat penjualan yang tumbuh 8,65 persen YoY sepanjang kuartal I 2023, secara rinci kontributor utama pendapatan SLIS berasal dari penjualan komponen elektronik sebanyak Rp 261,79 miliar, dan penjualan sepeda listriknya sebesar Rp 225,36 miliar.
Advertisement
Sentimen yang Bayangi Sejumlah Emiten
PT NFC Indonesia Tbk (NFCX) yang memiliki kendaraan listrik volta pergerakan sahamnya sempat terkoreksi pada 20 Maret 2023, namun pergerakannya tercatat mengalami kenaikan mulai 27 Maret 2023.
"Begitupun dengan emiten yang memiliki motor listrik lain seperti WIKA, TOBA, dan INDY yang secara teknikal pergerakan sahamnya telah bullish sejak akhir Maret 2023, kecuali GOTO yang secara teknikal pada saat sentimen tersebut efektif pergerakannya masih belum tercatat reli," ujar dia.
Christy mengatakan, hal tersebut karena GOTO juga masih dipenuhi katalis negatif dari melemahnya sektor teknologi di tengah era kenaikan suku bunga acuan pada tahun ini.
Sementara, WIKA, TOBA maupun INDY pergerakannya saat ini terkoreksi imbas dari pergerakan sektoralnya belum cukup positif.
"Untuk TOBA dan INDY terkoreksi karena pergerakan sektor energi saat ini juga tengah koreksi, yang disebabkan mayoritas komoditas mengalami penurunan permintaan komoditas sebab perlambatan ekonomi global,” kata dia.
Sementara untuk WIKA, Christy menilai, pergerakan sektor konstruksi juga cukup menantang di tengah era suku bunga yang cukup tinggi seperti saat ini
Rekomendasi Saham
PT Dharma Polimetal Tbk (DRMA) juga berhasil mencatat kinerja yang solid sepanjang kuartal I-2023. Penjualan DRMA tercatat tumbuh melesat 57,4% yoy mencapai sebesar Rp 1,4 triliun. Dharma Polimetal merupakan produsen lokal yang memasok baterai untuk sepeda motor listrik dan komponen kendaraan listrik lainnya.
Christy menuturkan, prospek ke depan untuk industri kendaraan listrik masih akan positif seiring dengan berkembangnya teknologi. Di sisi lain, masyarakat pun semakin sadar untuk mengembangkan energi terbarukan dalam hal teknologi, termasuk pada bidang industri otomotif berbasis listrik.
"Perkembangan industri kendaraan listrikpun sesuai dengan fokus pemerintah untuk mewujudkan energi bersih dengan menargetkan produksi 2 juta unit sepeda motor listrik pada 2025,” ujar dia.
Berikut rekomendasi saham dari Ajaib Sekuritas:
INDY
Buy on weakness
Support : 1.860
Resistance : 2.160
Cut loss If break : 1.800
DRMA
Speculative buy
Support : 1.000
Resistance : 1.200
Cut loss if break : 890
Disclaimer: Setiap keputusan investasi ada di tangan pembaca. Pelajari dan analisis sebelum membeli dan menjual saham. Liputan6.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan dan kerugian yang timbul dari keputusan investasi.
Advertisement