Sudiro, Pembuat Pesawat Terbang yang Tak Boleh Menerbangkan Hasil Karyanya  

Dengan bahan baku lokal, Sudiro berhasil membuat sebuah pesawat ringan atau ultralight yang diberi nama pesawat terbang Aerotex X1

oleh Switzy Sabandar diperbarui 23 Mei 2023, 01:00 WIB
Sudiro, pria asal Rejosari, Selopampang, Kabupaten Temanggung saat berada di pesawat hasil karyanya, di rumahnya. (Foto: Hermanto Asrori)

Liputan6.com, Temanggung - Bermodal kemauan, tekad dan keberanian untuk untuk mewujudkan sebuah impian, Sudiro, pria kelahiran Temanggung, 26 Mei 1975 ini akhirnya berhasil mewujudkan apa yang selama ini mejadi impiannya. Ia membuat sebuah pesawat.

Dengan bahan baku lokal, Sudiro berhasil membuat sebuah pesawat ringan atau ultralight yang diberi nama  pesawat terbang Aerotex X1. Roda pesawat yang terpasang pun menggunakan ban motor Vespa ukuran 8 inchi.

Dari sisi spesifikasinya, bentang sayap pesawat karya Sudiro ini memiliki panjang 9,5 meter dan panjang keseluruhan pesawat 4,5 meter, dan berat 175 kilogram. Sedangkan untuk daya angkut dengan pilot dan bahan bakar seberat tiga kuintal.

Untuk membuat satu pesawat terbang, Sudiro membutuhkan biaya sekitar Rp 150 hingga Rp 200 juta. Lamanya perakitan memerlukan waktu 9 sampai 10 bulan.

"Untuk mesin pesawat ini diproduksi tahun 80-an, mesin itu saya dapatkan dari para pemilik pesawat paramotor yang sudah tidak dipakai," ujar Sudiro di rumahnya, Rejosari, Selopampang, Temanggung.

Dalam merakit pesawatnya, Sudiro dibantu oleh keponakannya, David Ahmad Abid serta sejumlah ahli di bidang aeromodeling dan mekanik perbengkelan untuk proses penyempurnaannya.

 


Modifikasi

Mesin rotax 447 yang digunakan pada pesawat itu buatan Austria. Mesin ini masih menggunakan platina, akan tetapi oleh tim diganti dengan sistem CDI atau Capacitor Discharge Ignition untuk sistem pengapiannya.

 "Kalau sayapnya kita menggunakan rangka ringan yang dilapisi kain polyester kuat lalu dicat dan dijahit oleh tim," kata David yang juga ahli dalam merakit mobil jenis ATV.

Sayangnya, meski pesawat sudah jadi, Sudiro tak bisa menerbangkan pesawat hasil karyanya itu.

"Saya enggak boleh meski pesawat kecil, karena yang boleh menerbangkan pesawat hanya pilot yang sudah terverifikasi, jadinya ya sedih tapi seneng," ucap Sudiro.

Pesawat yang hanya bisa dikemudikan oleh satu orang ini, tidak menggunakan avtur sebagai bahan bakarnya, melainkan pertamax yang diisikan ke dalam sebuah jeriken dengan kapasitas 24 liter di belakang tempat duduk pilot.

Sebenarnya pesawat Aerotex X1 ini, selain sebagai sarana olahraga kedirgantaraan juga bisa dimanfaatkan untuk pemantauan udara, pengawasan dan penyemprotan pupuk atau pestisida untuk lahan pertanian.

Menurut Sudiro, pesawat itu cocok untuk terbang pada ketinggian rendah, hemat bahan bakar, aman, nyaman, dan mudah dikendalikan.

"Pesawat ringan ini bisa terbang hingga ketinggian 700 kaki atau sekitar 213 meter," tuturnya.

(Penulis: Hermanto Asrori)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya