Green Bond Pertamina Geothermal Energy Catat Kelebihan Permintaan hingga 8,25 Kali

PT Pertamina Geothermal Energy (PGEO) atau PGE secara resmi mengumumkan raihan positif dari penerbitan obligasi berwawasan hijau (green bond) di pasar global.

oleh Elga Nurmutia diperbarui 22 Mei 2023, 19:07 WIB
Pertamina Geothermal Energy (PGE) telah mengoperasikan enam PLTP dengan total kapasitas sebesar 672 Mega Watt (MW). (Dok Pertamina)

Liputan6.com, Jakarta - PT Pertamina Geothermal Energy (PGEO) atau PGE secara resmi mengumumkan raihan positif dari penerbitan obligasi berwawasan hijau (green bond) di pasar global. Sejalan dengan komitmen perusahaan, penerbitan green bond ini merupakan upaya perseroan dalam mendukung asas keberlanjutan melalui green economy (ekonomi hijau).

Green bond PGE berhasil membukukan USD 400 juta atau Rp 5,95 triliun (asumsi kurs Rp 14.888 per dolar AS) pada 27 April 2023.

Dana tersebut digunakan Pertamina Geothermal Energy untuk membiayai kembali (refinancing) proyek-proyek pengembangan sumber daya geothermal yang telah dilakukan guna menyediakan akses ke energi bersih dan ramah lingkungan yang andal dan terjangkau bagi masyarakat Indonesia.

Penggunaan dana untuk refinancing sudah sesuai dengan Eligibility Criteria yang telah ditetapkan dalam Green Financing Framework PGE. Framework ini sudah selaras dengan Green Bonds Principles 2021, Green Loan Principles 2021, dan ASEAN Green Bonds Standards 2018.

Green bond PGE menjadi bond premium di secondary market yang tercatat pada Singapore Exchange Securities Trading Limited (SGX-ST) atau Bursa Efek di Singapura. Bunga yang didapatkan green bond PGE pun sangat kompetitif, yakni sebesar 5,15 persen. Persentase tersebut menunjukkan kepercayaan investor terhadap prospek bisnis PGE.

Direktur Keuangan Pertamina Geothermal Energy Nelwin Aldriansyah mengatakan, dari nilai penerbitan green bond ini PGE berhasil mencatatkan kelebihan permintaan (oversubscribed) hingga 8,25 kali atau senilai USD 3,3 miliar. 

"Sentimen positif yang kami dapatkan menunjukkan kepercayaan investor terhadap potensi investasi di sektor geothermal pada khususnya dan energi terbarukan (EBT) di Indonesia. Antusiasme yang tinggi ini juga semakin mengukuhkan komitmen kami dalam mengembangkan potensi energi hijau di Indonesia," kata Nelwin dalam keterangan resminya, Senin (22/5/2023).

 

 

 


Punya Dana Kuat

PT Pertamina Gothermal Energy (PGE) menambah satu Wilayah Kerja (WK) Geothermal dalam rangka meningkatkan kapasitas terpasang Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) sehingga saat ini PGE mengoperasikan 15 WK. Dok Pertamina

Nelwin menuturkan, secara fundamental PGE saat ini sudah memiliki dana yang kuat untuk tahapan awal pengembangan bisnis. Utamanya, ia menyebut, dalam hal pencapaian target tambahan kapasitas terpasang sebesar 600 MW dalam 5 tahun kedepan.

"Dana green bond ini menjadi stimulus yang akan memperkuat bisnis PGE ke depan," ujar dia.

Dia bilang, bekal mendapatkan green bond PGE dilatari oleh adanya status positif dari dua lembaga pemeringkat kredit internasional. Dari Moody's rating, PGE berhasil mendapatkan peringkat Baa3 (Stable) dan BBB- (Stable) dari Fitch Rating. Kedua rating ini menunjukkan bahwa perseroan memiliki fundamental bisnis yang kuat sehingga memiliki proyeksi investasi yang menjanjikan di masa depan.


Penerbitan Green Bond Pertamina Geothermal Energy Bakal Sesukses BRI dan BNI, Begini Analisisnya

PT Pertamina Geothermal Energy Tbk (PGE), emiten berkode PGEO siap menyambut pengembangan proyek Energi Baru dan Terbarukan (EBT). (Foto: Pertamina Geothermal Energy)

Sebelumnya, langkah PT Pertamina Geothermal Energy Tbk (PGEO) untuk menerbitkan obligasi hijau (green bond) di pasar internasional dinilai bisa menjadi sentimen positif bagi pergerakan saham PGEO yang dalam beberapa waktu terakhir masih tengah dalam tekanan.

Ini diungkapkan Wakil Direktur Institute for Development of Economics and Finance (Indef), Eko Listiyanto. Terlebih, kesuksesan penerbitan green bond kali ini diyakini juga bakal menjadi titik balik saham PGEO untuk kembali berkiprah di zona hijau.

"Ketika PGEO berhasil menunjukkan bahwa penerbitan green bond ini berhasil, diterima dengan baik oleh pasar, maka tentunya akan juga berdampak positif secara langsung terhadap kinerja di pasar saham," jelas dia seperti dikutip Sabtu (29/4/2023).

Adapun surat utang dari PGEO ini diprediksi bakal diminati dan laris manis diserbu investor lantaran tren investasi hijau di pasar global juga tengah naik daun.

Strategi ini selaras dengan tren penggunaan energi baru terbarukan (EBT) dan berkelanjutan di level internasional, yang mulai mereduksi penggunaan energi fosil yang dinilai kotor dan tidak ramah lingkungan.

"Pada titik ini, penerbitan green bond juga sesuai dengan core business perusahaan yang bergerak di panas bumi, yang notabene merupakan bagian dari energi baru terbarukan," ujardia.

Bagusnya respon pasar, dikatakan bisa terlihat saat penerbitan green bond yang sebelumnya telah dilakukan PT Bank Negara Indonesia Tbk (BNI) dan PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BRI).

"Untuk kemudian mengikuti jejak (penerbitan green bond) BNI dan BRI yang sampai oversubscribed, tentu kupon yang diberikan harus menarik di mata investor, di tengah tren peningkatan suku bunga perbankan," tutur Eko.

 

 


Terbitkan Green Bond Setara Rp 5,97 Triliun

PT Pertamina Geothermal Energy Tbk (PGEO), emiten anak usaha Pertamina yang bergerak dalam sektor panas bumi, membukukan kenaikan laba bersih perusahaan sebesar 49,7 persen dibanding tahun 2021.

PT Pertamina Geothermal Energy Tbk (PGEO) telah menyelesaikan proses penentuan harga (pricing) untuk penerbitan surat utang berwawasan hijau (green bonds), dalam jumlah sebesar USD 400 juta atau setara Rp 5,97 triliun (asumsi kurs rupiah 14.931 per dolar AS) .

Surat utang tersebut memiliki bunga sebesar 5,15 persen per tahun yang jatuh tempo pada 2028, di luar wilayah Republik Indonesia dengan merujuk pada ketentuan Rule 144A dan Regulation S berdasarkan US Securities Act of 1933 dan akan dicatatkan di Singapore Exchange Securities Trading Limited.

Pada 20 April 2023, Pertamina Geothermal Energytelah menandatangani Purchase Agreement dengan Australia and New Zealand Banking Group Limited, BNP Paribas, Citigroup Global Markets Singapore Pte. Ltd., The Hongkong and Shanghai Banking Corporation Limited, Mandiri Securities Pte. Ltd., MUFG Securities Asia Limited Singapore Branch, SMBC Nikko Securities (Hong Kong) Limited and United Overseas Bank Limited selaku Initial Purchasers, Joint Global Coordinators dan Joint Bookrunners (JBR). Surat utang telah mendapatkan peringkat Baa3 (Stable) dari Moody’s dan BBB- (Stable) dari Fitch.  

Melansir keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia (BEI), ditulis Sabtu (22/4/2023), dana bersih yang diperoleh dari penerbitan surat utang akan digunakan oleh Perseroan untuk melunasi seluruh sisa utang Perseroan berdasarkan Facilities Agreement tertanggal 23 Juni 2021 antara Perseroan dengan Mandated Lead Arrangers, Kreditur Sindikasi Awal dan PT Bank Mandiri (Persero) Tbk sebagai Facility Agent yang akan jatuh tempo pada 23 Juni 2023 (Facilities Agreement).

Pada tanggal keterbukaan informasi ini diterbitkan, sekitar 21 April 2023, sisa jumlah kewajiban yang masih terutang berdasarkan Facilities Agreement adalah sebesar USD 400 juta.

Rencana penggunaan dana tersebut telah sesuai dengan Eligibility Criteria yang telah ditetapkan dalam green financing framework perseroan.

 

 

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya