India Bangun Menara Filtrasi Udara Setinggi 5 Meter, Efektif Lawan Polusi?

Sebuah firma arsitektur telah berhasil membangun sebuah perangkat untuk menyaring udara polusi di kota dengan paparan partikel halus tertinggi di dunia. Bagaimana hasilnya?

oleh Chesa Andini Saputra diperbarui 28 Jun 2023, 21:00 WIB
Prototipe menara penyaringan udara Verto dipasang di taman Sunder Nursery, New Delhi. (Sumber: Instagram/@vertoair)

Liputan6.com, New Delhi - Kota-kota besar di dunia, terutama kota dengan penduduk yang ramai biasanya memiliki udara yang sangat berpolusi. Hal itu terjadi karena padatnya aktivitas industri maupun transportasi.

Kota New Delhi merupakan salah satunya yang mengalami polusi.

Namun, di sebuah taman yang terletak di kota itu, ada "menara" filtrasi tinggi yang sedang diam-diam memurnikan udara di sekitarnya sejak musim panas lalu.

Dirancang oleh firma arsitektur Studio Symbiosis, yang memiliki kantor di India dan Jerman, menara ini berisi lima "kubus" penyaringan udara yang ditumpuk di dalam cangkang geometris.

Menurut laporan CNN yang dikutip Rabu (28/6/2023), bangunan dengan tinggi 5,5 meter itu dijuluki Verto. Perangkat ini berfungsi untuk mengurangi kadar nitrogen dioksida dan partikel halus berbahaya di Taman Sunder Nursery New Delhi dengan menyaring 600.000 meter kubik udara sehari — yang setara dengan volume 273 balon udara (hot air balloons).

Mendapatkan namanya dari kata Latin "vertente", atau "berputar", bentuk memutar Verto dirancang untuk mendorong udara sebanyak mungkin ke seluruh permukaan perangkat, tempat udara tersedot ke dalam filter dan dikeluarkan.

Menggunakan filter dari perusahaan Jerman Mann+Hummel, arsitek Studio Symbiosis berfokus pada pembuatan bentuk menara yang paling efisien, dengan model digital yang mensimulasikan kondisi angin yang berbeda.

"Ini semua tentang kecepatan angin, jadi kami melihat jet – dan bagaimana mesin baling-baling mereka bekerja – serta spoiler mobil,” kata Amit, menjelaskan bagaimana penyesuaian kecil membuat menara lebih aerodinamis. “Itu adalah proses bolak-balik, dalam upaya mendapatkan bentuk optimal yang akan meningkatkan kecepatan angin dan luas permukaan."

Pasangan suami-istri pendiri perusahaan, Amit dan Britta Knobel Gupta, mengatakan perangkat bertenaga kipas mereka dapat membersihkan udara dalam radius 200 hingga 500 meter di ruang tertutup, meskipun di luar ruangan jarak ini akan menjadi 100 hingga 350 meter, bergantung pada kecepatan angin dan seberapa terbuka lingkungan sekitarnya.

 

 


Inspirasi Pembuatan

Ilustrasi polusi udara di kota. (AFP/Lillian Suwanrumpha)

New Delhi secara teratur diselimuti kabut asap, dengan emisi kendaraan, pembakaran tanaman, dan pembangkit listrik tenaga batu bara semuanya yang berkontribusi terhadap penurunan kualitas udara kota. 

Health Effects Institute yang berbasis di AS tahun lalu bahkan menyebut kota itu sebagai kota dengan paparan partikel halus atau PM2.5 tertinggi di dunia. 

Pada tahun 2019 saja, polusi udara diperkirakan telah menyebabkan hampir 1,6 juta kematian di India, menurut sebuah penelitian di jurnal medis The Lancet.

Dan selain dampak langsung dari polusi, perubahan iklim yang diakibatkannya telah menyebabkan gelombang panas yang telah menewaskan lebih dari 24.000 orang di negara tersebut sejak tahun 1992, menurut sebuah penelitian yang diterbitkan oleh University of Cambridge bulan lalu.

Keluarga Gupta mengatakan mereka terdorong untuk bertindak berdasarkan pengalaman negatif mereka sendiri tentang polusi setelah pindah ke New Delhi dari London.

"Bisnis inti kami adalah arsitektur – kami tidak ingin masuk ke pemurnian udara, kata Amit. "Tapi polusi di sini tidak bisa diterima. Sangat buruk."


Lokasi Pemasangan Perangkat

(Sumber: Instagram/@vertoair)

Setelah mengumpulkan data dari prototipe mereka sejauh ini, para arsitek di balik penemuan ini percaya bahwa proyek mereka dapat ditingkatkan untuk membersihkan ruang publik yang lebih besar, lingkungan sekitar, dan bahkan seluruh kota.

"Sekarang (temuan dari prototipe) adalah apa yang kami harapkan, kami akan mulai berbicara dengan otoritas pemerintah tentang pemasangan lebih lanjut," kata Amit, mengungkapkan bahwa perusahaan tersebut juga telah berbicara dengan calon pembeli di negara-negara dari Uzbekistan ke Prancis dan Selandia Baru.

Studio Symbiosis juga mengatakan bahwa sebuah perusahaan konstruksi di AS sedang mempertimbangkan untuk memesan sekitar 40 menara untuk mengatasi debu dan puing-puing halus di lokasi pembangunan.

"Menurut saya perangkat ini juga dapat dipasang di taman umum dan alun-alun umum, tempat orang menghabiskan waktu berkualitas di luar ruangan,” kata Britta, menambahkan bahwa memasang menara di tempat para tunawisma tidur mungkin juga "sangat bermanfaat."


Apakah Eco-Friendly

Fasad geometris dirancang untuk memaksimalkan jumlah angin yang ditarik ke dalam filter. (Sumber: Instagram/@vertoair)

Ironisnya, dengan menggunakan kipas listrik untuk menyedot udara, menara ini berkontribusi terhadap emisi yang mereka coba kurangi.

Untuk mengurangi dampak lingkungan Verto, Studio Symbiosis akhirnya memasang kipas "smart" hemat energi yang bervariasi sesuai dengan kondisi setempat (melambat saat polusi rendah, atau saat angin kencang memberikan aliran udara alami).

Arsitek mengklaim bahwa setiap menara ini mengkonsumsi daya pada tingkat yang sama dengan penyedot debu industri "tetapi dengan aliran udara 100 kali lipat". Kebisingan yang dihasilkan oleh menara, maksimal 75 desibel, mirip dengan blender dapur standar.

Filter, yang perlu diganti setiap tiga hingga sembilan bulan, sebagian dapat didaur ulang. 

Amit memperkirakan bahwa "mungkin 100" menara akan diperlukan untuk menyaring udara di pusat kota New Delhi, meskipun ia mengatakan penelitian lebih lanjut dan "model skala penuh" akan diperlukan untuk menghitung angka yang lebih akurat. Perangkat yang terbuat dari beton bertulang serat kaca ini juga dirancang agar mudah dirakit dan diangkut, dengan harapan dapat diadopsi dalam skala besar.

“Mereka terbuat dari modul berulang, jadi kami tidak membutuhkan begitu banyak cetakan dan kami dapat mengemasnya dan mengirimkannya,” kata Britta. “Idenya adalah menjadikan ini sebagai produk massal,” tambah Amit.

Infografis Kualitas Udara di Jakarta Terburuk Sedunia. (Liputan6.com/Abdillah)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya