Indonesia Mulai Transisi Energi, Bayan Resources Pantau Peluang Ekspor

Salah satu perusahaan pertambangan batu bara terbesar di Indonesia, PT Bayan Resources Tbk (BYAN) optimistis memiliki prospek yang cukup cerah dalam masa transisi energi.

oleh Pipit Ika Ramadhani diperbarui 22 Mei 2023, 19:53 WIB
Ilustrasi Bayan Resources (BYAN) (Foto: Bayan Resources)

Liputan6.com, Jakarta - Salah satu perusahaan pertambangan batu bara terbesar di Indonesia, PT Bayan Resources Tbk (BYAN) optimistis memiliki prospek yang cukup cerah dalam masa transisi energi.

Indonesia menargetkan nol emisi pada 2060. Sembari menunggu waktu itu tiba, Direktur PT Bayan Resources Indonesia Tbk Alexander Ery Wibowo mengatakan bahwa Indonesia masih membutuhkan sumber energi listrik berbasis batu bara.

Di sisi lain, hilirisasi batu bara sebagai upaya diversifikasi bisnis usai 2060 juga membutuhkan biaya dan waktu yang tidak sebentar.

"Kekayaan alam batu bara di Indonesia pada 2022 91,8 miliar ton, ini kekayaan alam yang baik penambang bisa manfaatkan dengan fungsi yang beda-beda. Seperti untuk kelistrikan untuk industri lainnya seperti hilirisasi memang butuhkan waktu dan teknologi. Kebetulan kondisi pasar belum menunjang secara keekonomiannya untuk investasi dalam skala besar. Tapi dengan potensi sumber daya batu bara yang ada, seiring waktu sampai 2060 kami percaya nanti akan ada perkembangan teknologi yang bisa tercapai,” kata dia dalam  CNBC Green Economic Forum, Senin (22/5/2023).

Di sisi lain, Alex mengatakan permintaan global untuk produk batu bara masih tinggi. Sehingga ini menjadi peluang lain saat nanti permintaan batu bara dalam negeri mulai menipis. Di samping itu, lini usaha perseroan tidak hanya terpaku pada aktivitas pertambangan, melainkan juga akomodasi dari sisi logistik. Sehingga perseroan optimis dapat bertahan lebih lama.

Sebelum batu bara banyak dialokasikan untuk ekspor, Alex memperkirakan peluang yang bisa dimanfaatkan pelaku usaha batu bara adalah melakukan diversifikasi atau hilirisasi batu bara menjadi produk petrokimia. Namun, untuk saat ini, perseroan juga berkomitmen untuk turut memprioritaskan kebutuhan dalam negeri. “Setidaknya apabila tidak diperlukan lagi, maka saat ini prediksi bisa dimanfaatkan untuk industri petrokimia,” imbuh dia.

 

 


Menakar Peluang Bisnis Batu Bara di Tengah Transisi Energi

Pertambangan PT Bayan Resources Tbk (BYAN). Foto bayan.com.sg

Sebelumnya, Indonesia tengah menjajaki proses transisi energi hingga mencapai emisi nol pada 2060. Kondisi ini menjadi momok bagi prospek perusahaan batu bara, lantaran sumber energi yang satu ini dianggap tak ramah lingkungan.

Meski begitu, bukan berarti perusahaan batu bara tak bisa ambil peluang di masa transisi ini. Direktur PT Bayan Resources Indonesia Tbk (BYAN) Alexander Ery Wibowo mengatakan, perusahaan batu bara bisa tetap berkontribusi sembari target nol emisi itu dikebut. Hal ini salah satunya mengingat waktu untuk transisi yang tidak sebentar. Di samping itu, batu bara masih menjadi sumber listrik andalan di banyak negara.

"Untuk para pelaku usaha tambang batu bara saya pikir kita tetap bisa optimis berkontribusi dalam masa transisi energi. Sebagaimana saat ini hingga 5-10 tahun ke depan, batu bara dimanfaatkan untuk sumber listrik dan menjadi backbone di beberapa negara Asia, seperti Indonesia, Filipina, China, India, Bangladesh dan beberapa lainnya," kata Alex dalam CNBC Green Economic Forum secara virtual, Senin (22/5/2023).

 

 


Diversifikasi Usaha

Pertambangan PT Bayan Resources Tbk (BYAN). Foto bayan.com.sg

Sebagai gambaran, mobil listrik menjadi salah satu produk yang digejot terkait dengan transisi energi hijau karena menggunakan bahan bakar berupa baterai. Namun, pengisian daya baterai diperlukan sumber listrik berdaya besar, yang saat ini banyak ditopang oleh batu bara.

Ke depannya, jika sumber listrik yang digunakan untuk pengisian daya perlahan beralih pada energi terbarukan, perusahaan batu bara bisa mencoba bermanuver dengan melakukan diversifikasi hasil olahan batu bara.

Secara teknis, perusahaan batu bara bisa mulai melakukan transisi melalui peningkatan kualitas batu bara dengan sulfur rendah, Sehingga lebih ramah lingkungan. Selain itu, batu bara juga bisa dikonversi untuk kebutuhan petrokimia seperti methanol dan ethanol.

"Jadi tetap pelaku industri batu bara bisa berkontribusi dengan tingkatkan kesadaran pengelolaan lingkungan sekitar dan melakukan upaya konversi," pungkas Alex.

 


Kinerja 2022

Ilustrasi laporan keuangan (Foto: Isaac Smith/Unsplash)

Sebelumnya, PT Bayan Resources Tbk (BYAN) mengumumkan kinerja keuangan hingga akhir 2022. Perseroan membukukan pendapatan USD 4,70 miliar atau Rp 72,70 triliun (asumsi kurs Rp 15.458 per dolar AS) naik 64,91 persen dari periode yang sama tahun sebelumnya USD 2,85 miliar.

Hingga akhir 2022, Bayan Resources mengantongi laba bersih sebesar USD 2,17 miliar atau Rp 33,67 triliun. Laba bersih perseroan meningkat 79,33 persen dari periode yang sama tahun sebelumnya sebesar USD 1,21 miliar.

Mengutip laporan keuangan Bayan Resources, Jumat (10/3/023), beban pokok pendapatan hingga akhir 2022 mencapai USD 1,54 atau meningkat 40 persen dari realisasi sebelumnya sebesar USD 1,10 miliar.

Dengan demikian, laba bruto Bayan Resources melesat 81,60 persen menjadi USD 3,16 miliar pada 2022 dari USD 1,74 miliar pada 2021. Perseroan juga mencatatkan kenaikan laba tahun berjalan 82,53 persen menjadi USD 2,30 miliar pada 2022 dari tahun sebelumnya USD 1,26 miliar.

Sementara itu, aset perseroan senilai USD 3,94 miliar hingga akhir 2022 naik dari akhir tahun lalu sebesar USD 2,43 miliar. Kemudian, liabilitas BYAN USD 1,95 miliar hingga akhir 2022 naik dari periode yang sama tahun sebelumnya sebesar USD 570,80 juta.

Sedangkan, ekuitas perseroan tercatat sebesar USD 1,99 miliar hingga akhir 2022 meningkat dari akhir tahun lalu USD 1,86 miliar.

 

Infografis Ekonomi RI Jauh Lebih Baik dari Negara Lain (Liputan6.com/Triyasni)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya