Liputan6.com, Jakarta - Rasa khawatir atau cemas saat meninggalkan anak untuk menonton konser Coldplay bisa dicegah dengan menitipkan buah hati pada tangan yang tepat.
Menurut pemerhati anak dan keluarga, Haniva Hasna, M, Krim, rasa khawatir tidak datang tanpa alasan, melainkan bisa dipicu rasa tidak yakin saat menitipkan anak.
Advertisement
“Khawatir itu perasaan gelisah yang dialami seseorang karena mencemaskan sesuatu. Ketika kecemasan itu muncul berarti ada hal-hal yang dirasa tidak aman dan tidak sesuai dengan kondisi yang diharapkan,” ujar perempuan yang juga seorang kriminolog itu kepada Health Liputan6.com melalui pesan tertulis, Sabtu 20 Mei 2023.
“Bila anak berada pada tangan yang tepat, dalam kondisi aman dan nyaman, pasti orangtua tidak akan merasa cemas,” tambahnya.
Sebelumnya, psikolog sosial Nirmala Ika mengatakan bahwa orang yang tepat untuk dititipi anak adalah orang yang paling dipercaya.
“Better dititipkan sama orang yang bisa kita percaya, siapapun itu. Bisa jadi kalau kita memang percaya sama orangtua kita ya titipin ke orangtua kita. Kalau percaya sama saudara, ya titipin sama dia. Cuman balik lagi kita harus sesuaikan juga dengan usia anak,” kata Nirmala kepada Heath Liputan6.com melalui sambungan telepon Jumat, 19 Mei 2023.
“Kalau kita mau titip ke mba-mba di rumah, kita perlu pastiin dia bisa enggak ditinggal sama bayi. Jangan sampai kita enak-enakan nonton konser Coldplay, anak kita dicubitin, dipukulin, kelaparan,” tambahnya.
Persiapan Meninggalkan Anak
Haniva Hasna kemudian mengingatkan bahwa sebelum dititipkan, anak perlu waktu untuk terbiasa dengan orang atau pihak yang akan dititipi. Dengan kata lain, anak harus diberi waktu untuk beradaptasi dengan orang-orang dan lingkungan baru.
Selain memberikan kesempatan pada anak untuk beradaptasi, orangtua juga perlu mempersiapkan berbagai hal sebelum meninggalkan anak. Hal ini bisa membantu menurunkan rasa khawatir orangtua saat benar-benar harus menitipkan anak.
Menurut perempuan yang karib disapa Iva, persiapan meninggalkan anak terdiri dari persiapan fisik dan psikis. Persiapan fisik termasuk menyiapkan makanan, minuman, susu, camilan kesukaan serta yang paling utama adalah kesehatan anak.
“Demikian juga yang masih ASI, latih menggunakan botol atau media lain jauh-jauh hari agar anak merasa terbiasa.”
Advertisement
Persiapan Psikis
Sedangkan, persiapan psikis yakni memberikan pengertian kepada anak sehingga anak tidak merasa ditinggalkan atau diabaikan.
“Menyampaikan bahwa kegiatan ini hanyalah sedikit timeout tanpa mengurangi perhatian dan hak anak jalan-jalan atau bersenang-senang dengan orangtua,” kata Iva.
Pentingnya memberi pengertian sebelum meninggalkan anak juga sempat disampaikan psikolog klinis anak dan remaja, Saskhya Aulia Prima.
Menurutnya, menitipkan anak untuk menonton konser Coldplay tidak menjadi masalah jika orangtua membangun komunikasi dengan anak terlebih dahulu.
“Tidak masalah, asalkan sudah dikomunikasikan dengan anak jauh-jauh hari sebelumnya. Terutama untuk anak yang butuh waktu untuk beradaptasi, sehingga tidak kaget ketika dititipkan,” kata Saskhya kepada Health Liputan6.com melalui keterangan tertulis, Senin 22 Mei 2023.
Orangtua bisa menceritakan kepada anak apa saja yang bisa dilakukan ketika dititip. Jika, orangtua menitipkannya bukan pada keluarga atau orang-orang yang dikenal oleh anak, maka orangtua bisa menunjukkan foto-foto orang yang nanti akan menemaninya.
Meredam Rasa Bersalah
Tak dapat dimungkiri, meski bisa menitipkan anak, orangtua terkadang masih merasa bersalah karena harus meninggalkan buah hatinya.
Terkait hal ini, Saskhya membagikan tips untuk meredam perasaan bersalah tersebut.
“Perasaan bersalah merupakan tanda yang baik bahwa kita masih care terhadap anak, akan tetapi perlu kita atur supaya tidak berlebihan.”
Hal-hal yang bisa dilakukan adalah sebagai berikut:
- Coba tuliskan apa saja alasan yang membuat kita merasa bersalah.
- Coba cek lagi dari alasan-alasan tersebut adakah yang bisa diselesaikan secara teknis. Contoh, menitipkan anak pada orang yang belum dikenal, bisa kita ganti dengan menitipkan ke keluarga kita.
- Perhatikan lagi seberapa sering kita meninggalkan anak, kalau hanya 1-2 kali kemungkinan besar tidak akan mengganggu keseluruhan perkembangan anak.
- Ingat untuk memahami kebutuhan kita sendiri, sehingga mood kita saat bertemu anak lebih banyak dalam kondisi nyaman.
“Ini yang sangat menentukan interaksi positif dan tumbuh kembang anak, dibandingkan dengan kita selalu bertemu anak tapi kita selalu merasa ada yang kosong dalam diri kita sehingga mudah marah atau kesal terhadap perilaku anak,” ujar Saskhya.
Advertisement