Liputan6.com, Jakarta Ekonom di Amerika Serikat optimis bahwa krisis perbankan dan gejolak plafon utang tidak akan memicu krisis besar-besaran. Namun, sebagian besar dari mereka juga percaya bahwa resesi masih akan terjadi.
Mengutip CNN Business, Selasa (23/5/2023) sekitar 59 persen dari 42 ekonom yang disurvei oleh National Association for Business Economics awal bulan ini mengungkapkan mereka percaya kemungkinan besar AS akan memasuki resesi dalam 12 bulan ke depan.
Advertisement
Sementara angka NABE Outlook itu sebagian besar tidak berubah dari survei yang dilakukan pada Februari 2023 dan Desember 2022, perkiraan terbaru menunjukkan kemungkinan yang lebih besar dalam hal kapan resesi dapat dimulai.
Pada Februari 2023, mayoritas ekonom mengatakan bahwa penurunan pada ekonomi AS dapat dimulai pada kuartal pertama 2023.
Namun, ada konsensus yang lebih besar mengenai inflasi, kenaikan suku bunga Federal Reserve, gejolak perbankan, dan ketidakpastian plafon utang.
"Sebagian besar responden menunjukkan krisis perbankan terkendali tetapi terus berlanjut, dengan hanya sekitar seperlima yang percaya itu akan memburuk," kata Dana Peterson, Ketua Survei Outlook NABE dan kepala ekonom di Conference Board.
"Mayoritas panelis percaya bahwa melanggar plafon utang tidak akan menyebabkan krisis keuangan global kecuali kebuntuan berlanjut selama beberapa minggu. Sebagian besar responden percaya de-dolarisasi bukanlah ancaman di masa mendatang," ungkapnya.
Sementara itu, lebih dari setengah atau 55 persen ekonom yang disurvei NABE percaya bahwa plafon utang AS akan dinaikkan, 42 persen percaya bahwa plafon utang akan ditangguhkan, sementara 3 persen percaya AS akan gagal membayar utangnya.
Ekonom NABE memperkirakan bahwa inflasi akan terus moderat; namun, mayoritas responden percaya hal itu akan memakan waktu hingga tahun 2025 atau setelahnya untuk inflasi utama The Fed mencapai target 2 persen.
Janet Yellen Meradang, Ingatkan Tenggat Waktu 1 Juni Mepet Buat Menaikkan Batas Utang AS
Menteri Keuangan (Menkeu) Amerika Serikat Janet Yellen menegaskan bahwa 1 Juni merupakan tenggat waktu yang sulit bagi Amerika untuk menaikkan plafon utang AS.
Seperti diketahui, Menkeu AS beberapa waktu lalu memastikan bahwa AS akan mengalami gagal bayar utang alias default jika plafon utang tidak dinaikkan paling lambat 1 Juni mendatang.
"Saya menunjukkan dalam surat terakhir saya kepada Kongres bahwa kami memprediksi tidak dapat membayar semua tagihan pada awal Juni dan mungkin paling cepat 1 Juni. Dan saya akan terus memperbarui lebih lanjut ke Kongres, tetapi saya pasti belum mengubah penilaian saya. Jadi saya pikir itu adalah tenggat waktu yang sulit," kata Yellen, dikutip dari CNN Business, Senin (22/5/2023).
Yellen mengungkapkan, akan ada beberapa tagihan yang tidak terbayar, jika plafon utang AS tidak dinaikkan. "Akan ada pilihan sulit jika plafon utang tidak dinaikkan," ungkapnya dalam wawancara bertajuk Meet the Press di NBC.
"Dan tahukah Anda, sayamengatakan sejak 1789, Amerika Serikat memiliki sejarah membayar tagihannya tepat waktu. Itulah yang dunia ingin lihat, komitmen berkelanjutan untuk melakukan itu. Hal itulah yang mendasari sekuritas Treasury AS sebagai investasi teraman di dunia. Dan itu bukan situasi yang dapat diterima bagi kami untuk tidak dapat membayar tagihan kami," jelas Yellen.
Advertisement
Berharap Kongres Segera Naikkan Batas Utang AS
Menkeu AS mengesampingkan kemungkinan beberapa tindakan tambahan yang dapat diambil presiden, dan pilihan sulit akan datang jika tidak ada kesepakatan kenaikan batas utang.
"Harapan tulus saya adalah Kongres akan menaikkan plafon utang," tutur dia seraya menambahkan bahwa 'Tidak akan ada hasil yang dapat diterima jika plafon utang tidak dinaikkan, terlepas dari keputusan apa yang kita buat".
Di sisi lain, Anggota DPT Perwakilan Republik Pennsylvania Brian Fitzpatrick melihat adanya kemungkinan beberapa kelonggaran setelah batas waktu 1 Juni.
"Tanggal 1 Juni mungkin, tanggal sedini mungkin," katanya kepada CBS News. Seraya menambahkan jika AS memiliki arus kas yang cukup untuk membayar bunga utang.