Otoritas Kesehatan China: Darurat COVID-19 Berakhir, Tapi Risiko Tetap Ada

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah mengumumkan berakhirnya status darurat global terhadap COVID-19.

oleh Teddy Tri Setio Berty diperbarui 23 Mei 2023, 16:35 WIB
Seorang pekerja yang mengenakan pakaian pelindung berjalan melewati orang-orang yang mengantri untuk tes COVID-19 di tempat pengujian virus corona di Beijing, Rabu (9/11/2022). Lonjakan kasus COVID-19 telah mendorong penguncian di pusat manufaktur China selatan Guangzhou, menambah keuangan tekanan yang telah mengganggu rantai pasokan global dan secara tajam memperlambat pertumbuhan ekonomi terbesar kedua di dunia itu. (Foto AP/Mark Schiefelbein)

Liputan6.com, Beijing - Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah mengumumkan berakhirnya status darurat global terhadap COVID-19.

Meski begitu, pemerintah China masih memberlakukan status COVID-19 sebagai virus berbahaya dan akan terus memantaunya sambil meningkatkan vaksinasi di antara kelompok berisiko tinggi, kata seorang pejabat tinggi kesehatan China.

WHO mengakhiri tingkat kewaspadaan terhadap COVID-19 --lebih dari tiga tahun setelah pernyataan awal diumumkan, dikutip dari laman Channel News Asia, Selasa (23/5/2023).

Berakhirnya status siaga tidak berarti COVID-19 akan hilang, tetapi dampaknya sekarang dapat dikendalikan secara efektif, kata Liang Wannian, kepala panel pakar respons COVID-19 China di bawah Komisi Kesehatan Nasional, dalam wawancara dengan media pemerintah CCTV diterbitkan pada Sabtu (6/5).

China akan terus memantau mutasi virus, memperkuat vaksinasi di antara kelompok berisiko tinggi, serta berupaya meningkatkan kemampuan menyembuhkan penderita COVID-19, kata Liang.

China juga masih mempertahankan kebijakan nol COVID-19 setelah sebagian besar negara mulai hidup dengan virus tersebut, dan baru mulai meninggalkan kebijakan pembatasannya pada akhir 2022.


WHO Sempat Desak China Transparan Soal COVID-19

Seorang pria berjalan di samping Pasar Grosir Makanan Laut Huanan yang masih tutup di Wuhan, Provinsi Hubei, China, 4 Agustus 2020. Wuhan kembali pulih sejak karantina terkait COVID-19 dicabut. (Hector Retamal/AFP)

Organisasi Kesehatan Dunia mendesak China untuk berbagi informasi lebih rinci tentang situasi virus corona setelah Beijing melaporkan bahwa ada hampir 60.000 kematian terkait COVID-19 sejak awal bulan lalu.

Kepala WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus menegaskan kembali pentingnya kerja sama yang lebih dalam dan transparansi China dalam pembicaraannya dengan Dr Ma Xiaowei, direktur Komisi Kesehatan Nasional Tiongkok.

Sementara Beijing melaporkan sebelumnya bahwa sub varian omicron BA.5.2 dan BF.7 saat ini beredar di negara tersebut.

WHO pun langsung meminta perincian lebih rinci data COVID-19 dari China, termasuk informasi tentang urutan lebih lanjut.

Pihak berwenang China melaporkan pada Sabtu (14/1) bahwa telah terjadi total 59.938 kematian terkait Covid di rumah sakit di seluruh negeri antara 8 Desember dan 12 Januari.

 


Prihatin Atas Situasi di China

Liu Huan (kanan), petugas medis dari Provinsi Jiangsu, memasuki sebuah bangsal ICU Rumah Sakit Pertama Kota Wuhan di Wuhan, Provinsi Hubei, 22 Februari 2020. Tenaga medis dari seluruh China mengerahkan upaya terbaik mereka untuk mengobati para pasien COVID-19 di rumah sakit itu. (Xinhua/Xiao Yijiu)

Pejabat kesehatan global menyatakan keprihatinan tentang kurangnya pembagian informasi yang tepat waktu di China, dengan beberapa negara memaksakan pembatasan pada pelancong China.

WHO mengatakan, sedang menganalisis informasi terbaru dan situasi epidemiologi keseluruhan di China, yang mengalami gelombang infeksi cepat dan intens dengan dampak klinis yang lebih tinggi terjadi pada orang tua dan mereka yang memiliki kondisi lain.

Infografis Polusi Udara di Dunia Menurun saat Pandemi Corona. (Liputan6.com/Trieyasni)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya