Liputan6.com, Jakarta Inflasi Sri Lanka kembali menunjukkan penurunan, menandai keringanan pada negara yang tengah dilanda krisis ekonomi terburuk dalam tujuh dekade.
Melansir Channel News Asia, Selasa (23/5/2023) Indeks Harga Konsumen Nasional (NCPI) Sri Lanka turun menjadi 33,6 persen year on year di April 2023, setelah naik 49,2 persen di bulan Maret, menurut data dari departemen statistiknegara itu.
Advertisement
Inflasi harga pangan di Sri Lanka juga menurun tajam menjadi 27,1 persen pada bulan April dari 42,3 persen pada Maret 2023, sementara inflasi non-makanan berada di angka 39 persen.
"Pengurangan ini sebagian besar disebabkan oleh efek dasar yang tinggi dari tahun lalu dan penurunan biaya transportasi baru-baru ini. Selama dua bulan ke depan kami perkirakan inflasi akan turun drastis menjadi sekitar 20 persen atau bahkan di bawah itu," kata Dimantha Mathew, kepala penelitian di First Capital Holdings.
Data tersebut muncul saat tim Dana Moneter Internasional melakukan perjalanan ke Kolombo, mengevaluasi ekonomi Sri Lanka untuk pertama kalinya sejak pemberi pinjaman global itu menyetujui bailout senilai USD 3 miliar pada Maret 2023.
Sri Lanka telah berjuang dengan inflasi yang melonjak sejak awal tahun lalu tetapi telah menurun pada tahun 2023, dengan analis memperkirakan akan mencapai level satu digit pada bulan September.
Melonggarkan tingkat inflasi juga dapat mendorong Bank Sentral Sri Lanka (CBSL) untuk melonggarkan suku bunga tinggi, kemungkinan mulai sekitar bulan Agustus, beber Mathew. Indeks Harga Konsumen Kolombo, yang dirilis setiap akhir bulan, turun menjadi 35,3 persen pada April 2023 dari 50,3 persen pada Maret 2023, data dari departemen statistik menunjukkan.
Masih Dihantui Krisis, Ekonomi Sri Lanka Diproyeksi Susut 2 Persen di 2023
Perekonomian Sri Lanka, yang tengah dilanda krisis lonjakan harga, diperkirakan menyusut 2 persen pada tahun 2023 ini.
Hal itu diungkapkan oleh bank sentral Sri Lanka dalam laporan tahunan pada Kamis (27/4), saat negara itu berjuang untuk keluar dari krisis keuangan terburuk dalam beberapa dekade.
Mengutip Channel News Asia, Jumat (28/4/2023) bank sentral memproyeksikan ekonomi Sri Lanka akan tumbuh sebesar 3,3 persen pada 2024, menurut laporan itu.
Pada tahun 2022 lalu, perekonomian Sri Lanka menyusut sebesar 7,8 persen yang didominasi oleh ketidakstabilan politik yang dalam, lonjakan inflasi, dan depresiasi mata uang yang tajam ketika berjuang dengan krisis keuangan yang dipicu oleh cadangan devisa yang rendah.
Namun, perkiraan pertumbuhan ekonomi Sri Lanka oleh bank sentral di tahun 2023 lebih optimis daripada kontraksi 3,1 persen yang diproyeksikan oleh Dana Moneter Internasional (IMF).
Advertisement
Proyeksi Bank Dunia
Sementara itu, Bank Dunia memperkirakan ekonomi Sri Lanka akan berkontraksi sebesar 4,3 persen tahun ini.
"Ekonomi Sri Lanka berangsur stabil sejak pertengahan 2022. Jalur bahan bakar yang panjang, kelangkaan yang parah, dan inflasi yang tinggi berangsur berbalik," kata kepala strategi di CAL Group, Udeeshan Jonas.
"Pemulihan dari sektor-sektor seperti pariwisata bisa lebih baik dari yang diharapkan dan permintaan konsumen juga meningkat. Hal itu bersama dengan basis yang rendah dapat menghasilkan kinerja yang lebih baik," sebutnya.
Sri Lanka, saat ini sedang menegosiasikan pembayaran utangnya dengan pemegang obligasi dan kreditur bilateral. Negara itu mengharapkan untuk menyelesaikan proses restrukturisasi utang untuk tinjauan pertama IMF pada bulan September mendatang.