Sejumlah murid berangkat ke sekolah naik perahu melewati rob di Kampung Timbulsloko, Demak, Jawa Tengah, Rabu (24/5/2023). Para murid terpaksa mendayung sekitar satu kilometer menuju daratan terdekat ke sekolah akibat sudah sekitar tujuh tahun kampung mereka dikelilingi air laut karena krisis iklim dan penurunan muka tanah. (merdeka.com/Arie Basuki)
Krisis iklim telah mengancam semua aspek kehidupan, mulai dari ekonomi, kesehatan, hingga sosial. Hal ini terjadi juga di Kampung Timbulsloko. (merdeka.com/Arie Basuki)
Kendati demikian, anak-anak tetap semangat untuk berangkat ke sekolah. Dengan mengenakan seragam sekolah lengkap dari rumah, mereka membelah rob yang menggenangi kampung mereka untuk tetap bisa sampai ke sekolah. (merdeka.com/Arie Basuki)
Sekitar 30 tahun lalu, Timbulsloko merupakan kawasan produktif yang banyak digunakan untuk pertanian. (merdeka.com/Arie Basuki)
Dengan naiknya air laut dan menyusutnya garis pantai hingga 3-5 kilometer dalam tiga dekade terakhir, lahan tersebut berangsur-angsur berubah menjadi tambak ikan. Tambak-tambak ikan itu kini juga terendam di bawah permukaan air laut. (merdeka.com/Arie Basuki)
Pada tahun 2021, warga berinisiatif membangun jalan panggung. Dananya berasal dari iuran bersama dan donasi. (merdeka.com/Arie Basuki)
Sebelum adanya jalan panggung, Timbulsloko bak kampung mati. Banjir rob mengurung mereka di dalam rumah. (merdeka.com/Arie Basuki)
Jalan panggung menjadi penunjang aktivitas dan penyambung interaksi warga yang sempat terputus. (merdeka.com/Arie Basuki)
Seorang murid menunggu perahu yang akan membawanya menuju ke sekolah. (merdeka.com/Arie Basuki)