Liputan6.com, Jakarta Negara-negara Anggota Kerja Sama Ekonomi Asia-Pasifik atau yang dinamakan Asia Pacific Economic Cooperation (APEC) rupanya masih sulit berbagi data (data sharing) virus. Hal ini terlihat dari hasil penyelenggaraan workshop dengan tema Application of Artificial Intelligence to Accelerate the Mitigation of COVID-19 Pandemic yang telah digelar pada Selasa-Kamis, 9-11 Mei 2023.
Deputi Bidang Kebijakan Pembangunan BRIN Mego Pinandito menegaskan, sebenarnya tanpa berbagi data virus antar negara di dunia, maka upaya negara untuk lebih mendeteksi dan merespons penanganan penyakit dapat dikatakan mulai dari nol.
Advertisement
Dalam hal ini soal data genomik, yang mana virus zoonosis dapat berpotensi menjadi wabah atau pandemi di masa depan.
"Saya kira secara global yakin bahwa tanpa kita melakukan sharing data ya kita mulai dari nol. Jadi kita bisa memberikan data dan menukar data sehingga kedua belah pihak atau dalam konteks berbagai pihak yang diikat kerja sama itu bisa maju bersama," ucap Mego menjawab pertanyaan Health Liputan6.com saat diskusi 'Pengembangan dan Adopsi AI dalam Penanganan COVID-19' di Gedung B.J Habibie, Jakarta, Selasa (23/5/2023).
Sharing Data Itu Susah
Mego mengakui kesepakatan berbagi data itu memang susah. Namun, hal itu seyogianya tidak sulit asalkan kita tahu bagaimana mencari dan menjaga datanya.
"Untuk sharing data secara umum itu susah ya. Enggak cuma data tapi cerita juga. Kenapa? Ya kita harus tahu mendapatkan data itu susah, ya masa orang lain susah-susah dapat data kok malah disharing?" jelas Mego.
"Tapi sebetulnya bukan hal sulit kalau kita sudah tahu bagaimana kita mencarinya dan menjaga. Kemudian data itu isinya apa, kita tahu data terkait kependudukan itu luar biasa, apapun ada disitu. Jadi kalau bocor itu luar biasa juga dampaknya."
Perhatikan Tujuan Konteks Berbagi Data
Berkaitan dengan berbagi data, Mego Pinandito menekankan, seluruh pihak harus memerhatikan bersama apa tujuan konteks dari data sharing. Sehingga tidak hanya semata-mata untuk menukar dan memberikan data saja, melainkan ada kesepakatan lain.
"Sharing data tadi ini apa yang ada data itu, peruntukan seperti apa, dalam konteks sharenya ya. Yang pasti konteksnya pasti kita mendapatkan data, kita juga harus memberikan data, bukan menukar dan menerima dan memberi data," tegasnya.
"Jadi ada kesepakatan lain yang berisi soal data tersebut."
Ada 'Kunci' untuk Membuka Data
Salah satu yang disorot Mego, yakni harus ada persiapan matang bagaimana ketika kita mendapatkan data tapi itu harus ada 'kunci' (password) untuk membukanya.
"Jadi ada data yang memang kita dapat file, tapi kita enggak bisa buka karena butuh password ya. Kita bisa apa coba nanti? Artinya, data itu boleh diambil tapi membukanya ada kuncinya. Nah kunci itu memang diberikan kepada pihak dalam konteks kerja sama dan saling membutuhkan," jelasnya.
"Ini mungkin menjadi catatan data virus maupun teknologi informasi ditambah dengan Artificial Intelligence (AI) itu masuk bisa juga membuka password, itu memungkinkan. Tinggal mana yang lebih dahulu kita perkuat, bagaimana membuat satu algoritma atau siapa yang punya teknologi AI-nya."
Advertisement
Data Sharing Itu Perlu
Kepala Pusat Riset Kecerdasan Artifisial dan Keamanan Siber Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Anto Satriyo Nugroho juga mengakui, tidak mudah mencapai kesepakatan antar negara APEC untuk saling berbagi data. Terlebih lagi data genomik yang memuat lineage virus.
Dalam hal ini, masih memerlukan upaya dan proses panjang untuk mencapai kesepakatan penuh berbagi data. Walau begitu, Anto menilai berbagi data antar negara sangat dibutuhkan.
"Data sharing itu perlu. (Kesepakatan) itu adalah suatu hal yang membutuhkan waktu karena kan kita bukan main sulap, tapi memang proses data sharing itu memerlukan waktu," terang Anto.
"Kemudian memerlukan upaya untuk pemahaman AI dari seluruh pihak terutama negara yang bersangkutan."
Perlunya Sharing Data Genomik
Anto melanjutkan, kesepakatan berbagi data virus masih terus diupayakan di negara-negara APEC.
"Ini yang sedang dilakukan dan akan terus dilakukan. Karena bukan hanya untuk satu hari ya, tapi untuk yang seterusnya, baik data riset, data X-ray, data genomik apalagi ya," lanjutnya.
"Saya pikir data genomik virus perlu disharing."
Teknologi AI dalam Mitigasi COVID-19
Kepala Organisasi Riset Elektronika dan Informatika BRIN Budi Prawara sebelumnya menyampaikan, kegiatan workshop diikuti oleh peserta dari 21 negara anggota Kerja Sama Ekonomi Asia-Pasifik/APEC (APEC member economies).
BRIN sebagai host memfasilitasi penyelenggaraan workshop ini, baik persiapan penyelenggaraan dalam bentuk penjaringan topik melalui survei ke negara-negara anggota ekonomi APEC untuk menentukan pembicara yang tepat dan juga pelaksanaan workshop.
Selain itu, BRIN juga akan menyampaikan beberapa implementasi teknologi AI dalam mitigasi COVID-19.
Budi menjelaskan, kegiatan workshop ini bertujuan mendorong kolaborasi lintas-forum, dan merumuskan pedoman kebijakan adopsi teknologi AI dalam penanggulangan pandemi COVID-19.
"Khususnya, tentang bagaimana mengembangkan dan mengadopsi prinsip-prinsip AI dalam tiga kategori dasar aplikasi AI, yaitu mendiagnosis virus COVID-19, memantau penyebaran virus di tingkat mikro atau dari pasien ke lingkungan, dan di tingkat makro atau potensi penularan massal," jelasnya.
Bertukar Informasi Teknologi AI
Selain itu, workshop ini juga bertujuan untuk berbagi dan bertukar informasi tentang kebijakan dan praktik terbaik teknologi AI dalam mitigasi COVID-19 di anggota ekonomi APEC.
"Melalui workshop ini, kita dapat berbagi kebijakan tentang dampak COVID-19 terhadap pemulihan ekonomi anggota APEC, juga bertukar informasi dan pengalaman terkait produk atau teknologi berbasis AI yang dapat berkontribusi dalam mitigasi COVID-19," lanjut Budi.
Advertisement