Wamenkeu Harap AS Tak Gagal Bayar Utang

Presiden Amerika Serikat Joe Biden dan Ketua DPR Kevin McCarthy belum berhasil mencapai kesepakatan kenaikan plafon utang yang sudah mencapai ambang batas.

oleh Liputan6.com diperbarui 24 Mei 2023, 14:15 WIB
Ilustrasi Gedung Putih, Amerika Serikat. (Dok. Pixabay)

Liputan6.com, Jakarta - Presiden Amerika Serikat Joe Biden dan Ketua DPR Kevin McCarthy belum berhasil mencapai kesepakatan kenaikan plafon utang yang sudah mencapai ambang batas sebesar USD 31,4 triliun. Departemen Keuangan AS telah memastikan bahwa Amerika akan gagal bayar atau default pada 1 Juni jika plafon utang tidak dinaikkan.

Pemerintah RI pun terus memantau perkembangan masalah utang AS ini. Wakil Menteri Keuangan  (Wamenkeu) Suahasil Nazara menjelaskan, Pemerintah masih berupaya mencari solusi dari krisis yang dialami.

“Kita perhatikan dengan seksama seperti apa perkembangan di AS-nya. Kan kalau baca berita, mereka coba cari solusi,” kata Suahasil di Jakarta, Rabu (24/5/2023).

Tak hanya memantau AS, Pemerintah akan mewaspadai pergerakan yang terjadi di tingkat global. Sambil terus berharap agar tidak ada dampak yang besar dari kondisi di negara Adidaya tersebut.

“Pastinya nanti akan kita lihat bagaimana pergerakan di tingkat dunia. Moga moga enggak ada apa-apa,” kata dia.


Janet Yellen Meradang, Ingatkan Tenggat Waktu 1 Juni Mepet Buat Menaikkan Batas Utang AS

Menteri Keuangan AS Janet Yellen dalam sesi House Financial Services Committee. (AP)

Sebelumnya, Menteri Keuangan (Menkeu) Amerika Serikat Janet Yellen menegaskan bahwa 1 Juni merupakan tenggat waktu yang sulit bagi Amerika untuk menaikkan plafon utang AS.

Seperti diketahui, Menkeu AS beberapa waktu lalu memastikan bahwa AS akan mengalami gagal bayar utang alias default jika plafon utang tidak dinaikkan paling lambat 1 Juni mendatang.

"Saya menunjukkan dalam surat terakhir saya kepada Kongres bahwa kami memprediksi tidak dapat membayar semua tagihan pada awal Juni dan mungkin paling cepat 1 Juni. Dan saya akan terus memperbarui lebih lanjut ke Kongres, tetapi saya pasti belum mengubah penilaian saya. Jadi saya pikir itu adalah tenggat waktu yang sulit," kata Yellen, dikutip dari CNN Business, Senin (22/5/2023).

Yellen mengungkapkan, akan ada beberapa tagihan yang tidak terbayar, jika plafon utang AS tidak dinaikkan. "Akan ada pilihan sulit jika plafon utang tidak dinaikkan," ungkapnya dalam wawancara bertajuk Meet the Press di NBC.

"Dan tahukah Anda, sayamengatakan sejak 1789, Amerika Serikat memiliki sejarah membayar tagihannya tepat waktu. Itulah yang dunia ingin lihat, komitmen berkelanjutan untuk melakukan itu. Hal itulah yang mendasari sekuritas Treasury AS sebagai investasi teraman di dunia. Dan itu bukan situasi yang dapat diterima bagi kami untuk tidak dapat membayar tagihan kami," jelas Yellen.

 


Kelonggaran

Menkeu AS mengesampingkan kemungkinan beberapa tindakan tambahan yang dapat diambil presiden, dan pilihan sulit akan datang jika tidak ada kesepakatan kenaikan batas utang.

"Harapan tulus saya adalah Kongres akan menaikkan plafon utang," tutur dia seraya menambahkan bahwa 'Tidak akan ada hasil yang dapat diterima jika plafon utang tidak dinaikkan, terlepas dari keputusan apa yang kita buat".

Di sisi lain, Anggota DPT Perwakilan Republik Pennsylvania Brian Fitzpatrick melihat adanya kemungkinan  beberapa kelonggaran setelah batas waktu 1 Juni.

"Tanggal 1 Juni mungkin, tanggal sedini mungkin," katanya kepada CBS News. Seraya menambahkan jika AS memiliki arus kas yang cukup untuk membayar bunga utang.  

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya