Liputan6.com, Jakarta - Antusiasme masyarakat Indonesia untuk menunaikan ibadah haji begitu tinggi. Terbukti, daftar tunggu haji mencapai puluhan tahun.
Antrean haji di beberapa daerah bahkan telah mencapai 35 tahun.
Melihat kondisi ini, tak pelak ada yang berkecil hati karena pesimis umurnya cukup untuk menunaikan ibadah haji. Terlebih, jika mendaftar haji saat umurnya telah di atas 50 tahun.
Baca Juga
Advertisement
Pada kesempatan ini, redaksi menyajikan khutbah Jumat terkait hikmah dari panjangnya antrean haji. Materi khutbah Jumat ini disusun oleh Muhammad Faizin, Sekretaris PCNU Kabupaten Pringsewu, Lampung dan dinukil dari laman jatim.nu.or.id, dengan judul asal 'Khutbah Jumat Pilihan: Hikmah Penting di Balik Lamanya Antrean Haji'.
Daftar tunggu yang demikian panjang hendaknya tidak mengendorkan semangat untuk menuntaskan rukun Islam kelima, sehingga bisa ditunaikan dengan baik. Demikian pula aneka ikhtiar harus dilakukan demi tujuan mulia tersebut.
Semoga naskah khutbah Jumat ini bermanfaat untuk masyarakat dan menjadi amal untuk penulis maupun pemublikasi. Amin.
Khutbah I
اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ، وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّـدٍ رَسُوْلِ اللهِ، وَعَلَى اٰلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ وَالَاهُ
وَأَشْهَدُ أَنْ لَّا إِلٰهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ لَا نَبِيَّ بَعْدَهُ
أَمَّا بَعْدُ، فَإِنِّي أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ الْقَائِلِ في مُحْكَمِ كِتَابِهِ: الْحَجُّ أَشْهُرٌ مَعْلُومَاتٌ، فَمَنْ فَرَضَ فِيهِنَّ الْحَجَّ فَلَا رَفَثَ وَلَا فُسُوقَ وَلَا جِدَالَ فِي الْحَجِّ، وَمَا تَفْعَلُوا مِنْ خَيْرٍ يَعْلَمْهُ اللَّهُ، وَتَزَوَّدُوا فَإِنَّ خَيْرَ الزَّادِ التَّقْوَى، وَاتَّقُونِ يَا أُولِي الْأَلْبَابِ
Maasyiral Muslimin Rahimakumullah
Marilah kesempatan istimewa ini kita jadikan untuk saling mengingatkan akan makna takwa. Yakni bagaimana dalam sepekan, bahkan setiap saat untuk terus berupaya meningkatkan rasa takut kepada Allah SWT. Dengan demikian, setiap detik kita merasa terus dipantau layaknya CCTV. Percayalah, kalau demikian dalam keseharian, maka kualitas dan kuantitas ibadah maupun penghambaan kita kepada Allah SWT akan terus meningkat.
Mudah-mudahan kita tergolong orang yang bertakwa yang akan mendapatkan petunjuk dalam setiap langkah kehidupan kita. Dan dengan keimanan serta ketakwaan yang kokoh ini, semoga kita akan mampu menjadi umat Islam yang sempurna yang mampu mewujudkan rukun iman dan melaksanakan rukun Islam.
Maasyiral Muslimin Rahimakumullah
Kesempurnaan Islam bisa kita raih dengan menjalankan lima ibadah yang terangkum dalam rukun Islam. Dan ibadah yang menjadi pungkasan dalam rukun Islam tersebut adalah berangkat ke Tanah Suci untuk melaksanakan ibadah haji. Allah SWT berfirman dalam QS Ali 'Imran ayat 97 sebagai berikut:
وَلِلّٰهِ عَلَى النَّاسِ حِجُّ الْبَيْتِ مَنِ اسْتَطَاعَ اِلَيْهِ سَبِيْلًا وَمَنْ كَفَرَ فَاِنَّ اللّٰهَ غَنِيٌّ عَنِ الْعٰلَمِيْنَ
Artinya: Dan (di antara) kewajiban manusia terhadap Allah adalah melaksanakan ibadah haji ke Baitullah, yaitu bagi orang-orang yang mampu mengadakan perjalanan ke sana. Barang siapa mengingkari (kewajiban) haji, maka ketahuilah bahwa Allah Mahakaya (tidak memerlukan sesuatu) dari seluruh alam.
Hadirin yang Dirahmati Allah
Ayat ini menjadi pengingat pada kita selaku umat Islam untuk berusaha semaksimal mungkin bisa melaksanakan ibadah haji. Dengan menjalankan rukun Islam yang kelima ini, tentu kita akan bisa menyempurnakan keislaman kita. Sehingga pergi ke Tanah Suci untuk berhaji selalu menjadi cita-cita dan impian umat Islam sejak lahir ke dunia ini.
Namun dalam ayat ini, Allah memberi catatan bahwa ibadah haji merupakan kewajiban bagi orang-orang yang mampu untuk menunaikannya. Lalu pertanyaannya, apa kategori orang yang mampu dalam menjalankan ibadah haji?
Para ulama membagi pengertian “mampu berhaji” menjadi dua kategori. Pertama adalah mampu melaksanakan haji dengan dirinya sendiri dan yang kedua adalah mampu melaksanakan haji dengan digantikan orang lain.
Seseorang bisa disebut mampu melaksanakan ibadah haji dengan dirinya sendiri apabila memenuhi lima hal. Pertama adalah kesehatan jasmani. Kedua, sarana transportasi yang memadai. Ketiga, aman dan terjaminnya keselamatan nyawa, harta, dan harga dirinya selama perjalanan dan pelaksanaan ibadah haji. Keempat, perginya perempuan dengan suami, mahram, atau beberapa perempuan yang dapat dipercaya dalam ibadah haji. Dan kelima rentang waktu yang memungkinkan untuk menempuh perjalanan haji.
Jadi bisa kita pahami bahwa kriteria mampu untuk berhaji bukan hanya terkait dengan kemampuan finansial, namun banyak elemen yang perlu dipersiapkan untuk bisa dikatakan mampu berhaji. Jika seseorang sudah berusaha dan belum dapat mencukupi kriteria-kriteria mampu serta belum bisa melaksanakan ibadah haji, maka tidak ada dosa baginya.
Allah telah menegaskan dalam Al-Qur’an surat al-Baqarah ayat 286 sebagai berikut:
لاَ يُكَلِّفُ اللهُ نَفْسًا إِلاَّ وُسْعَهَا
Artinya: Allah tidak membebani seseorang melainkan menurut kesanggupannya.
Dalam surat al-Maidah, ayat 6 juga ditegaskan oleh Allah SWT sebagai berikut:
مَا يُرِيْدُ اللهُ لِيَجْعَلَ عَلَيْكُمْ مِنْ حَرَجٍ
Artinya: Allah tidak menginginkan bagi kalian sesuatu yang memberatkan kalian.
Namun demikian, hadirin yang dirahmati oleh Allah, kita patut berbahagia karena di Indonesia, semangat dan antusias umat Islam untuk berhaji sangat tinggi. Berbagai upaya dilakukan individu muslim, baik secara moral maupun material untuk dapat segera diberangkatkan pemerintah ke Tanah Suci. Hal ini terlihat dari antrean daftar tunggu yang berdasarkan data Kementerian Agama bisa mencapai puluhan tahun.
Dalam kondisi normal, pemerintah memberangkatkan 221 ribu jamaah untuk berhaji. Para jamaah Indonesia bergabung dengan kurang lebih 2,5 juta jamaah haji dari berbagai penjuru dunia. Namun kita ketahui bersama bahwa tahun ini pelaksanaan ibadah haji diprioritaskan kepada mereka yang berusia tua. Belum lagi sebelumnya terkendala pandemi Covid-19.
Dengan aturan yang ada, maka mereka yang telah mendaftar dan antreannya demikian panjang harus kembali menahan diri dan menebalkan kesabaran. Dengan demikian, kondisi ini tidak boleh menurunkan semangat umat Islam untuk terus berusaha dan berdoa guna mewujudkan impian untuk bisa beribadah di Tanah Suci. Sudah bisa dipastikan umat Islam, khususnya para calon jamaah haji yang memang sudah saatnya diberangkatkan, merasakan kesedihan atas penundaan haji ini.
Pelaksanaan haji boleh tertunda, tapi niat mesti terus terjaga. Kerinduan untuk mengunjungi Baitullah seyogianya tak ikut mereda. Baik bagi orang yang sudah menunggu antrean berangkat maupun baru berikhtiar menabung untuk itu. Kita harus mampu mengambil hikmah atas kondisi ini dan berdoa semoga dengan ditundanya ini tidak mengurangi sama sekali makna niat kita untuk melaksanakan ibadah haji. Perlu kita sadari bahwa salah satu tujuan dari beragama atau maqashidus syari'ah adalah hifdhun nafs, menjaga keselamatan jiwa. Menjaga keselamatan adalah sesuatu yang tidak bisa ditunda. Kaidah fiqih juga menegaskan bahwa:
دَرْءُ الْمَفَاسِدِ مُقَدَّمٌ عَلَى جَلْبِ الْمَصَالِحِ
Artinya: Upaya menolak kerusakan harus didahulukan daripada upaya mengambil kemaslahatan.
Dengan pertimbangan memberikan kesempatan kepada mereka yang usianya senja semoga menjadi jalan bagi kemudahan jamaah lain. Marilah kita berdoa semoga kondisi ini segera berlalu dan dapat kembali normal. Semoga Allah mengijabah doa kita semua, amin.
أَقُوْلُ قَوْلِيْ هٰذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ وَلَكُمْ، فَاسْتَغْفِرُوْهُ، إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ
Advertisement
Khutbah II
اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ وَكَفَى، وَأُصَلِّيْ وَأُسَلِّمُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ الْمُصْطَفَى، وَعَلَى اٰلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَهْلِ الْوَفَا
أَمَّا بَعْدُ، فَيَا أَيُّهَا الْمُسْلِمُوْنَ، أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ الْعَلِيِّ الْعَظِيْمِ، وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ عَظِيْمٍ، أَمَرَكُمْ بِالصَّلَاةِ وَالسَّلَامِ عَلَى نَبِيِّهِ الْكَرِيْمِ فَقَالَ: إِنَّ اللهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ، يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا، اَللّٰهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى اٰلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى اٰلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى اٰلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى اٰلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ، فِيْ الْعَالَمِيْنَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ
اَللّٰهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ والْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ الْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْأَمْوَاتِ، اَللّٰهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا الْبَلَاءَ وَالْغَلَاءَ وَالْوَبَاءَ وَالْفَحْشَاءَ وَالْمُنْكَرَ وَالْبَغْيَ وَالسُّيُوْفَ الْمُخْتَلِفَةَ وَالشَّدَائِدَ وَالْمِحَنَ، مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ، مِنْ بَلَدِنَا هَذَا خَاصَّةً وَمِنْ بُلْدَانِ الْمُسْلِمِيْنَ عَامَّةً، إِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ. اَللّٰهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَاةً تُبَلِّغُنَا بِهَا حَجَّ بَيْتِكَ الْحَرَامِ، وَزِيَارَةَ حَبِيْبِكَ مُحَمَّدٍ عَلَيْهِ أََفْضَلُ الصَّلَاةِ وَالسَّلاَمِ، فِي صِحَّةٍ وَعَافِيَةٍ وَبُلُوْغِ الْمَرَامِ وَعَلَى اٰلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلِّمْ . رَبَّنَا اٰتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ . وَالْحَمْدُ للَّهِ رَبِّ الْعالَمِينَ
عِبَادَ اللهِ، إنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإحْسَانِ وَإِيْتَاءِ ذِي الْقُرْبَى ويَنْهَى عَنِ الفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالبَغْيِ، يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ
Tim Rembulan
Simak Video Pilihan Ini: