Liputan6.com, Jakarta - Kucing yang kehilangan bulu juga dikenal sebagai alopesia. Kondisi ini bisa terjadi secara keseluruhan atau sebagian, dan bisa disebabkan oleh berbagai faktor.
Menurut asisten profesor dermatologi di Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Georgia, Fiona Bateman, faktor paling umum adalah alergi kulit.
Advertisement
Ada jenis alopesia normal pada kucing pada bagian luar telinga atau pinnal alopecia. Hal ini sering terjadi pada kucing Siamese, tetapi biasanya akan sembuh dengan sendirinya. Alopesia pada kucing merupakan kondisi yang luas dengan banyak faktor potensial.
Selain itu, adapun alasan lain yang menyebabkan bulu kucing rontok, apa saja?
Kutu yang Menyebabkan Gatal dan Grooming Berlebihan
Kutu adalah parasit yang menggigit dan mengganggu kucing. Kucing akan merasa gatal jika terkena kutu.
Banyak dari mereka akan menjilati bulu mereka sendiri untuk menghilangkan rasa gatal.
Mereka tidak hanya kehilangan rambut, tetapi sebenarnya mencabut bulu mereka sendiri dengan menjilatnya secara berlebihan.
"Bukan berarti rambutnya tidak bisa tumbuh. Kucing-kucing ini menjilati bulu mereka dengan begitu cepat sehingga rambutnya tidak punya kesempatan untuk tumbuh kembali,” jelas Bateman kepada Catster.
Untungnya, menurut Bateman, kemungkinan besar bulu rontok pasti akan tumbuh kembali.
Selain itu, kudis dan scabies juga dapat membuat kulit kucing gatal, yang menyebabkan perilaku grooming yang berlebihan dan menyebabkan bulu kucing rontok.
Bisa Jadi karena Sakit atau Infeksi
Terkadang, kucing akan menjilati bagian tubuhnya secara berlebihan bukan karena gatal, melainkan karena jaringan di bawah kulit terasa sakit.
“Misalnya, jika kucing mengalami arthritis, ia mungkin akan terus-menerus menjilati sendi yang sakit karena rasanya nyeri, dan menjilati tersebut membantu mengurangi ketidaknyamanan. Namun, masalahnya adalah kucing juga menjilati bulunya hingga rontok,” jelas Bateman.
Bateman mengaku pernah melihat kucing yang memiliki tulang rusuk yang patah. Kucing tersebut menjilati tulang rusuk yang sakit dengan sangat sering sehingga area di sekitar tulang tersebut menjadi tidak berbulu.
Kemungkinan lainnya adalah infeksi. Ini tidak sering terjadi, tetapi memang bisa menjadi penyebab kucing kehilangan rambut.
Menurut Bateman, kucing yang mengalami kondisi infeksi seperti infeksi staphylococcus dan infeksi jamur seperti kurap dapat kehilangan rambut di area yang terkena.
Advertisement
Gangguan Endorkin
Kucing yang kehilangan rambutnya mungkin memiliki hipertiroidisme, yaitu kelenjar tiroid yang terlalu aktif, yang menyebabkan penurunan berat badan dan gejala lainnya.
Selain masalah tiroid, jika kucing mengalami ketidakseimbangan hormon dan kadar steroid yang tinggi dalam tubuh. Hal ini menyebabkan folikel rambutnya dapat mati dan dengan tingkat hormon yang tidak normal, sehingga rambut baru mungkin tidak tumbuh kembali.
Sebagai contoh, penyakit Cushing, yaitu gangguan metabolisme yang menyebabkan produksi kortisol berlebihan, dapat menyebabkan kucing mengalami kerontokan rambut.
Kanker atau Efek Samping Obat
Kanker
Untungnya, kanker jarang menjadi penyebab kucing kehilangan rambut. Kemungkinan besar kerontokan rambut pada kucing bukanlah hal yang serius.
Namun, ada kondisi abnormal pertumbuhan sel yang dapat menyebabkan kerontokan rambut pada kucing.
“Salah satu kondisi serius yang terjadi sebagai akibat kanker adalah alopesia paraneoplastik, di mana kucing mengalami kerontokan rambut yang disertai gatal dan kulit yang lembab,” jelas Hayworth. Namun, penyebab-penyebab serius seperti ini sangat jarang terjadi.
Efek Samping Obat
Penggunaan prednisone yang dioleskan pada kulit dapat menyebabkan kerontokan rambut dan melengkungnya bagian telinga. Biasanya, menurut Hayworth, jika penggunaan obat dihentikan, kondisi kucing dapat pulih kembali.
Advertisement