Liputan6.com, Teheran - Kementerian pertahanan Iran pada hari Kamis meluncurkan rudal balistik baru dengan jangkauan 2.000 kilometer (1.242 mil) dan kapasitas untuk membawa hulu ledak seberat lebih dari satu ton.
Rudal Kheibar – versi terbaru dari Khorramshahr yang merupakan rudal jarak jauh Iran hingga saat ini – diluncurkan di samping replika masjid Al Aqsa di Yerusalem timur, dalam siaran langsung di televisi pemerintah.
Advertisement
Menteri Pertahanan Iran Mohammad-Reza Ashtiani mengatakan rudal itu diluncurkan sebagai bagian dari langkah untuk "memberikan dukungan komprehensif kepada teman dan negara kita yang berada di jalur pertempuran melawan sistem dominasi".
Kantor berita negara IRNA yang dikutip AFP, Kamis (25/5/2023), mengatakan Kheibar adalah "rudal bahan bakar cair dengan jangkauan 2.000 kilometer dan hulu ledak 1.500 kilogram".
Namanya merujuk pada kota kuno Khaybar - yang terletak di zaman modern Arab Saudi - yang terkenal dengan pertempuran abad ketujuh yang menentukan di mana pasukan Nabi Muhammad mengalahkan ribuan penduduk Yahudi.
Menurut media pemerintah, kecepatan rudal taktis dengan mobilitas tinggi "dapat mencapai Mach 16 di luar atmosfer dan Mach 8 di dalam atmosfer".
Peluncuran rudal Kheibar itu dilakukan di tengah meningkatnya ketegangan dalam konflik Israel-Palestina dan lebih dari 10 hari memasuki gencatan senjata Gaza yang rapuh, yang mengakhiri lima hari konflik lintas perbatasan antara Israel dan kelompok militan Palestina yang didukung Iran, Islamic Jihad.
Jejak Kesepakatan Nuklir Iran
Adapun beberapa hari setelah rudal Khorramshahr diresmikan pada tahun 2017, presiden AS saat itu Donald Trump mengeluarkan peringatan keras untuk Teheran. Hal itu menimbulkan ketidakpastian yang semakin meningkat mengenai apakah kesepakatan nuklir yang dicapai dengan Iran akan bertahan.
Kesepakatan 2015 yang secara resmi dikenal sebagai Joint Comprehensive Plan of Action atau JCPOA, memberi Iran keringanan dari sanksi internasional dengan imbalan pembatasan program nuklirnya.
Tetapi kesepakatan itu runtuh pada 2018 setelah Amerika Serikat secara sepihak menarik diri darinya dan menerapkan kembali sanksi, mendorong Iran untuk menangguhkan implementasi komitmennya sendiri untuk mengekang aktivitas nuklir termasuk pengayaan uranium.
Pada Januari 2020, Iran melancarkan serangan rudal terhadap pasukan AS di pangkalan militer Ain al-Assad di Provinsi Anbar Irak, beberapa hari setelah serangan pesawat tak berawak AS di bandara Baghdad menewaskan komandan Pengawal Revolusi Qasem Soleimani dan letnan Irak Abu Mahdi al-Muhandis.
Advertisement