Liputan6.com, Jakarta Indonesia membutuhkan dana USD 550 juta, atau sekitar Rp 8 triliun untuk menutup pembengkakan biaya (cost overrun) proyek Kereta Cepat Jakarta Bandung (KCJB). Pemerintah saat ini masih bernegosiasi dengan China Development Bank (CDB) untuk pinjaman tersebut.
Direktur Utama PT Kereta Api Indonesia (Persero) Didiek Hartantyo mengemukakan, saat ini proses negosiasi dengan CDB untuk pinjaman utang proyek Kereta Cepat itu masih menemui dua masalah.
Advertisement
"Proses dengan CDB masih berlangsung. Ada dua masalah, yaitu masalah penjaminan dan masalah suku bunga. Sekarang dalam proses negosiasi dengan CDB," kata Didiek di Gedung Sarinah, Jakarta, Kamis (25/5/2023).
Terkait bunga pinjaman, awalnya China menawarkan 4 persen. Pasca proses negosiasi, bunga pinjaman berhasil turun jadi 3,4 persen. Namun, pemerintah belum puas dan berharap itu bisa mencapai relaksasi hingga 2 persen.
Didiek mengabarkan, Indonesia terus berupaya membujuk China agar bunga pinjaman bisa mentok ke 2 persen. Proses negosiasi pun disebutnya sudah semakin mengerucut.
"Negosiasi itu kan dari ujung ke ujung. Kalau tadinya (panjang), sekarang sudah mendekati begini (pendek, mau rampung)," imbuh dia.
Lebih lanjut, Didiek menjelaskan, Indonesia dan China telah menyepakati nilai cost overrun atau pembengkakan biaya proyek Kereta Cepat Jakarta Bandung menjadi sekitar USD 1,2 miliar.
Pinjaman itu merupakan struktur pembiayaan proyek yang membuat China dan Indonesia ikut menanggung beban cost overrun. Dengan porsi 25 persen berasal dari setoran ekuitas, dan 75 persen berasal dari pinjaman utang.
Disepakati dalam porsi pinjaman untuk pembengkakan pihak Indonesia menanggung 60 persen, dan China 40 persen. Sehingga, bila dihitung nilai total pembengkakan biaya USD 1,2 miliar, Indonesia menanggung porsi sekitar USD 597 juta.
Disebutkan Didiek, China berjanji untuk menuntaskan pembiayaan per Mei 2023 ini. Sementara Indonesia masih harus berjuang untuk meraih pinjaman dari China Development Bank.
"Yang 40 persen, ini janji dari pihak China akan dipenuhi bulan Mei 2023. Untuk komponen yang loan (Indonesia) yang 75 persen, proses dengan CDB masih berlangsung," pungkas Didiek.
Dirut KAI: Sarana Pendukung Kereta Cepat Jakarta-Bandung Masih Penyelesaian
Direktur Utama PT Kereta Api Indonesia (Persero) Didiek Hartantyo mengatakan saat ini sarana pendukung untuk Kereta Cepat Jakarta-Bandung (KCJB) masih dalam tahap penyelesaian.
"Semua dalam tahap penyelesaian," kata Didiek kepada Liputan6.com, Kamis (25/5/2023).
Namun, ketika ditanya lebih lanjut Didiek tidak menyebutkan berapa persen tahapan penyelesaian sarana pendukung KCJB tersebut rampung.
Diketahui pada (23/5) Kereta Cepat Jakarta Bandung (KCJB) telah melakukan uji coba operasional dari Stasiun Halim ke Stasiun Tegalluar. Pada uji coba kereta cepat ini, kecepatan KCJB pun secara bertahap ditingkatkan.
Di awal uji coba, kereta inspeksi atau comprehensive inspection train (CIT) melaju dengan kecepatan rata-rata 60 Km per jam. Namun, kecepatannya berangsur ditambah hingga 180 km per jam.
Sebelumnya, Direktur Utama KCIC Dwiyana Slamet Riyadi mengatakan, peningkatan kecepatan uji coba ini akhirnya dapat dilakukan setelah seluruh persiapan awal pelaksanaan Testing & Commissioning berhasil diselesaikan.
Adapun uji coba tersebut dilakukan karena Pemerintah menargetkan Kereta api cepat Jakarta Bandung, akan mulai beroperasional pada 18 Agustus 2023 sebagai hadiah HUT RI ke-78.
Advertisement
90 Persen Infrastruktur Listrik Kereta Cepat Jakarta Bandung Rampung
PT PLN (Persero) kebut optimalisasi jaringan listrik di tiga wilayah utama pemasok listrik Proyek Strategis Nasional (PSN) Kereta Cepat Jakarta Bandung (KCJB).
Direktur Utama PLN, Darmawan Prasodjo mengatakan 90 persen pasokan dan jaringan listrik KCJB telah siap mendukung beroperasinya KCJB pada Agustus 2023 mendatang.
“Proyek jaringan kelistrikan untuk kereta cepat ini dikerjakan oleh dua Unit Induk Pembangunan (UIP) kami, yaitu PLN UIP Jawa Bagian Barat (JBB) di mana ke lima infrastruktur utama telah berhasil kami operasikan. Dan PLN UIP Jawa Bagian Tengah (UIP JBT) yang mana dari lima infrastruktur tinggal satu lagi yang akan segera terselesaikan. Jadi kami sampaikan 90 persen infrastruktur KCJB ini telah siap untuk mendukung beroperasinya kereta cepat Jakarata Bandung pada Agustus 2023,” jelas Darmawan.
Darmawan melanjutkan, keberhasilan PLN dalam menuntaskan pembangunan infrastruktur pada tiga wilayah penunjang utama kereta api cepat ini menjadi bukti keseriusan PLN dalam mendukung setiap Proyek Strategi Nasional (PSN).
"PLN terus mendukung penyelesaian proyek-proyek strategis nasional. PLN berkomitmen menghadirkan listrik yang andal, salah satunya pada infrastruktur kelistrikan Kereta Cepat Jakarta Bandung (KCJB) yang sedang kami kebut penyelesaiannya ini," ujar Darmawan.
Penggunaan Produk Dalam Negeri
Darmawan menambahkan, keseriusan PLN tidak hanya pada penyelesaian proyek ini, tetapi juga pada penggunaan produk-produk dalam negeri. Dalam proyek ini PLN mampu menggunakan produk dengan tingkat komponen dalam negeri (TKDN) yang rata-rata mencapai 78,89 persen.
Adapun kelima infrastruktur yang berhasil di wilayah Jawa Bagian Barat dan telah siap beroperasi meliputi; Saluran Kabel Tegangan Tinggi (SKTT) 150 kilo volt (kV) Traksi Halim - Poncol Baru II, SKTT 150 kV Traksi Halim - Bekasi II /Summarecon, 1 Bay Line Gas Insulated Substation (GIS) 150 kV Bekasi II/ Summarecon arah Gardu Induk (GI) Traksi Halim Kereta Cepat Indonesia China (KCIC), 1 Bay Line GIS 150 kV Poncol Baru II arah GI Traksi Halim KCIC, dan Gardu Induk (GI) 150 kV Traksi Halim.
Advertisement