Investor Asing Getol Borong Saham di BEI, Ini Alasannya

Investor asing dalam dua hari ini mayoritas memborong saham-saham bank kapitalisasi besar

oleh Elga Nurmutia diperbarui 25 Mei 2023, 19:43 WIB
Pengunjung melintas di papan elektronik yang menampilkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Jakarta. Investor asing dalam dua hari ini mayoritas memborong saham-saham bank kapitalisasi besar (Liputan6.com/Johan Tallo)
Liputan6.com, Jakarta Selama dua hari belakangan ini investor asing melakukan aksi beli (net buy) dalam jumlah besar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Bahkan, satu hari saja bisa melakukan aksi beli di atas Rp 700 miliar. 
 
Analis PT MNC Sekuritas, Herditya Wicaksana mengatakan, aksi beli tersebut disebabkan adanya kepercayaan investor asing terkait prospek ekonomi Indonesia yang dapat dinilai positif.
 
"Kalau melihat adanya inflow asing ke Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) hal tersebut berarti adanya kepercayaan investor asing akan prospek ekonomi Indonesia yang dapat dikatakan positif, hal ini juga ditambah dengan masih negatifnya sentimen dari global terutama AS," kata Herditya kepada Liputan6.com, Kamis (25/5/2023). 
 
Bagi para investor, Herditya merekomendasikan beberapa saham mulai dari sektor perbankan hingga telekomunikasi, seperti saham BBRI, BBNI, ANTM dan TLKM.
 
Selain itu, Head of Online Trading PT Ciptadana Sekuritas Asia Zabrina Raissa melihat investor asing dalam dua hari ini mayoritas memborong saham-saham bank kapitalisasi besar seperti BBRI, BBCA dan saham-saham kapitalisasi besar lainnya seperti ASII dan ICBP. 
 
"Hal inilah yang membuat IHSG mendapatkan net foreign buy dan membuat IHSG rebound dalam jangka pendek. Seperti yang kita lihat, BBRI mencetak all time high (ATH) menyentuh 5.600 karena net foreign buy yg cukup masif selama seminggu terakhir," kata Zabrina.
 
Setali tiga uang, saham BBCA, ICBP dan ASII selama seminggu terakhir juga mengalami penguatan harga cukup signifikan.
 
"Aksi beli oleh investor asing ini dilakukan mungkin karena secara makro ekonomi Indonesia berjalan dengan baik dibandingkan negara-negara lain yang sudah jelas mengalami perlambatan pertumbuhan ekonomi," ujarnya.
 
 

Dampak Harga Komoditas

Karyawan berjalan di depan layar Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Jumat (22/1/2021). Indeks acuan bursa nasional tersebut turun 96 poin atau 1,5 persen ke 6.317,864. (Liputan6.com/Johan Tallo)
Menurut ia, Indonesia juga mengalami sedikit perlambatan dikarenakan mulai turunnya harga-harga komoditas seperti batu bara, minyak mentah, nikel, CPO, dan lain-lain. Hal ini juga dapat dilihat akhir-akhir ini terjadi rotasi sektoral dr energi ke konsumer (sektor defensif). 
 
Dengan demikian, saham-saham dari IDX NONCYCLIC dan IDXCYCLIC mencatatkan kenaikan yg signifikan dibanding sektor energi (khususnya batu bara) dan hal ini sejalan dgn foreign flow dimana asing lebih banyak melakukan aksi beli pada sektor konsumer seperti ICBP dan INDF. 
 
"Suku bunga juga menjadi penentu, bila kita perhatikan suku bunga global masih cenderung naik sedangkan Indonesia tidak mengalami kenaikan suku bunga (terakhir 5,75 persen) dan Rupiah juga cenderung stabil sehingga outlook pasar untuk Indonesia bisa dikatakan stabil," ujarnya.
 
Menurut ia, untuk saham-saham yang bisa dicermati terlihat bahwa foreign melakukan inflow pada saham-saham perbankan dan saham-saham dengan kapitalisasi besar seperti GOTO, BBRI, BBCA, ICBP dan ASII. 
 
"Inflow masif terjadi pada saham GOTO di mana asing mencatatkan net inflow sebesar 558 Bio, BBRI 523 Bio, BBCA 522 Bio, ICBP 320 Bio dan ASII sebesar 118 Bio tercatat dari Senin 22 Mei 2023 atau awal minggu ini," ujar dia.
 
 

Saham Penopang IHSG

Karyawan mengambil gambar layar Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Jumat (22/1/2021). Sebanyak 111 saham menguat, 372 tertekan, dan 124 lainnya flat. (Liputan6.com/Johan Tallo)
Ia mengatakan, terlihat kenaikan saham juga cukup lumayan pada saham-saham tersebut di mana saham-saham yang menjadi penopang IHSG di mana weighting terhadap IHSG cukup besar mendorong IHSG di zona positif selama tiga hari kebelakang. 
 
"Untuk saham yang considered lagging ada saham GOTO di mana kenaikannya masih belum signifikan dibandingkan big banks dan saham lainnya. Untuk GOTO juga cukup menarik dimana hari ini ada kebijakan BI yang menahan suku bunga di level 5,75 persen yang biasanya berdampak cukup positif nantinya untuk saham technology jika terjadi penurunan suku bunga kedepannya," ujar dia.
 
Selain itu, ia menyebut, saham-saham berbasis energi juga sudah cukup oversold belakangan ini, bisa dicermati jika mulai terjadi reversal pada saham-saham berbasis coal seperti ADRO, ADMR, INDY dan emiten lainnya yang berkomitmen untuk beralih bisnis ke green energy atau sustainable energy.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya