Liputan6.com, Jakarta - Kafe jamu menjadi tempat yang menarik dikunjungi untuk menikmati ragam ramuan tradisional khas Nusantara. Salah satu yang sukses mencuri atensi adalah Suwe Ora Jamu, yang didirikan oleh Nova Dewi.
CEO dan Co-Founder Suwe Ora Jamu tersebut gemar minum jamu sejak kecil. Kecintaannya pada jamu membawanya terjun ke bisnis jamu yang dibalut konsep kekinian.
Advertisement
"Hobi saya dari kecil salah satunya minum jamu, keluarga saya turun temurun sudah believe in holistic natural living," kata Nova dalam bincang virtual beberapa waktu lalu.
Ia melanjutkan, sejak kecil ia dilatih disiplin untuk menata pola hidup. Dalam perjalanannya, Nova mengenang waktu minum jamu sedari dini menjadi kebiasaan rutinnya.
"Misalnya saya lagi sehat dan segar, minumnya kunyit asam, beras kencur. Tapi kalau lagi enggak enak badan, jamunya cenderung rasanya pahit. Dari situ enggak terlalu ada ketakutan minum jamu karena sudah terbiasa," lanjutnya.
Nova berbagi tentang memori masa kecil yang sangat disyukurinya. Ia merasa beruntung dilahirkan di era yang melihat sosok ibu dan neneknya berkegiatan di dapur dan membuatkannya jamu.
"Jadi kayak ada personal attachment atau memori yang saya merasa I'm being loved, being taken care of, merasa saya important waktu itu," terang Nova.
Hobi dan kenangan manis saat kecil lantas membukakan pintu kesempatan bagi Nova. Ia fokus dan terjun ke bidang jamu dengan pindah dari Surabaya ke Jakarta pada 2009.
Hadirkan Hal yang Unik
Saat itu, Nova belum mengenal siapapun dan berpikir cara agar bisa mengenal lebih dekat warga Jakarta. Ketika teman-temannya berkunjung ke rumah, ia pun menawarkan pilihan minuman, seperti jamu, kopi, atau teh.
"Biasanya suguhannya 'mau minum apa? kopi, teh, sirup?', tapi aku ingin nawarin jamu awalnya. Saat kedatangan kedua, aku tawarkan mau jamu, kopi atau teh dan raut mereka berbeda-beda," cerita Nova.
Saat itu, ia melihat adanya peluang untuk membuka usaha jamu. Nova pun mulai bereksplorasi dan bertanya mana saja tempat untuk minum jamu di Jakarta.
"Dari situ aku ngulik, gimana cara bikin jamu yang enak dan anak-anak muda tidak takut karena mindset pahit," tutur Nova.
Mantap berbisnis, Nova lantas melancarkan langkah dengan beragam hal, mulai riset dan membaca kesempatan yang ada. Sembari bereksplorasi, Nova membuat sesuatu yang unik, bisa mendatangkan cuan, mengingat bahan baku jamu sangat melimpah di Indonesia.
Advertisement
Ragam Pilihan Jamu
Suwe Ora Jamu lahir pada Februari 2013 lalu yang bermula dari kedai sederhana menjual jamu, kopi, hingga camilan tradisional rumahan di bilangan Petogogan. Dikutip dari laman Suwe Ora Jamu, kedai jamu ini hadir pula di Komunitas Salihara, Warung Jati (Jl. Warung Jati), Alun-Alun Indonesia Grand Indonesia, dan M Bloc Space.
Konsep di setiap cabang selalu disesuaikan dengan lingkungan dan target market yang ada. Tahun demi tahun, bisnis Nova berkembang dan jamu houseblend Suwe Ora Jamu juga hadir di berbagai titik di Jabodetabek, Bali (sejak 17 Agustus 2013), dan Surabaya (sejak 17 Agustus 2017).
Kedai jamu ini menghadirkan ragam varian, mulai dari kunyit asem, beras kencur, rosella, wedang jahe, alang-alang, kayu manis sitrus, sereh telang, asem Jawa, dan temulawak rempak. Selain itu, ada pula Sodamu Pop, produk jamu kontemporer yang memadukan cita rasa jamu berkarbonasi.
"Melestarikan jamu sebagai ramuan tradisional yang sehat, yang merupakan salah satu dari beragam warisan kekayaan budaya Indonesia," demikian bunyi visi dari kafe jamu ini.
Misi Suwe Ora Jamu dijelaskan, "Menyajikan jamu serta makanan dan minuman khas Indonesia lainnya, dengan mengedepankan pelayanan yang nyaman, hangat, dan sehat, serta tempat yang homey dan menyenangkan."
Tentang Jamu
Jamu adalah sebutan orang Jawa terhadap obat hasil ramuan tumbuh-tumbuhan asli dari alam yang tidak menggunakan bahan kimia sebagai zat tambahan. Jamu telah dikenal sejak jaman nenek moyang sebelum farmakologi modern masuk ke indonesia.
Oleh karenanya, banyak resep racikan jamu sudah berumur ratusan tahun dan digunakan secara turun temurun sampai saat ini. Tidak ada data yang pasti mengenai kapan pertama kali istilah "jamu" digunakan oleh orang Indonesia.
Menurut ahli bahasa Jawa Kuno, istilah "jamu" berasal dari bahasa Jawa Kuno, "Jampi" atau "Usodo" yang berarti penyembuhan yang menggunakan ramuan obat-obatan maupun doa-doa dan ajian-ajian. Pada abad pertengahan (15--16 M), istilah usodo jarang digunakan.
Sebaliknya, istilah jampi semakin populer di antara kalangan keraton. Kemudian, sebutan "jamu" mulai diperkenalkan pada publik oleh "dukun" atau tabib pengobat tradisional.
Pemanfaatan jamu diyakini telah berlangsung ratusan bahkan ribuan tahun sejak periode kerajaan Hindu-Jawa. Relief candi Borobudur yang dibuat pada Kerajaan Hindu-Budha tahun 772 M menggambarkan kebiasaan meracik dan meminum jamu untuk memelihara kesehatan.
Bukti sejarah lainnya yaitu penemuan prasasti Madhawapuradari peninggalan kerajaan Hindu-Majapahit yang menyebut adanya profesi"tukang meracik jamu"yang disebut Acaraki. Setelah mengenal budaya menulis, bukti sejarah mengenai penggunaan jamu semakin kuat, yaitu dengan ditemukannya USADA lontar di Bali yang ditulis menggunakan bahasa Jawa Kuno.
Namun, pada masa tersebut, jamu masih digunakan oleh kalangan terbatas. Akhirnya, banyak ahli botani yang mempublikasikan tulisan-tulisan mengenai ragam dan manfaat tanaman untuk pengobatan.
Advertisement