Liputan6.com, Jakarta Harga sejumlah bahan pangan saat ini tengah bergejolak, mulai dari telur ayam hingga bawang putih terus mengalami kenaikan. Hal itu pun mulai dirasakan oleh masyarakat, utamanya pedagang warteg dan pedagang nasi padang.
Misalnya, Aisyah yang merupakan pedagang warteg mengeluhkan harga bahan pangan mulai melonjak. Dia menyebut apalagi harga bawang putih pasca lebaran terus mengalami kenaikan secara bertahap, mulai dari Rp 20 ribu per kilogram, Rp 25.000 per kilogram, hingga saat ini menembus Rp 40.000 per kilogram.
Advertisement
"Pas bulan puasa harganya Rp 20 ribu terus naik lagi Rp 25 ribu per kilogram, sekarang naik lagi harganya Rp 40 ribu," kata Aisyah kepada Liputan6.com, Jumat (26/5/2023).
Sebagai informasi, mengutip Sistem Pemantauan Pasar dan Kebutuhan Pokok Kemendag, harga bawang putih selama seminggu terakhir mengalami kenaikan hingga 11,1 persen jadi Rp37.300 per kilogram dibanding rata-rata pasar tradisional Indonesia.
Sementara, berdasarkan data Pusat Informasi Harga Pangan Strategis (PIHPS) Nasional, harga bawang putih di kisaran Rp 38.750 per kilogram.
Meskipun harga bawang putih mahal, tapi Aisyah tetap membelinya karena terpaksa untuk bahan bumbu masakan wartegnya. Walaupun keuntungan yang didapat semakin menipis, Aisyah mengaku tetap menjual makanan di wartegnya dengan harga normal seperti biasa, karena jika dinaikkan maka calon pembeli akan kabur.
"Biar pun tetap mahal tetap dibeli, ya gimana lagi supaya saya bisa makan sehari-hari biarpun untungnya dikit. Kadang-kadang ada untung kadang-kadang," ujar pengusaha warteg itu.
Harga Telur Ayam
Selain bawang putih, yang menjadi sorotan pedagang warteg adalah komoditas telur ayam. Pasalnya harga telur ayam di Jakarta rata-rata di kisaran Rp 32.256 per kilogram, dan harga tertinggi dijual Rp 35.000 per kilogram.
"Telur juga mahal di Rp 34 ribuan belinya. Kalau jual di warteg jualnya Rp 5000 satu butir, kalau sama nasi dan sayur Rp 10.000. Kalau harga (makanan) ga bisa dinaikin, kalau dinaikkin nanti pada kabur. Yaudah walaupun untungnya dikit tetep jual (makanan)," ungkapnya.
Hal yang sama juga dirasakan Yanti, yang merupakan pedagang nasi padang di Cikini, Jakarta Pusat. Walaupun harga bahan pangan melonjak, dirinya tetap membeli bawang putih hingga telur. Karena keduanya adalah komponen yang penting.
"Beli bawang putih dulunya Rp 25.000 sekarang Rp 40.000-45.000. Nggak ada, siasat atau langkah lain tetap jual meskipun harga mahal yah mau nggak mau untungnya sedikit. Kalau sepi yah nombok, untung juga dikit. Cuma bisa makan ajalah," ujarnya.
Advertisement
Pasrah
Yanti juga mengaku pasrah ketika usahanya tidak menghasilkan keuntungan. Menurutnya, yang terpenting bisa cukup untuk makan sehari-hari. Perihal jika warung nasi padangnya sepi, Yanti pun terkadang malah merugi, karena modal dan penghasilan tidak sebanding.
"Sekarang Rp 34.000 telur ayam juga mahal, bawang putih mahal, yah dijalani mau nggak mau. Yang penting bisa makan," pungkasnya.