Kisah Nenek Supiah di Kota Malang, Gagal Berangkat Haji karena Keluarga Tak Tega Berangkat Sendiri 

Supiyah (93), warga Bumiayu, Kecamatan Kedungkandang, Kota Malang, harus merelakan kesempatan untuk berangkat haji tahun ini karena pihak keluarga tidak setuju, mengingat kondisinya yang sudah sepuh dan berangkat sendirian.

oleh Liputan6.com diperbarui 26 Mei 2023, 18:01 WIB
Supiyah (93) didampingi anak dan menantunya di Malang. (Istimewa)

Liputan6.com, Malang - Supiyah (93), warga Bumiayu, Kecamatan Kedungkandang, Kota Malang, harus merelakan kesempatan untuk berangkat haji tahun ini karena pihak keluarga tidak setuju, mengingat kondisinya yang sudah sepuh dan berangkat sendirian.

Supiyah seharusnya masuk dalam rombongan jemaah calon haji tahun ini. Seluruh Biaya Perjalanan Ibadah Haji (BPIH) pun sudah terbayar lunas sebelum batas akhir.

Bahkan pihak Kelompok Bimbingan Ibadah Haji (KBIH) beberapa waktu lalu telah mengirimkan perlengkapan hajinya. Tetapi Supiyah dan keluarga kemudian memutuskan untuk tidak berangkat dengan sejumlah pertimbangan.

"Sak karepe wis (terserah), yo pengin (ingin) sakjane (sebenarnya)," kata Supiyah, Selasa (23/5/2023).

Supiyah mendaftar haji pada 29 Maret 2017 dan berdasarkan usia, termasuk jamaah haji yang mendapat prioritas untuk diberangkatkan ke Tanah Suci.

Kala itu turut mendaftar juga Ahmad Fathoni, cucunya, dengan pertimbangan akan menjadi pendamping. Kemudian muncul ketentuan kalau pendampingnya harus anaknya, maka anak dan menantu Supiyah yakni Suryati (60) dan Abdul Hayyi (72) pun akhirnya mendaftar.

Namun pada musim haji 2023, hanya Supiyah yang mendapatkan panggilan untuk berangkat menunaikan ibadah haji. Karena itu keluarga kemudian mempertimbangkan keberangkatan Supiyah, jika tanpa pendampingan dari keluarga.

"Dipikir-pikir nanti kerepotan di sana. Akhirnya tidak jadi berangkat," tegas Abdul Hayyi, menantu Supiyah.

Sementara Suryati, anak Supiyah mengaku tidak tega bila ibunya harus berangkat seorang diri. Apalagi keseharian selama ini memang Suryati hidup bersama dan memahami kebiasaan ibunya.

"Kalau yang mendampingi orang lain, tidak tega. Kalau thawaf mungkin bisa tetapi kalau keseharian di kamar, ke kamar mandi, buang air, rasanya kok tidak tega, kalau bukan keluarganya sendiri, enggak tega," jelasnya.


Yakin Tahun Depan Berangkat

360 Jemaah Haji Asal Grobogan Jateng Tiba di Madinah, Dapat Mawar dan Bingkisan. (Liputan6.com/Nafiysul Qodar)

Suryati juga mengaku kasihan dengan petugas pendampingnya bila harus mengurusi ibunya. Apalagi harus mengurusi pekerjaan bersifat pribadi saat membersihkan diri atau buang air.

"Kalau aktivitas keseharian normal. Pelan-pelan tapi dapat mengerjakan sendiri. Tetapi kadang juga agak pikun," jelasnya.

"Tidak tega (ke petugas juga) kalau bukan anaknya yang mengerjakan itu," tegasnya.

Karena itu, Suryati tetap berharap dapat mendampingi ibunya saat menjalankan ibadah haji kalau pun tidak pada tahun ini. Karena itu, Suryati juga menolak berangkat jika tidak bersama ibunya.

Suryati masih berkeyakinan tahun depan dapat mengerjakan rukun Islam kelima bersama ibunya. "Ini belum waktunya saja," tegasnya.

Reporter : Darmadi Sasongko

Merdeka.com

Infografis Syarat Jemaah Berangkat Haji 2022 (Liputan6.com/Trie Yas)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya