Sejarah Candi Muara Takus, Candi Buddha Tertua di Indonesia

Candi ini merupakan candi Buddha tertua di Indonesia yang ditemukan di Sumatra.

oleh Tifani diperbarui 27 Mei 2023, 18:00 WIB
Komplek Candi Muara Takus yang menjadi lokasi puncak perayaan Waisak. (Liputan6.com/Instagram @shodikpurnomo)

Liputan6.com, Riau - Candi Muara Takus adalah situs candi Buddha yang terletak di desa Muara Takus, Kecamatan XIII Koto, Kabupaten Kampar, Riau. Di dalam kompleks candi ini, terdapat beberapa bangunan yang disebut dengan Candi Sulung, Candi Bungsu, Mahligai Stupa, dan Palangka.

Ada beberapa pendapat para ahli mengenai kapan candi ini didirikan. Ada yang mengatakan pada abad ke-7, abad ke-9, dan bahkan ada yang mengatakan abad ke-11.

Meski demikian, diyakini bahwa Candi Muara Takus merupakan peninggalan peradaban Buddha dari masa Kerajaan Sriwijaya. Para ahli juga menganggap bahwa kawasan berdirinya candi merupakan salah satu pusat pemerintahan Kerajaan Sriwijaya.

Dikutip dari buku yang berjudul "Daratan dan Kepulauan Riau dalam Catatan Arkeologi dan Sejarah" (2021) karya Sofwan Noerwidi, Candi Muara Takus diperkirakan dibangun pada masa perkembangan agama Hindu dan Buddha di Indonesia.

Meski demikian, asal-usul dari pendirian candi ini masih belum banyak ditemukan karena kurangnya bukti-bukti yang kuat. Candi Muara Takus diperkirakan dibangun pada masa Kerajaan Sriwijaya, yakni antara abad ke-4 hingga 11 M.

Candi ini merupakan candi Buddha tertua di Indonesia yang ditemukan di Sumatra. Hal ini dibuktikan pada bentuk stupa yang merupakan lambang dari Buddha Gautama.

Pada bangunan candi ini juga terdapat Yoni dan Lingga sebagai simbol dari jenis kelamin dan juga ada kemiripan arsitekturnya dengan candi-candi yang berada di Myanmar. Hal itu karena Candi Muara Takus merupakan perpaduan antara Buddha dan Siwa.

Ada dua pendapat yang menyebutkan penamaan Candi Muara Takus ini. Pendapat peratama menyebutkan nama candi ini diambil dari nama sungai kecil yang bermuara di Sungai Kampar.

Sungai kecil tersebut namanya adalah Sungai Takus. Sedangkan pendapat kedua menyatakan bahwa penamaan Muara Takus diambil dari dua kata, yaitu Muara yang berarti tempat akhir dari aliran sungai, dan Takus diambil dari bahasa China yaitu Takuse.

Ta dalam bahasa China berarti besar sedangkan ku berarti tua atau kuil. Maka secara keseluruhan, Muara Takus memiliki makna sebuah kuil atau candi tua yang besar dan berada di muara sungai.

Apabila dilihat dari bentuk dan struktur Candi Muara Takus yang berupa stupa. Candi ini diperkirakan digunakan sebagai tempat peribadatan dan ritual dari umat Buddha saat itu, terutama Buddha Mahayana.

 

Simak Video Pilihan Ini:


Beberapa Bagian

Candi Muara Takus dibagi menjadi beberapa bagian, yakni Candi Mahligai, Candi Sulung, Candi Bungsu dan Candi Palangka. Candi Mahligai merupakan stupa candi dan saat ini kondisinya paling utuh di antara lainnya.

Stupa Mahligai terdapat tiga bagian, yaitu bagian atap, badan dan kaki. Candi ini berbentuk persegi panjang dengan lebar 10,44 meter serta panjangnya 10,6 meter, sedangkan untuk tingginya sekitar 14 meter.

Candi Mahligai berbentuk seperti menara yang mirip dengan yoni. Dulunya, pada setiap sisi sudut candi terdapat patung singa duduk yang terbuat dari batu andesit.

Bagian puncak menara terdapat batu yang diukir dengan relief-relief yang mana salah satunya adalah lukisan daun berbentuk oval. Candi Mahligai diperkirakan dibangun dalam dua tahap dengan tahap akhirnya terdapat penambahan bagian kaki candi.

Selanjutnya, Candi Sulung dibagi dalam tiga bagian, yaitu atap, badan dan kaki candi. Pada bagian kaki dibagi lagi menjadi dua, di mana yang bagian pertama memiliki tinggi 2,37 meter.

Sedangkan pada bagian kedua kaki candi memiliki tinggi 1,98 meter. Pada bagian timur candi terdapat tangga yang lebarnya 4 meter dan bagian barat juga ada tangga yang lebarnya 3,08 meter dengan dijaga patung singa.

Candi Sulung diperkirakan berbentuk lingkaran dengan diameter sekitar 7 meter dan tinggi 2,5 meter. Candi ini memiliki pondasi persegi panjang dengan ukuran 31,65 meter x 20,20 meter dan memiliki 36 sisi.

Adapun pada bagian atas candi sudah rusak, yang dulunya diperkirakan berbentuk bundaran. Candi Sulung dibangun dengan menggunakan batu pasir dan batu bata cetakan.

Candi Bungsu terbuat dari batu bata merah dengan panjang 13,2 meter dan lebarnya 16,2 meter. Bagian atas candi ini berbentuk persegi, dan pada bagian timur terdapat tangga yang terbuat dari batu putih, serta ada beberapa stupa yang berukuran kecil.

Pembangunan Candi Bungsu menggunakan batu bata dan batu pasir. Bagian utara candi dibuat dengan batu pasir.

Sedangkan bagian selatan dibuat dengan batu bata. Diperkirakan, candi ini pada awalnya dibangun dengan menggunakan batu pasir, akan tetapi setelah itu dibangun ulang dengan batu bata.

Bagian terakhir Candi Muara Takus adalah Candi Palangka. Candi Palangka terletak di sebelah timur Candi Mahligai, dengan panjang 5,10 meter dan lebar 5,7 meter serta tingginya sekitar 2 meter.

Candi ini menghadap ke utara, dengan ditandai pintu masuk pada bagian utara candi. Candi yang sepenuhnya dibangun dari batu bata ini diperkirakan dipakai sebagai altar.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya