Liputan6.com, Jakarta Pembiayaan ultra mikro dari PT Bank Rakyat Indonesia (Persero), Tbk atau BRI telah menarik masyarakat untuk bergabung menjadi mitra di dalamnya. Salah satunya adalah Rika Sasmi Atun, seorang wanita yang tinggal di wilayah Gunung Wungkal Pati di Lereng Gunung Muria.
Sejak Februari 2022, Rika menjadi mitra dalam program pembiayaan ultra mikro (UMi) atau dikenal dengan istilah Mitra UMi setelah terlebih dahulu aktif berperan sebagai AgenBRILink. Sebagai AgenBRILink, Rika melayani transaksi pembayaran dan keuangan bagi masyarakat secara real time online menggunakan fitur EDC miniATM BRI dengan konsep sharing fee.
Advertisement
Lewat dirinya, masyarakat pelaku usaha mikro dapat mengajukan pinjaman ke BRI, mulai dari Rp2 juta hingga Rp100 juta. Mereka umumnya para petani di kawasan Lereng Gunung Muria, mulai dari petani kopi, petani jagung, petani padi, juga petani sayur.
"Program Mitra UMi memudahkan para petani yang belum dapat mengakses fasilitas kredit perbankan ini mendapatkan dana pinjaman untuk modal usaha," kata Rika.
"Para calon debitur cukup melakukan pengajuan, melakukan tanda tangan, saya akan melakukan assessment di lokasi untuk kemudian dimintakan pencairan kepada BRI," jelasnya.
Pencairan Cepat
Rika memaparkan bahwa pada umumnya, seluruh proses sejak pengajuan hingga pencairan dana pinjaman hanya berlangsung tiga hari.
“Senin datang ke rumah, mengajukan pinjaman, sudah bawa syarat-syaratnya seperti KTP dan KK. Selasa saya survei rumah peminjam. Selasa malam input data. Rabu bisa diproses oleh mantri [BRI], dan pencairan," paparnya.
"Bagi yang sudah punya ATM, pencairan dari saya di sini [di lokasi]. Bagi yang belum, tetap perlu ke kantor BRI,” imbuh Rika.
Dirinya mengatakan, petani tersebut dapat memperoleh pinjaman murah untuk menjadi bekal mereka mengolah tanah pertanian di musim tanam selanjutnya tanpa perlu datang ke kantor BRI yang berjarak sekitar 10 km.
“Saya berikan edukasi kepada masyarakat bahwa di UMi, dibukakan akun rekening Tabungan BRI Simpedes, gratis, tidak perlu bayar, dan pelunasan memudahkan. Dari pada lewat rentenir, sudah bunganya tinggi, tidak punya buku tabungan di bank. Lalu kalau pembayarannya bagus, ke depannya plafon pinjamannya juga bisa dilebihkan,” jelas Rika.
ia berujar, dengan sistem pinjaman yang fleksibel, mereka bisa melakukan pinjaman kepada BRI dengan jangka waktu jatuh tempo yang disesuaikan dengan kemampuan bayar.
“Ada angsuran per minggu, ada yang per bulan. Saya bebaskan. Karena mereka umumnya petani, jangka waktu jatuh temponya biasanya mengikuti masa tanam, sekitar 4-6 bulan. Kebanyakan masyarakat pinjam sekitar Rp10 juta," ujar Rika.
Advertisement
Lika-liku Sebagai Mitra UMi
Menjalankan peran sebagai Mitra UMi bagi ibu rumah tangga ini bukan berarti tanpa rintangan. Namun, Rika menganggap kesulitan-kesulitan yang dihadapi merupakan tantangan baginya untuk terus belajar dan meng-upgrade skill.
"Salah satunya, tantangan manajemen waktu antara mengurus keluarga dengan melayani nasabah yang bisa mencapai 50-70 orang," sebutnya.
“Namun kemudian saya belajar, bagaimana membuat sistem pelunasan sehingga ini bisa berjalan lebih efisien,” imbuh Rika.
Setelah setahun sebagai Mitra UMi BRI, Rika sudah mulai dapat merasakan manfaat dari membantu lingkungan masyarakat di sekitarnya dalam mengakses fasilitas perbankan. Dirinya mengatakan, perlahan-lahan masyarakat meninggalkan jeratan rentenir yang mematok bunga tinggi dan beralih ke sistem perbankan.
“Alhamdulillah senang sekali bisa mengedukasi, membantu masyarakat luas dari jeratan rentenir, bantu ekonomi di desa bisa maju berkembang. Dan, sekarang terasa sekali adanya kepercayaan lebih dari masyarakat terhadap sosok Rika, sekaligus tempat bertanya, terutama soal finansial. Ada trust lebih,” kata Rika.
(*)