Kepala BMKG Dwikorita Karnawati Dicalonkan Jadi Presiden Organisasi Meteorologi Dunia

Dwikorita menegaskan, dirinya siap mengerahkan semua kemampuannya untuk bersaing menjadi Presiden Meteorologi Dunia. Bahkan, Dwikorita telah menyiapkan visi, misi, gagasan, dan strategi.

oleh Nila Chrisna YulikaWinda Nelfira diperbarui 27 Mei 2023, 12:06 WIB
Kepala BMKG Dwikorita Karnawati saat rapat kerja (raker) dengan Komisi V DPR di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Kamis (22/11). Rapat membahas berbagai hal mengenai jatuhnya Lion Air PK-LQP. (Liputan6.com/JohanTallo)

Liputan6.com, Jakarta Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati, menjadi kandidat yang dicalonkan maju pada perebutan kursi Presiden Organisasi Meteorologi Dunia atau World Meteorological Organization (WMO) periode 2023-2027.

Dwikorita menegaskan, dirinya siap mengerahkan semua kemampuannya untuk bersaing menjadi Presiden Meteorologi Dunia. Bahkan, Dwikorita telah menyiapkan visi, misi, gagasan, dan strategi.

Hal ini disampaikan Dwikorita saat menghadiri kongres ke-19 WMO di Jenewa. Pada kongres ini, dia memimpin delegasi Indonesia meliputi perwakilan dari Kementerian Luar Negeri, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) dan Kementerian Sekretariat Negara.

"Ada tiga misi utama yang menjadi fokus utama saya, jika dipercaya menjadi Presiden WMO periode mendatang. Pertama, adalah kesetaraan gender. Kedua, suistainability atau keberlanjutan," kata Dwikorita dalam keterangan resmi, dikutip Sabtu (27/5/2023).

"Dan, ketiga pengurangan kesenjangan (closing the gap) antara negara maju dan negara berkembang. Utamanya dalam hal infrastruktur kebencanaan," sambungnya.

Dwikorita menjelaskan, visi pertama terkait kesetaraan gender berhubungan dengan Sumber Daya Manusia (SDM) yang terlibat dan berperan di WMO yang harus lebih berimbang gender, serta kebijakan yang lebih baik untuk menangani disparitas gender.

"Selain itu, aksesbilitas yang sama terhadap informasi layanan cuaca dan iklim bagi perempuan dan laki-laki, serta memberdayakan kaum muda dan perempuan yang tedampak perubahan iklim," jelas Dwikorita.

Sementara itu, lanjut Dwikorita ke depan WMO juga perlu menjembatani kesenjangan antara negara berkembang dan negara maju. Cara itu, kata dia dapat dilakukan WMO dengan menginisiasi kerjasama antar negara dan berbagai pemangku kepentingan lainnnya.

"WMO kedepan perlu lebih agresif dalam mendorong transfer teknologi antar negara anggota untuk mengatasi dampak terkait cuaca dan iklim. Termasuk melakukan penguatan sarana implementasi dan pembiayaan inovatif agar tidak ada negara yang tertinggal," imbuhnya.


Dwikorita Sebut WMO Harus Lakukan Terobosan

Selain itu, ujar Dwikorita secara kelembagaan WMO harus melakukan sejumlah terobosan guna meningkatkan akuntabilitas, transparansi, dan inklusivitas organisasi.

Dia menilai, WMO perlu membuat kebijakan sains yang lebih baik melalui kerjasama dengan Badan PBB lainnya, terlibat dalam acara tingkat tinggi, serta memperkuat kemitraan dengan sektor swasta dan lembaga swadaya masyarakat (LSM).

Sebagai informasi, pemilihan Presiden WMO periode 2023-2027 sendiri akan dilaksanakan pada sidang the nineteenth World Meteorological Congress (CG-19) yang akan digelar pada 22 Mei-2 Juni 2023.

Presiden WMO akan dipilih berdasarkan suara terbanyak oleh Anggota WMO yang terdiri dari 187 negara dan 6 teritori. Selain pemilihan Presiden WMO, juga turut dipilih Sekretaris Jenderal dan Wakil Presiden WMO.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya