Liputan6.com, Jakarta Saat ini, pilihan pengobatan untuk kanker sudah semakin beragam, termasuk kanker ovarium. Salah satunya lewat kemoterapi yang dilakukan secara oral dengan mengonsumsi obat-obatan tertentu.
Apoteker klinis Yovita Diane Titisari pun mengungkapkan jikalau penting bagi pasien kanker ovarium untuk patuh menjalani pengobatan dan mengikuti instruksi dokter.
Advertisement
"Pasien yang patuh dalam menjalani terapi menunjukkan kualitas hidup yang baik, sedangkan pasien yang tidak patuh menunjukkan hal yang sebaliknya," ujar Yovita dalam acara Kampanye 10 Jari Kanker Ovarium bersama AstraZeneca, Cancer Information and Support Center (CISC), dan Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI, Sabtu (27/5/2023).
Bicara soal kepatuhan, Yovita menjabarkan soal apa saja hal-hal yang boleh dilakukan dan tidak boleh dilakukan saat pasien menjalani pengobatan kemoterapi. Khususnya dalam hal kemoterapi oral dengan meminum obat.
"Ada yang berpikir obat kemoterapi oral itu kayak minum parasetamol saja. Padahal beda, karena dia tetap obat kemoterapi. Hanya saja dalam bentuk tablet," kata Yovita.
1. Obat Kemoterapi Tidak Boleh Dipegang Tangan Kosong
Yovita menjelaskan, hal pertama yang tidak boleh dilakukan saat menjalani kemoterapi oral adalah caregiver (pengasuh) maupun pasien kankernya tidak boleh memegang obat dengan tangan kosong.
"Kalau bisa caregiver itu enggak megang langsung obatnya. Kalau pasiennya, tentu harus cuci tangan dulu. Harus pakai handscoon (sarung tangan) kalau ada. Kalau enggak ada, ya minimal cuci tangan agar masuk ke tubuh kitanya bersih," ujar Yovita.
2. Jangan Sentuh Apapun Usai Pegang Obat Kemoterapi
Lebih lanjut Yovita mengungkapkan bahwa dilarang untuk menyentuh apapun usai memegang obat kemoterapi. Sebaiknya, pasien kanker atau siapapun yang memegang obat kemoterapi segera cuci tangan sebelum atau sesudah mengonsumsinya.
"Kalau kata orang Sunda meper-meper. Cuci tangan sebelum dan sesudah," kata Yovita.
3. Patuhi Aturan Minum yang Tepat
Ketiga, perhatikan pula aturan minum obat kemoterapi yang tepat. Yovita menjelaskan, obat kemoterapi tidak bisa dikonsumsi asal-asalan, kurang, atau lebih dari anjuran yang disarankan oleh dokter.
"Perhatikan aturan minumnya. Dua kali sehari kalau untuk kanker ovarium oral itu yang ada di Indonesia. Jangan 'Ah biar cepat sembuh (langsung minum banyak)'. Kalau default obat biasa kan tiga kali sehari ya, 'Ah tiga kali saja'. Jangan," ujar Yovita.
"Kadang-kadang kan lupa nih dua kali sehari. Biasa kan kanker ovarium ibu-ibu. Pagi sudah riweuh, nyiapin anak. Tiba-tiba siang sekaligus, enggak boleh ya," sambungnya.
Advertisement
4. Jangan Berhenti Konsumsi Obat Kemoterapi Tiba-Tiba
Yovita mengungkapkan bahwa biasanya saat mengonsumsi obat kemoterapi, pasien akan merasakan efek samping tertentu. Sehingga Yovita mengingatkan agar jangan sampai konsumsi obatnya dilakukan tiba-tiba.
"Kalau misal terjadi efek samping, jangan menghentikan sendiri (konsumsinya). Kalau memang sudah gak tahan banget, please dalam satu dua hari kembali lagi ke dokter," kata Yovita.
"Siklus pertama dan kedua kemoterapi memang biasanya paling challenging ceunah kalau kata anak-anak sekarang," tambahnya.
Hal tersebut lantaran menurut Yovita, efek samping kemoterapi yang dilakukan dengan meminum obat biasanya sama dengan kemoterapi lewat jarum infus.
"Efek sampingnya tetap sama. Panas, mual, muntah, gak enak semua. Makanya kita harus tetap perhatikan, jangan tiba-tiba gak mau minum lagi," ujar Yovita.
5. Jangan Bagi-Bagi Obat Kemoterapi Sembarangan
Kelima, Yovita menegaskan agar jangan sampai pasien kanker mengonsumsi obat kemoterapi yang tidak sesuai dengan resep dari dokter langsung.
"Jangan bagi-bagi obat. Ada ibu-ibu yang kanker payudara, aku sering ketemu baru ada benjolan sudah minum obat sendiri dari teman yang kanker payudara juga," kata Yovita.
"Padahal obat kemoterapi itu sangat-sangat specialized (khusus). Gak boleh berbagi dengan yang lain yang punya kondisi sama," sambungnya.
6. Jangan Gerus Obat Sembarangan
Selain itu, Yovita melanjutkan, penting untuk tidak menggerus obat sembarangan apalagi menggunakan ulekan sambal dan sebagainya. Begitupun tidak dianjurkan mengonsumsi bersamaan dengan pisang.
"Enggak semua obat kemoterapi oral bisa digerus, karena apa? Nanti efeknya berkurang. Sayang sudah beli mahal-mahal. Apalagi kalau makannya pakai pisang, itu juga gak boleh. Kalau gak bisa telan gimana? Tenang, instruksinya bisa dibantu apoteker," ujar Yovita.
Advertisement