Liputan6.com, Jakarta - Managing Director PT Elang Mahkota Teknologi Tbk (EMTEK) Sutanto Hartono mengatakan, EMTEK mampu mengambil kesempatan dalam peralihan dari TV analog ke siaran digital atau analog switch off (ASO).
Sutanto menjelaskan, banyak pendapat mengatakan bahwa masa kejayaan televisi akan selesai dengan adanya ASO termasuk dengan adanya digitalisasi. Namun ternyata jika mampu mengambil kesempatan, hal tersebut tidak akan menjadi kenyataan.
Advertisement
"Saya yakin banyak persepsi mengatakan TV-mu sudah histori, sudah tidak ditonton orang. Tapi kenyataannya, di Indonesia ini TV mempunyai root yang begitu kuatnya," kata dia dalam acara Sarasehan Alumni Persatuan Pelajar Indonesia (PPI) Dunia di Menara BNI Pejompongan, Jakarta, seperti ditulis Minggu (28/5/2023).
Namun, Sutanto melanjutkan, melalui siaran digital EMTEK Group justru mampu menambah dua lisensi baru channel yaitu Mentari TV dan Moji dengan persentase 7,8 persen dan 1,5 persen. Dalam kurun 5 bulan, EMTEK juga berhasil meraup 10 persen audience saat migrasi siaran digital dilakukan.
Tak mau terbuat atas pencapaian, Sutanto mengatakan perusahaan terus berkembang mengekspansi bisnis ke industri digital melalui konten yang disiarkan melalui media sosial EMTEK group atau berkolaborasi dengan sejumlah YouTuber Indonesia.
TV Masih Banyak Ditonton
Sutanto melanjutkan, pada saat siaran televisi analog dimatikan per November 2022, kesiapan masyarakat Indonesia saat itu hanya 35 persen. Namun 4 bulan setelahnya, penetrasinya melonjak hingga 92 persen.
Sehingga, Sutanto menilai, siaran TV masih banyak ditonton, dan orang bersedia mengeluarkan uang untuk membeli televisi baru. Alhasil, TV masih mendominasi pasar iklan dibanding industri media sektor lainnya.
"Kue TV modelnya iklan. Meskipun presentase menurun, masih tetap kue iklan TV paling besar di antara media-media lain, bahkan internet. Jadi kami masih mendominasi 51 persen," ungkapnya.
Kendati begitu, Sutanto tak ingin santai begitu saja. Ia melihat ada tiga pilar yang jadi acuan dalam mengembangkan fokus bisnis media.
Advertisement
Peluang Lain
Pertama, dengan menguatkan akar sebagai the biggest media in the country. Kedua, bertahap extend ke arah konten.
Terakhir, Sutanto juga tak ingin terlalu nyaman dengan posisi pasar televisi yang masih jadi raja. Ia pun terus memasang mata terhadap peluang di sektor industri media lain.
"Ketiga, kalau punya 51 persen dan itu makin turun, kita punya kesempatan untuk nyerang yang 49 persen itu. Karena kita sebagai perusahaan atau industri yang punya kue iklan, kita punya kedekatan dengan orang-orang iklan. Sehingga kita punya kedekatan masuk mendapatkan kue iklan yang lain," tuturnya.