Liputan6.com, Jakarta Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Arab Saudi terus berupaya mengurus penerbitan tasrih (surat izin) bagi jemaah haji Indonesia untuk bisa masuk ke Raudhah Masjid Nabawi, Madinah. Beberapa tasrih untuk jemaah haji yang tiba lebih awal di Madinah sudah keluar.
Kepala Daerah Kerja (Kadaker) Madinah PPIH Arab Saudi Zaenal Muttaqin meminta para jemaah haji yang belum mendapatkan tasrih masuk raudhah untuk bersabar. Dia memastikan, seluruh jemaah haji yang sudah tiba di Madinah akan mendapat tasrih secara bertahap.
Advertisement
Karena itu, dia juga mengimbau kepada para jemaah untuk tidak tergiur dengan tawaran-tawaran berbayar masuk raudhah tanpa tasrih. Sebab, tindakan tersebut ilegal dan berpotensi membahayakan jemaah itu sendiri.
"Kita katakan itu ilegal. Yang legal adalah tasrih yang diurus oleh pemerintah atau dalam hal ini melalui petugas haji Indonesia. Kami imbau kepada jemaah haji supaya tetap bersabar. Kita akan upayakan terus untuk mendapatkan tasrih," ujar Zaenal di Madinah.
Saat ini, tercatat sudah ada 30.542 jemaah haji dari 80 kelompok terbang (kloter) yang telah tiba di Madinah, Arab Saudi. Para jemaah haji gelombang I ini diberi kesempatan tinggal selama 9 hari di Madinah agar bisa melaksanakan ibadah Arbain di Masjid Nabawi dan berziarah di Makam Nabi.
"Sejak hari pertama kita sudah koordinasi dengan pihak muassasah atau juga pihak pemerintah Saudi yang memang menangani tasrih atau izin untuk masuk raudhah," tutur Zaenal.
Tasrih Masuk Raudhah Hanya Berlaku Satu Kali
Lebih lanjut dia menjelaskan, tasrih masuk raudhah nantinya hanya akan berlaku satu kali bagi jemaah haji selama 40 hari tinggal di Arab Saudi. Tasrih masuk raudhah juga telah dijadwalkan, sehingga jemaah bisa datang dengan tertib.
Apabila jemaah sakit dan sedang dirawat di Kantor Kesehatan Haji Indonesia (KKHI) atau di Rumah Sakit Arab Saudi (RSAS), maka tasrihnya akan ditangguhkan. Setelah kondisi kesehatan jemaah membaik, tasrihnya akan diajukan kembali.
Lantas bagaimana jika jemaah tertidur sehingga tidak bisa datang ke raudhah sesuai jadwal?
"Ini juga yang kita koordinasikan dengan Wakil Menteri Haji Arab Saudi, beliau mengatakan kalau jemaahnya itu memang tertidur ya itu yang tidak dimaklumi. Tapi kalau jemaahnya sakit tasrihnya bisa ditangguhkan lebih dulu, nanti bisa diusulkan diajukan kembali," kata Zaenal.
Kadaker Madinah ini juga menuturkan, jemaah yang telah mendaftar masuk raudhah lewat aplikasi Nusuk tidak bisa lagi diurus tasrihnya. Sebab, data di aplikasi dan tasrih terkoneksi dalam satu operator di e-Hajj.
"Ketika mereka sudah masuk ke dalam aplikasi tersebut, nama dan paspor dan segala macam mereka tidak bisa keluar lagi. Dalam artian tidak akan keluar kedua kali karena sudah keluar izin tsrihnya, dan itu masa berlakunya selama 40 hari," ucap Zaenal menjelaskan.
Advertisement
Jemaah Haji, Tolong Perhatikan Jadwal Makanan Ini Agar Tak Santap Nasi Basi
Di sisi lain, Panitia Penyelengara Ibadah Haji (PPIH) Arab Saudi telah menyiapkan makanan sehat cita rasa nusantara untuk para jemaah haji Indonesia yang telah tiba di Tanah Suci. Para jemaah haji akan mendapatkan 3 kali makan dalam sehari selama tinggal di Tanah Suci.
Kepala Seksi Layanan Konsumsi Daerah Kerja (Daker) Madinah PPIH Arab Saudi, Suviyanto mengatakan, makanan-makanan yang didistribusikan kepada jemaah haji itu telah tertera jadwalnya. Diharapkan, para jemaah haji memperhatikan jadwal pendistribusian katering tersebut agar tidak makan nasi basi.
"Untuk pagi hari didistribusikan jam 05.00-07.00, maksimal dikonsumsi jam 09.00. Distribusi siang pada pukul 12.00-14.00, maksimal dikonsumsi 16.00. Untuk sore, distribusi jam 5-7 (17.00-19.00) maksimal dikonsumsi jam 9 malam (21.00). Sehingga jemaah bisa memperhatikan jadwalnya," ujarnya di Madinah.
Dia menuturkan, semua makanan jemaah haji diolah dengan cita rasa Indonesia. Memang bahan pokok seperti beras dan ikan belum diimpor dari Indonesia. Namun bumbu-bumbu masakan telah didatangkan dari tanah air, sehingga cita rasa masakan tetap sesuai dengan lidah jemaah Indonesia.
"Semua menu Indonesia banget. Dan untuk lansia, hasil uji coba cukup mudah untuk dikonsumsi lansia," tutur Suviyanto.