Liputan6.com, Jakarta Empat petarung Indonesia yang tampil di ajang Road to UFC Season 2 gagal ke semifinal. Billy Pasulatan, Ronal Siahaan, Eperaim Ginting, dan Windri Patilima, seluruhnya bahkan kalah di bawah ronde ketiga.
Ronal yang tampil di kelas flyweight, kalah atas petarung Jepang, Rei Tsuruya, Sabtu (26/5/2023). Di UFC Performance Institute, Shanghai, China, Ronal dipaksa menyerah di ronde kedua lewat submission.
Advertisement
Nasib yang sama juga dialami Billy yang tampil di kelas yang sama. Petarung asal Sulawesi Utara itu juga gagal melaju ke semifinal setelah menderita kekalahan TKO ronde pertama atas petarung tuan rumah, Ji Niushiyue. Diawali dari pertarungan submission, wasit terpaksa menghentikan laga setelah melihat Billy yang terjepit di bawah tubuh Niushiyue, tak mampu membalas pukulan demi pukulan lawan.
Di hari kedua, Eperaim Ginting dan Windri Patilima yang tampil pada episode keempat juga sama. Di kelas bantam, Eperaim bahkan hanya bertahan 58 detik saat berhadapan dengan Daermisi Zhawupasi. Pria asal Berastagi, Sumatera Utara itu menyerah lewat teknik submission usai mendapat rear naked choke.
Windri Patilima yang tampil di kelas lightweight, juga bernasib tak jauh berbeda. Sempat bertahan di ronde pertama, Windri akhirnya dinyatakan kalah TKO pada ronde kedua atas petarung Jepang, Shin Haraguchi. Kekalahan Windri juga tak lepas dari keunggulan permainan ground lawan. Haraguchi berhasil mengunci Windri di posisi yang sulit hingga dengan leluasa melepas pukulan ke wajah dan tubuh lawan.
Wasit akhirnya menghentikan laga pada menit 1:25.
Banyak PR yang Menanti Para Petarung MMA Asal Indonesia
"Banyak yang harus dilakukan pada MMA di Indonesia. Talentanya ada, tapi butuh waktu untuk benar-benar mengembangkan para atlet," tim pelatih MMA Fight Academy, Marc Fiore dan Jack Buracker terkait kegagalan yang dialami para petarung Indonesia di ajang Road to UFC Season 2 kemarin.
"Dalam tiga bulan terakhir, kami sudah membuat kemajuan yang besar terhadap para atlet terpilih yang ada di tim. Akhir pekan ini telah menunjukkan seperti apa MMA internasional itu sesungguhnya."
Seperti diketahui, keempat atlet Indonesia yang berlaga di Road to UFC Season 2 merupakan jebolan MMA Fight Academy. Sejak Februari lalu, mereka berlatih di San Diego, Amerika Serikat. Program ini digarap oleh Cage Warriors bekerjasama dengan Mola TV. Selama berada di pemusatan latihan, para petarung yang terpilih dari dua audisi di Bali dan London ditangani langsung oleh Marc Fiore dan Jack Buracker.
Selain di ajang Road to UFC, petarung Indonesia yang berada di MMA Fight Academy sebagian mendapat kesempatan untuk mencicipi pertandingan internasional di bawah payung Cage Warriors.
Advertisement
Teknik Groun Masih Jadi PR Utama Petarung MMA Indonesia
Meski sudah tiga bulan menjalani pemusatan latihan, tim pelatih masih melihat banyak hal yang perlu dibenahi dari petarung-petarung Indonesia terutama yang tampil di Road to UFC Season 2. Salah satunya adalah teknik pertarungan ground yang cukup tertinggal dari rival-rival yang mereka hadapi.
"Ya, petarung Indonesia punya banyak hal yang perlu dikejar untuk pertarungan ground. Para petarung Indonesia 3 bulan berlatih dengan level grapplers paling tinggi sepanjang hidup mereka. Mereka bertemu lawan yang berlatih grappling sepanjang hidupnya," kata tim pelatih MMA Fight Academu.
"Ada perbedaan skill yang cukup lebar untuk ditutupi dan itu tidak selesai dalam semalam. Mereka harus tetap melanjutkan latihan dan membangun dengan benar sebelum siap tanding di level itu."
Meski demikian, Fiore dan Jack masih yakin dengan potensi para petarung Indonesia. Dengan waktu dan komitmen yang cukup, mereka optimistis mampu mencetak juara-juara MMA dari Indonesia.
Sementara itu, ajang Road to UFC season 1 telah mengantar Jeka Saragih ke panggung dunia. Lewat ajang tersebut, Jeka sukses bergabung dengan UFC. Meski kalah di final, Jeka yang menunjukkan penampilan aktratif di babak perempatfinal dan semifinal mampu mendapat kontrak lima pertandingan dari UFC.