Liputan6.com, Jakarta Nyeri tulang belakang terutama bagian bawah kerap dikeluhkan saat memasuki usia dewasa. Pasien yang datang dengan keluhan tersebut kebanyakan di atas umur 35 seperti disampaikan dokter spesialis ortopedi dan traumatologi konsultan spine dari RS EMC Alam Sutera, Jephtah Tobing.
Hal ini lazim terjadu di masyarakat modern lantaran aktivitas saat ini kebanyakan pasif alias minim gerak fisik. Seperti menggunakan gadget seperti ponsel dan laptop dari pagi sampai sore serta minim beraktivitas fisik.
Advertisement
"Keseharian kita misalanya jam 7 pagi sampai 5 sore duduk kerja. Lalu, tidak disertai dengan olahraga atau aktivitas fisik yang rutin sehingga sering terjadi ketidakseimbangan otot," kata Jeptah dalam Healthy Monday bersama Liputan6.com pada Senin, 29 Mei 2023.
Kondisi ini berbeda dengan orang-orang dahulu yang aktivitasnya tak cuma aktif menggunakan tulang belakang tapi juga otot perut. Seperti berjalan kaki, berjalan menanjak, naik kuda.
"Saat ini, kehidupan kita sangat dipermudah dengan naik motor atau mobil sehingga otot perut tidak terlatih," lanjut Jephtah.
Kabar baiknya, sekitar 90 persen keluhan di tulang belakang terjadi karena kejang otot atau spasme otot. "Ini artinya cedera ringan dari otot-otot tulang belakang saja," kata Jephtah lagi.
"Kalau tidak ada riwayat jatuh, kecelakaan, dan pekerjaan yang kebanyakan duduk serta sesudah olahraga yang selama ini tidak dilakukan biasanya hal itu disebabkan spasme otot," katanya lagi.
Menegakkan Diagnosis
Bila muncul keluhan di tulang belakang, mendatangai dokter spesialis ortopedi dan traumatologi adalah langkah tepat. Guna menegakkan diagnosis penyebab keluhan di tulang belakang, maka dokter akan melakukan beberapa hal.
1. Pemeriksaan fisik
"Jadi, dokter menanyakan ke pasien, lalu diperiksa dengan pemeriksaan fisik diagnostik," kata dokter I Made Buddy Setiawan, M.Biomed, Sp.OT(K)Spine dari RS EMC Sentul di kesempatan yang sama.
"Pemeriksaan fisik ini yang utama," lanjutnya.
2. Melakukan pemeriksaan penunjang
"Hal ini untuk mengonfirmasi diagnostik fisik yang sudah dilakukan. Contoh paling simpel adalah tes darah, lalu tes laboratorium. Bisa lakukan pemeriksaan X-Ray pada daerah yang nyeri, bisa juga CT Scan. Jika perlu dilakukan gold standard MRI," kata Buddy lagi.
Advertisement
Pengobatan Masalah Tulang Belakang Tak Melulu dengan Operasi
Buddy menuturkan banyak pasien yang khawatir bila ada masalah tulang belakang bakal dioperasi. Padahal belum tentu pengobatan dilakukan di meja operasi.
"Bila pasien datang dengan gejala awal yang ringan belum terlalu berat kita bisa melakukan penanganan konservatif atau tanpa operasi. Misalnya dengan fisioterapi, obat-obatan dan mengubah gaya hidup. Bisa juga melakukan latihan fisik dan olahraga," lanjut Buddy.
Sementara itu, bila pasien datang dengan keluhan berat dan sudah ada komplikasi seperti lumpuh dan sulit berjalan, maka bisa dilakukan operasi.
"Tapi operasi ini macam-macam ya, kalau sekarang operasi sudah invasif jadi pasien enggak perlu takut lagi," lanjutnya.
Kondisi Apa yang Perlu Operasi?
Buddy menjelaskan kondisi pasien yang memungkinkan perlu tindakan operasi. Diantaranya dengan kondisi berikut:
1. Gagal Upaya Konservatif
Seperti diungkapkan Buddy, bahwa hal yang bisa dilakukan pertama adalah melakukan fisioterapi, latihan fisik, mengubah gaya hidup, menurunkan berat badan, dan mengonsumsi obat-obatan.
"Bila tidak berhasil bisa kita lakukan dengan tindakan yang lebih agresif seperti operasi," kata Buddy.
2. Pasien Sudah Lama Sakit
Bila sakit sudah hilang dan tibul atau kondisi memberat lebih dari enam minggu atau dua bulan tidak ada perubahan bisa dilakukan operasi.
3. Defisit neurologis atau kelumpuhan
Advertisement