Liputan6.com, Jakarta - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyampaikan bahwa Siklon Tropis Mawar di sekitar Laut Filipina berpotensi memengaruhi gelombang tinggi di beberapa wilayah perairan Indonesia.
"Siklon Tropis Mawar memberikan dampak tidak langsung terhadap cuaca di Indonesia dalam 24 jam ke depan berupa gelombang laut," ujar Deputi Meteorologi BMKG Guswanto di Jakarta, melansir Antara, Senin (29/5/2023).
Advertisement
Dia menjelaskan, gelombang tinggi pada kisaran 1,25-2,5 meter terjadi di perairan Kepulauan Talaud, perairan Kepulauan Sangihe, perairan Bitung-Kepulauan Sitaro, perairan selatan Sulawesi Utara, dan Laut Maluku.
Lalu juga di perairan barat dan utara Halmahera, Laut Halmahera, perairan Raja Ampat bagian utara, perairan Misool, perairan Sorong bagian selatan, dan Samudra Pasifik utara Halmahera hingga Papua.
"Siklon Tropis Mawar berada di Laut Filipina sebelah timur, tepatnya di 19,0 lintang utara dan 126,2 bujur timur atau sekitar 1.740 km sebelah utara Tahuna," papar Guswanto.
Ia menambahkan, kecepatan angin maksimum Siklon Tropis Mawar sebesar 85 knot atau 155 kilometer per jam dengan tekanan udara minimum sebesar 950 milibar dan bergerak menjauhi wilayah Indonesia.
"Diperkirakan intensitas Siklon Tropis Mawar menurun perlahan dalam 24 jam ke depan dan bergerak ke arah barat laut menjauhi wilayah Indonesia keluar dari area monitoring TCWC Jakarta," tegas Guswanto.
Dia pun mengimbau warga untuk meningkatkan kewaspadaan dan menyiapkan upaya mitigasi terhadap potensi kondisi cuaca ekstrem di sekitarnya.
BMKG: Waspada Gelombang Tinggi 2,5 Meter di Perairan Indonesia Hari Ini Senin 29-30 Mei 2023
Sebelumnya, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) meminta masyarakat agar mewaspadai gelombang tinggi yang berpotensi terjadi di beberapa wilayah perairan Indonesia pada 29-30 Mei 2023.
"Dimohon kepada masyarakat yang tinggal dan beraktivitas di perairan dan pesisir sekitar area yang berpeluang terjadi gelombang tinggi agar selalu waspada," kata Kepala Pusat Meteorologi Maritim BMKG Eko Prasetyo di Jakarta, Senin (29/5/2023) dilansir Antara.
Pola angin dikatakan menjadi salah satu yang menyebabkan terjadinya peluang peningkatan gelombang tinggi.
Eko mengemukakan bahwa pola angin di wilayah Indonesia bagian utara dominan bergerak dari tenggara-barat daya dengan kecepatan angin berkisar 5-25 knot. Sedangkan di wilayah Indonesia bagian selatan dominan bergerak dari timur-tenggara dengan kecepatan angin berkisar 5-25 knot.
"Kecepatan angin tertinggi terpantau di perairan Kepulauan Kai, perairan Kepulauan Aru, Laut Banda, dan Laut Arafuru," ucap Eko.
Kondisi tersebut, kata dia, menyebabkan peningkatan gelombang setinggi 1,25-2,50 meter di Selat Malaka bagian tengah, perairan utara Sabang, perairan Lhokseumawe, perairan barat Aceh-Kepulauan Mentawai, Samudra Hindia Barat Aceh-Kepulauan Mentawai, perairan Bengkulu-barat Lampung.
Selat Sunda bagian barat dan selatan, perairan Pulau Sumba, Selat Sape bagian selatan, Selat Sumba, perairan Pulau Sawu-Kupang-Pulaua Rotte, Laut Sawu, Laut Natuna Utara, perairan Kepulauan Natuna.
Kemudian, Laut Jawa bagian tengah dan timur, perairan Kotabaru, perairan Balikpapan, Selat Makassar, perairan Kepulauan Sabalana-Kepulauan. Selayar, Teluk Bone bagian selatan, Laut Bali-Laut Sumbawa-Laut Flores, perairan Baubau-Wakatobi, perairan Manui-Kendari, Teluk Tolo, Laut Sulawesi bagian barat, perairan Kepulauan Sangihe-Kepulauan Talaud, perairan Bitung, perairan Kepulauan Sitaro.
Advertisement
Wilayah Lain yang Berpotensi Gelombang Tinggi
Kemudian, Laut Jawa bagian tengah dan timur, perairan Kotabaru, perairan Balikpapan, Selat Makassar, perairan Kepulauan Sabalana-Kepulauan Selayar, Teluk Bone bagian selatan, Laut Bali-Laut Sumbawa-Laut Flores, dan perairan Baubau-Wakatobi,.
Lalu Perairan Manui-Kendari, Teluk Tolo, Laut Sulawesi bagian barat, perairan Kepulauan Sangihe-Kepulauan Talaud, perairan Bitung, perairan Kepulauan Sitaro.
Selanjutnya, perairan selatan Sulawesi Utara, Laut Maluku, perairan Halmahera, Laut Halmahera, perairan Kepulauan Banggai-Kepulauan Sula, perairan Pulau Buru-Pulau Seram-Pulau Ambon, dan Laut Seram.
Kemudian, perairan Fakfak-Kaimana-Agats-Yos Sudarso, perairan Kepulauan Sermata-Kepulauan. Babar, perairan utara Kepulauan Kai-Kepulauan Aru, Samudra Pasifik Utara, dan Papua Barat-Papua.
Gelombang yang Lebih Tinggi
Sedangkan, gelombang yang lebih tinggi di kisaran 2,50-4,0 meter berpeluang terjadi di Selat Malaka bagian utara, perairan selatan Banten-Jawa Timur, perairan selatan Bali-Sumbawa, Selat Bali-Lombok-Alas bagian selatan, Samudra Hindia Barat Sumatra, Samudra Hindia Selatan Banten-NTT.
Peluang terjadi gelombang lebih tinggi lainnya ada di Laut Banda, perairan Kepulauan Tanimbar, perairan selatan Kepulauan Kai-Kepulauan Aru, Laut Arafuru, dan Samudra Pasifik utara Halmahera.
"Potensi gelombang tinggi di beberapa wilayah tersebut dapat berisiko terhadap keselamatan pelayaran," kata Eko Prasetyo.
Advertisement