Benarkah Menghitung Kedipan Mata Bisa Menunjukkan Tanda Awal Autisme?

Para peneliti mengeksplorasi apakah tingkat kedipan dapat membantu mendeteksi perbedaan dan gangguan neurologis, seperti penyakit Parkinson dan autisme.

oleh Fitri Syarifah diperbarui 30 Mei 2023, 10:00 WIB
Ilustrasi autisme. Foto: Liputan6.com/Ade Nasihudin.

Liputan6.com, Jakarta Diperkirakan manusia berkedip sekitar 10 hingga 25 kali dalam satu menit. Tujuan utama mengedipkan mata adalah untuk menjaga kelembapan mata. Tetapi fungsinya tidak sesederhana itu.

Misalnya saat seseorang melihat sesuatu yang mereka anggap sangat menarik, seperti saat mereka bermain video game, tingkat kedipan mereka turun menjadi kurang dari lima kedipan per menit. Mengapa ini terjadi?

Dengan mengurangi seberapa sering kita berkedip, kita dapat memaksimalkan jumlah informasi visual yang diterima dan diproses. Ketika kita menemukan sesuatu yang kita lihat menarik, kita secara tidak sadar berkedip untuk meningkatkan aliran informasi visual ke otak kita. 

Selain itu, saat Anda makan malam dengan teman atau kolega, perhatikan seberapa sering mereka berkedip saat Anda berbicara dengannya. Itu bisa memberi Anda petunjuk apakah mereka menganggap percakapan Anda menarik.

Namun di samping semua fungsi berkedip tersebut, apakah benar termasuk mendeteksi awal autisme?

Dilansir dari Psychology Today, salah satu teori mengatakan bahwa berkedip terkait dengan bagian otak kita yang diaktifkan oleh pengalaman yang bermanfaat. Beberapa bukti menunjukkan bahwa kedipan mata diatur oleh dopamin, pemancar yang diasosiasikan dengan pengalaman penghargaan. Masuk akal jika kita menemukan sesuatu yang bermanfaat, otak kita secara otomatis meningkatkan kemampuan kita untuk memperhatikan hal yang kita sukai. 

Dopamin juga dikaitkan dengan fleksibilitas kognitif, kemampuan untuk dengan cepat mengubah perhatian dan persepsi seseorang dari satu hal ke hal lain.

Tingkat kedipan telah digunakan oleh para ilmuwan untuk melacak bagaimana orang mengalokasikan perhatian mereka ketika mereka terlibat dalam berbagai aktivitas. Misalnya, tingkat kedipan mata menurun ketika seseorang menonton film yang menggugah emosi. 

Tingkat kedipan spontan saat menyelesaikan tugas yang membutuhkan fokus dan memori dapat memprediksi seberapa akurat seseorang dapat menyelesaikan tugas tersebut. Tingkat kedipan telah digunakan untuk mempelajari faktor apa yang mengganggu kemampuan pilot untuk mempertahankan perhatian mereka dan pengaruhnya terhadap kinerja penerbangan mereka.


Mendeteksi Perbedaan Neurologis

Para peneliti lalu mengeksplorasi apakah tingkat kedipan dapat membantu mendeteksi perbedaan dan gangguan neurologis, seperti penyakit Parkinson dan autisme. 

Penyakit Parkinson adalah gangguan otak yang berkaitan dengan perubahan kadar dopamin yang menyebabkan kesulitan dalam koordinasi dan keseimbangan. Obat-obatan dapat membantu seseorang dengan penyakit Parkinson, tetapi memahami bagaimana dosis obat yang berbeda memengaruhi tingkat dopamin seseorang dapat menjadi tantangan. 

Karena tingkat kedipan berkorelasi dengan dopamin, dokter telah menemukan bahwa memantau tingkat kedipan pasien penyakit Parkinson dapat menawarkan cara yang lebih mudah untuk melacak apakah suatu obat bekerja.

Tim peneliti dari Duke University baru-baru ini menerbitkan sebuah penelitian yang menunjukkan bahwa tingkat kedipan mata juga dapat menawarkan cara untuk mendeteksi tanda-tanda awal autisme.

"Menggunakan aplikasi yang diunduh di tablet, kami menunjukkan kepada ratusan balita satu set film singkat yang menarik. Beberapa dari balita ini kemudian didiagnosis menderita autisme," jelas tim peneliti. 


Film Bervariasi

Beberapa film tentang orang, seperti seorang wanita menyanyikan lagu anak-anak. Film-film lain adalah tentang objek, seperti gasing yang berputar.

Saat sekelompok balita menonton film, kamera di tablet merekam wajah anak-anak tersebut. Sebuah tim insinyur di Duke kemudian menggunakan teknologi yang disebut visi komputer untuk mengukur seberapa sering balita berkedip saat mereka menonton film.

"Kami menemukan bahwa balita neurotipikal lebih banyak berkedip saat mereka menonton film tentang orang, sedangkan balita autisme menunjukkan tingkat kedipan yang sama terlepas dari apakah mereka menonton orang atau benda," catat tim peneliti Duke. Autisme adalah suatu kondisi di mana anak sering menganggap dunia benda jauh lebih menarik daripada dunia manusia. 

"Dengan menggunakan cuplikan pendek perilaku ini (sekitar enam menit), kami dapat membedakan anak-anak yang kemudian didiagnosis autisme dengan akurasi 82 ​​persen dengan memeriksa apakah mereka cenderung menghadap layar selama film sosial digabungkan dengan tingkat kedipan mereka. Ukuran perilaku objektif ini, yang disebut 'penanda biologis', pada akhirnya dapat membantu kita melakukan pekerjaan yang lebih baik dalam mendeteksi autisme pada anak kecil."


Eksperimen yang Sulit Dilakukan

Jika Anda mencoba bereksperimen mengamati tingkat kedipan teman Anda pada saat Anda berbicara lagi, Anda mungkin menemukan bahwa itu sulit dilakukan. Menurut tim peneliti, itu sangat sulit sehingga Anda harus memusatkan perhatian Anda sedemikian rupa sehingga tingkat kedipan Anda sendiri kemungkinan besar akan anjlok. 

Ada banyak perubahan halus dalam perilaku kita yang dapat mengungkapkan banyak hal menarik yang kita anggap menarik—tidak hanya tingkat kedipan mata, tetapi juga hal-hal seperti seberapa melebar pupil mata kita dan seberapa sering kita menggerakkan kepala saat menonton film. Ternyata komputer dapat melakukan pekerjaan yang jauh lebih baik dalam mendeteksi perbedaan halus dalam perilaku kita daripada mata manusia. 

Di masa depan, kita mungkin akan semakin mengandalkan teknologi seperti computer vision untuk mendapatkan pemahaman yang lebih dalam tentang perilaku manusia.

Infografis Kinderjoy

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya