Kisah Haru Nabi Ibrahim dan Ismail AS di Balik Lempar Jumrah

Salah satu rangkaian ibadah haji adalah lempar jumrah atau lontar jamrah. Lempar kerikil ini dikaitkan sebagai simbol perlawanan umat manusia terhadap godaan setan

oleh Liputan6.com diperbarui 30 Mei 2023, 10:30 WIB
Suasana jemaah haji melempar jumrah di Mina, dekat kota suci Makkah, Arab Saudi (11/8/2019). Batu-batu yang dilemparkan diambil dari hamparan Muzdalifah. (AP Photo/Amr Nabil)

Liputan6.com, Jakarta - Salah satu rangkaian ibadah haji adalah lempar jumrah atau lontar jamrah. Lempar kerikil ini dikaitkan sebagai simbol perlawanan umat manusia terhadap godaan setan.

Mengutip laman NU, menurut jumhur ulama, hukum melontar jumrah baik Aqabah pada tanggal 10 Dzulhijjah (hari Nahr) maupun jumrah pada 3 hari tsyriq adalah wajib. Bagi yang tidak melontar jamrah Aqabah wajib membayar dam (Said bin abdul Qadir Basyinfar, al-Mughni fi Fiqh al-Haj wa al-‘Umrah, hal. 271; Abdurrahman al-Jaziri, al-Fiqh ‘ala Mazhahib al-Arba’ah, Juz. I, hal. 665).

Adapun waktu fadhilah (utama) jumrah Aqabah setelah terbit matahari dan melontar jumrah 3 hari tasyriq setelah tergilincir matahari (bakda zawal). Sebagaimana yang dilakukan Nabi Saw. berdasarkan riwayat berikut ini;

عَنْ جَابِرٍ قَالَ: رَأَيْتُ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَرْمِى اَلْجَمْرَةَ ضُحًى يَوْمَ النَّحْرِ وَحْدَهُ وَرَمَى بَعْدَ ذَلِكَ بَعْدَ زَوَالِ الشَّمْسِ -رواه مسلم

Artinya: Jabir berkata: Aku melihat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam melontar satu jumrah saja (jumrah aqabah) pada waktu dhuha hari Nahar. Dan sesudah itu hari-hari berikutnya (tanggal 11 s.d. 13 Dzulhijjah) beliau melempar (3 jumrah) setelah tergelincir matahari (H.R. Muslim).

Ada kisah mengharukan sekaligus keteguhan iman Nabi Ibrahim AS sekeluarga, di balik lempar jumrah. Ini adalah kisah Nabi Ibrahim AS yang diperintahkan Allah SWT untuk menyembelih anaknya, Ismail AS.

Nabi Ibrahim sempat bimbang. Terlebih saat setan menggoda. Akan tetapi, Nabi Ismail AS menguatkan agar apapun yang dititahkan Allah SWT segera dilaksanakan. 

 

Simak Video Pilihan Ini:


Sejarah Lempar Jumrah

Menurut buku Rujukan Utama Haji & Umrah untuk Wanita karya Dr 'Ablah Muhammad al-Kahlawi, sejarah lempar jumrah ini bermula dari kisah Nabi Ibrahim dan putranya, Ismail.

"Sang ayah Nabi Ibrahim bermimpi diperintahkan untuk menyembelihnya sebagai sesembahan. Sebelum mimpi (wahyu) ini datang, Nabi Ibrahim telah menerima banyak sekali ujian dan cobaan, mulai dari usaha membakar diri hingga harus meninggalkan istri dan sang anak dalam keadaan di tanah yang gersang tanpa air dan tanaman sama sekali," tulis 'Ablah.

Dan sekarang, lanjut dia, Nabi Ibrahim harus dihadapi ujian yang teramat berat, yakni menyembelih putra sematawayang yang sedang beranjak dewasa.

"Setelah Ibrahim menanyakan hal mimpi (wahyu) dengan sang anak, Ismail pun tak ragu dan langsung menjawab 'Wahai Ayahku, lakukanlah perintah yang engkau terima. Atas kehendak-Nya aku akan bersabar.'" ucap 'Ablah

Nabi Ismail sadar bahwa mimpi sang ayah merupakan wahyu dari dari Allah bukan bisikian setan. Saat Nabi Ibrahim siap menjalankan perintah Allah, setan menggodanya untuk merenungkan niatnya.

"Bagaimana mungkin seorang ayah tega menyembelih anak kandungnya sendiri?"

Tetapi Nabi Ibrahim tetap pada pendiriannya, ia mengabaikan segala bisikan. Akhirnya karena tidak sabar, setan menampakkan wujud aslinya dan berdiri di hadapan Nabi Ibrahim.

"Dia melarang Nabi Ibrahim, menyarankan untuk menyurutkan langkahnya dan menumbuhkan emosi kebapakannya. Tidak ada cara lain bagi Nabi Ibrahim kecuali memgambil beberapa batu kecil dan melontarnya ke arah setan (pelemparan ini tepat berada di posisi jumrah ula sekarang)," papar 'Ablah.


Keteguhan Iman Keluarga Nabi Ibrahim AS

Jemaah haji melempar batu saat melaksanakan lempar jumrah di Mina, dekat kota suci Makkah, Arab Saudi, (2/9). Lempar jumrah merupakan simbol perlawanan terhadap setan. (AP Photo / Khalil Hamra)

Melihat usahanya yang tidak mampu meruntuhkan kemantapan Nabi Ibrahim, setan merayu Siti Hajar, istri Nabi Ibrahim sekaligus ibu Nabi Ismail.

"Setan mulai mencela kemauan suaminya yang sudah tega ingin menyembelih buah hatinya. Tapi, Siti Hajar tidak menghiraukan rayuan ini karena dia sudah berulang kali merasakan pahitnya cobaan dan manisnya balasan yang diterima saat menghadapinya dengan tabah," kata 'Ablah.

Kemudian setan menampakkan wujud aslinya dihadapan Siti hajar, dia langsung melemparinya dengan batu yang berada di gengamannya (pelemparan ini tepat pada posisi jumrah wustha sekarang).

"Tetapi, setan tetap tidak patah semangat dan tidak kehabisan akal untuk mengagalkan kepatuhan ini. Sebagai upaya terakhir, dia menyerang hati Nabi Ismail yang dianggap masih rapuh. Setan menyayangkan sikap ayahnya itu," ucapnya.

Sayangnya, dia tidak tahu bahwa Nabi Ismail telah mendahulukan cintanya kepada Allah SWT. Ia telah menyerahkan jiwa dan raganya kepada Allah SWT semata.

Tidak ada pilihan lain Nabi Ismail. Ia mengambil segengam batu dan melemparkannya ke arah setan (pelemparan ini tepat berada di posisi jumrah 'aqabah sekarang).

Peristiwa agung ini patut diabadikan dalam sejarah sebagai simbol kemenangan anak manusia terhadap setan. Untuk itu, Allah SWT menjadikan peristiwa ini sebagai salah satu bentuk kegiatan di dalam ibadah haji.

Tim Rembulan

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya