Liputan6.com, Jakarta - Mononukleosis juga dikenal sebagai "mono" atau “the kissing disease," adalah infeksi virus khas yang menyerang remaja dan dewasa muda, terutama mahasiswa.
Melansir dari Times of India, Selasa (30/5/2023), virus Epstein-Barr, atau EBV, yang menyerang sekitar 95% individu, seringkali mengakibatkan infeksi. Namun, tidak semua infeksi EBV akan berkembang menjadi mono, tetapi beberapa akan berkembang, terutama pada mereka yang tidak terpapar virus saat masih anak-anak.
Advertisement
Virus mono cukup menular, karena virus tersebut dipindahkan melalui air liur, infeksi ini sering disebut sebagai penyakit ciuman.
Namun, berciuman bukan satu-satunya cara untuk membuat kontrak mononukleosis. Mono bisa menyebar melalui aktivitas seksual, berbagi peralatan atau minuman, dan cara lainnya.
Gejala the kissing disease
Berikut ini beberapa gejala mononukleosis yang khas:
- Kelelahan
- Sakit tenggorokan
- Demam dengan suhu minimal 100,4
- Berkeringat sepanjang hari atau demam di malam hari
- Mual
- Sakit kepala
- Menggigil dan nyeri tubuh
- Batuk
- Masalah dalam menelan makanan
- Nafsu makan yang buruk
- Pembengkakan kelenjar getah bening di leher dan ketiak
- Amandel bengkak
- Empedu, limpa bengkak
- Ruam kulit
Sakit tenggorokan adalah gejala yang paling parah
Banyak individu yang menganggap dirinya mengalami radang tenggorokan, padahal sebenarnya mono hadir dengan sakit tenggorokan dan pembengkakan kelenjar getah bening.
Dianjurkan menemui dokter untuk mendapatkan diagnosis yang tepat karena gejalanya seringkali bisa dikacaukan dengan penyakit menular lainnya.
Langkah-langkah pencegahan
Terus sering-seringlah mencuci tangan dengan sabun dan air hangat. Tutupi mulutmu saat Anda batuk dan bersin. Ini akan membantu menghentikan penyebaran infeksi lain yang lebih parah seperti influenza, Covid-19 dan lainnya.
Anda juga bisa konsultasikan dengan dokter untuk perawatan dan pengobatan jika Anda mengalami salah satu gejala yang disebutkan di atas. Selanjutnya, banyak istirahat dan minum banyak cairan.
Kebanyakan orang sembuh dalam dua sampai empat minggu. Namun, beberapa orang mungkin merasa lelah untuk beberapa minggu lagi.
Dalam kasus yang jarang terjadi, gejalanya bisa berlangsung selama enam bulan atau lebih.
Advertisement
Ciuman Bisa Prediksi Kondisi Kesehatan Pasangan
Ciuman kerap dilakukan sebagai tanda ungkapan sayang dan cinta pada pasangan. Ciuman bahkan terbukti bisa mengatasi stres, membuat bahagia dan panjang umur.
Namun, selain membangkitkan perasaan baik di otak, ciuman nyatanya bisa memeriksa kebugaran dan kesehatan pasangan Anda.
Melansir Bright Side, para ilmuwan dari Universitas Oxford mengatakan bahwa Anda bisa memeriksa tingkat kesehatan pasangan melalui napas dan rasanya saat berciuman.
Secara alami, bau mulut atau rasa bisa berpotensi menandakan masalah kesehatan. Selanjutnya, ketika kita berciuman, kita juga menukar zat berminyak yang disebut sebum yang diproduksi oleh kelenjar tubuh.
Zat tersebut mengandung feromon yang mengungkapkan informasi berharga tentang susunan biologis seseorang. Dengan kata lain, itu menunjukkan hal-hal yang dimiliki dua orang yang berciuman.
Para ilmuwan juga menyarankan bahwa zat ini mengungkapkan informasi hormonal yang menggoda otak untuk bertanya-tanya apakah orang ini cukup sehat untuk memulai sebuah keluarga.
Ini tentu saja dilakukan secara tidak sadar dan kita tidak benar-benar berpikir bahwa kita sedang menganalisis pasangan kita, tapi bagian bawah sadar kita secara besar-besaran berdampak pada cara kita berperilaku, walaupun kita tidak benar-benar memahami cara kerjanya.