Liputan6.com, Jakarta Sistem pembayaran tol tanpa kartu atau tanpa sentuh terancam batal diimplementasikan di ruas-ruas tol di Indonesia. Sistem bayar tol tanpa kartu terancam batal menyusul adanya kendala dan perbedaan visi antara Indonesia dan Hungaria sebagai pelaksana proyek ini.
Sistem Multi Lane Free Flow (MLFF) ini memang digarap oleh Roatex Ltd. Zrt melalui anak usahanya PT Roatex Indonesia Toll System (RITS). Belakangan, tahapan menuju uji coba MLFF perdana di Bali menemui jalan buntu. Alasannya, teknologi yang dipesan, visi kedua pihak, hingga sistem tol yang ada di Indonesia dan Hungaria ada perbedaan.
Advertisement
Direktur Utama RITS Musfihin Dahlan mengungkapkan, hingga saat ini memang pihak Indonesia dan Hungaria belum menemui kata sepakat soal penerapan MLFF.
Termasuk yang jadi catatan adalah indikator kalau sistem MLFF bisa menjamin Badan Usaha Jalan Tol (BUJT) tak kehilangan pendapatan dari penerapan tanpa palang di gerbang tol ini. Dari rencana 100 persen menangkap pemotongan tarif, usai uji coba awal ternyata sistem baru bisa bekerja sebesar 80 persen.
"Apakah bisa terlaksana tahun ini atau tahunn depan? Saya kira seperti yang saya sampaikan tadi, kalau visinya gak ketemu mungkin akan tertunda," ujar dia di Kantor Pusat RITS, Jakarta, Selasa (31/5/2023).
Teknologi
Salah satu yang jadi perhatian juga soal teknologi yang dikirim oleh kontraktor yang ditunjuk. Namun, menurut Musfihin, itu tidak sesuai dengan kualifikasi awal. Sejalan dengan pembatalan uji coba di Bali pada 1 Juni 2023, dia mengaku sudah meminta timeline terbaru soal perbaikan kepada kontraktor penggarap sistem.
"Kami sudah minta kontraktor untuk menyampaikan timeline yang baru. Tapi sampai hari ini belum disampaikan ke kita, karena mereka bersikukuh apa yang mereka desain cuma itu yang bisa mereka deliver," urainya.
"Kita cari jalan keluar supaya BUJT tak loss (hilang pendapatan) kita minta kalau gitu gini deh, 'MLFF kita terapkan tapi selama masa transiai tetap pakai barrier'. Jadi orang gak bless. Kalau karena itu ada penambahan investasi ya kita perhitungkan. Mereka kekeuh itu bukan MLFF yang mereka tawarkan," sambung dia.
Risiko Batal
Musfihin menjelaskan, awal mulanya, pihak Hungaria menawarkan sistem MLFF ini. Kemudian, pemerintah Indonesia sepakat untuk menjajalnya dengan catatan pada tahap perencanaan hingga uji coba, biaya dan risiko ditanggung oleh Roatex Ltd. Zrt Hungaria.
Atas perjanjian itu, jika pun batal diterapkan, pemerintah dinilai tidak akan mengalami kerugian secara finansial. Namun, ada waktu dan citra pemerintah yang jadi taruhannya.
"Pemerintah gak rugi, pemerintah belum bayar apa-apa, jadi saya kira pemerintahnya enggak rugi, cuma pemerintah rugi waktu, tenaga, dan image. Citra pemerintah, dan itu yang saya sangat kecewa sekali. Ini kan amanah presiden ya. Dan itu yang saya lihat kawan-kawan Hungaria, kontraktor itu gak kena ini," bebernya.
Advertisement
Peluang Masih Bisa Dijalankan
Kendati begitu, Musfihin bilang, ada kemungkinan kalau MLFF masih bisa diterapkan. Asalkan ada kesepakatan antara pihak Indonesia dan Hungaria. Baik dari sisi regulasi, maupun standar sistem yang dijalankan.
"Belum (jelas penerapannya), saya kira ini kita kembalikan ke pemerintah, pemerintah yang harus ambil keputusan kan," ujar dia.
Sebenarnya, proyek MLFF tak hanya digarap oleh Hungaria saja. Tapi ada negara lain yang bisa menjadi opsi, jika Roatex Hungaria tak menemukan kesepakatan dengan Indonesia.
"Ada, Jerman bisa, Rusia ada, Prancis sudah. Sebenarnya tidak eksklusif (Hungaria), memang yang pertama menerapkan ini, Hungaria. Dari segi teknologi sih banyak," kata dia.
Uji Coba Batal 1 Juni 2023
Uji coba sistem gerbang tol tanpa sentuh atau Multi Lane Free Flow (MLFF) di Bali batal digelar pada 1 Juni 2023 mendatang. Ada sejumlah kendala yang menghambat rencana ini bisa dilaksanakan.
Direktur Utama PT Roatex Indonesia Toll System (RITS) Musfihin Dahlan mengungkap ada berapa hal yang membuat uji coba ink urung dilakukan. Misalnya, soal perbedaan pandangan antara kebutuhan sistem di Indonesia dan yang akan disuplai dari Hungaria sebagai markas induk usaha RITS.
Utamanya soal adanya perjanjian awal mengenai kemampuan sistem MLFF menangkap 100 persen pendapatan bagi BPJT. Tapi, pada uji coba awal, baru mencapai 80 persen.
"Sampai saat ini masih 80 persen, jadi ada lost 20 persen pendapatan BPJT, ini yang membuat kita batal melakukan uji coba 1 Juni besok," ujar dia di Kantor RITS, Jakarta, Selasa (30/5/2023).
Salah satu dasar lainnya, kata Musfihin adalah adanya beda pandangan antara pimpinan RITS dan Roatex pusat di Hungaria. Antara Indonesia dan pihak Hungaria, kata dia, masih belum sejalan soal penerapan sistem MLFF ini. Dengan begitu, ini memberikan ketidakpastian sanpai kapan uji coba diundur.
"Sampai kapan tertunda? Ini akan tertunda selama antara Hungaria dan Indonesia tidak satu visi. Dan pihak Hungaria harus memahami situasi lingkungan, perilaku, dan behavior dari masyarakat Indonesia. Tidak bisa diamasakan (dengan Indonesia)," bebernya.
Dia mengisahkan, sebenarnya persiapan untuk uji coba MLFF ini sudah masuk tahap final. Ada 9 tahapan yang harus dilalui, hingga saat ini, sudah mencapai tahap ke 7. Dimana, pada rahap ini adalah finalisasi sistem dan infrastruktur yang ada.
Hanya saja, kata Musfihin, teknologi yang diminta oleh RITS kepada para kontraktor untuk penerapan MLFF di Bali tak sesuai dengan apa yang direncanakan sejak awal.
"Sampai hari ini, total yang sudah dikeluarkan itu kurang lebih 80 juta dolar. Ini kan ada tahapan proses pembangunan sistem dan apa itu, setiap saat di invoicing, tahap pertama, kedua, ketiga, ini sudah sampai tahap ketujuh, ini sudah deliver final process. Tahap 7 ini kita lihat gak ketemu nih barang nih (tidak cocok)," jelasnya.
Advertisement