Liputan6.com, Jakarta - Saham PT Bank Neo Commerce Tbk (BBYB) atau BNC betah parkir di zona merah, bersamaan dengan akumulasi kepemilikan oleh PT Akulaku Silvrr Indonesia. Teranyar, Akulaku membeli 5.914.100 lembar saham BBYB pada 26 Mei 2023.
Usai transaksi, Akulaku kini mengempit 27,19 persen atau setara 3.273.659.207 lembar saham BBYB dari sebelumnya 27,14 persen atau 3.267.745.107 lembar.
Advertisement
Melansir keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia (BEI), Selasa (30/5/2023), Akulaku tercatat makin rajin melakukan pembelian saham BBYB di tengah tren harga sahamnya yang gembos. Pada Mei saja, terdapat 16 transaksi yang diumumkan. Sebagai gambaran, jumlah kepemilikan Akulaku atas saham BBYB per 28 April yakni sebanyak 3.201.599.807 lembar atau setara Rp 26,59 persen.
Aksi beli yang dilakukan Akulaku ini bertepatan dengan penurunan harga saham BBYB. Pada perdagangan hari ini, Selasa 30 Mei 2023, harga saham BBYB ditutup turun 1,24 persen ke posisi 478 pada sesi I. Saham BBYB dibuka pada posisi 478 dan bergerak pada rentang 474-494. Melansir data RTI, frekuensi perdagangan saham BBYB tercatat sebanyak 1.862 kali. Volume saham yang ditransaksikan yakni 14,16 juta lembar senilai Rp 6,86 miliar.
Saham BBYB ditutup melemah 0,41 persen ke posisi Rp 482 per saham pada perdagangan Selasa, 30 Mei 2023. Saham BBYB dibuka melemah 6 poin ke posisi Rp 478 per saham. Saham BBYB berada di level tertinggi Rp 494 dan terendah Rp 474 per saham. Total frekuensi perdagangan 2.967 kali dengan volume 249.529 lot saham. Nilai transaksi Rp 12 miliar.
Dalam sepekan, harga saham Bank Neo Commerce turun 13,09 persen. Sedangkan dalam satu tahun terakhir, harga saham BBYB telah terkoreksi 62,66 persen.
Kinerja Keuangan Perseroan
Pada kuartal I 2023, BNC melanjutkan tren positif sebagai hasil dari transformasi perseroan di tahun ketiganya menjadi bank digital. Pada periode tersebut, perseroan mencatatkan kenaikan aset sebesar 52,54 persen menjadi sebesar Rp 19,11 triliun dibandingkan kuartal I 2022 sebesar Rp 12,53 triliun.
Kenaikan aset ini sedikit banyak ditopang dari konsistennya BNC dalam penyaluran kredit. Pada periode yang sama, BNC berhasil menyalurkan kredit sebesar Rp 10,91 triliun naik sebesar 127,02 persen dibandingkan dengan periode yang sama di tahun lalu sebesar Rp 4,81 triliun.
Sementara itu perolehan DPK di BNC juga terjadi peningkatan menjadi sebesar Rp 14,75 triliun dari Rp 9,32 triliun pada kuartal I 2022, atau naik sebesar 58,27 persen. Dari sisi pendapatan bunga bersih (Net Interest Income/NII), terdapat kenaikan signifikan sekitar 249,43 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu, atau naik dari Rp 197,92 miliar menjadi Rp 691,60 miliar pada kuartal I 2023.
Selain itu, BNC juga mampu mencetak margin bunga bersih (Net Interest Income/NIM) dengan optimal pada kuartal I 2023 secara year to date (YTD) berada di level 16,14 persen, meningkat 8,42 persen dibanding posisi periode tahun sebelumnya yang sebesar 7,72 persen.
Dari sisi Rasio Beban Operasional BNC sebesar 85,6 persen, dari 192,34 persen pada kuartal I 2022 menjadi 106,74 persen pada kuartal pertama tahun ini. Hal tersebut mengindikasikan bahwa operasional perbankan BNC menjadi jauh lebih efisien, seiring dengan transformasinya menjadi bank digital.
Dengan berbagai pencapaian positif itu, BNC berhasil mencatatkan penurunan nilai kerugian dari posisi kuartal I 2022 yang sebesar Rp 413,86 miliar, turun menjadi Rp 68,3 miliar per kuartal I 2023.
Advertisement
Rights Issue Bank Neo Commerce Kembali Alami Kelebihan Permintaan
Sebelumnya, PT Bank Neo Commerce Tbk BBYB) atau BNC gelar aksi korporasi berupa Penambahan Modal dengan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (PMHMETD) VI atau rights issue. Aksi tersebut mengalami kelebihan permintaan (oversubscribed) hingga 15 kali dari sisa saham yang belum dilaksanakan.
Rights issue BNC mengalami oversubscribed untuk yang ketiga kalinya berturut-turut setelah pelaksanaan PMHMETD IV pada Juni 2021 dan PMHMETD V di Desember 2021. Jumlah saham yang ditawarkan pada rights issue Bank Neo Commercekali ini sebanyak 2.617.133.843 saham baru, dengan harga pelaksanaan Rp 650 per saham. Dengan demikian, jumlah dana yang diterima BNC dari aksi ini sebesar Rp 1,7 triliun.
Capaian tersebut membuat modal inti BNC sudah melebihi Rp 3 triliun, atau telah telah memenuhi ketentuan Modal Inti minimum yang ditetapkan oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Selama periode perdagangan HMETD yang berlangsung pada 24 - 30 November 2022, juga periode pemesanan akhir saham tambahan di 30 November 2022, tercatat pelaksanaan HMETD terserap habis dan terjadi kelebihan pemesanan tambahan mencapai 1,16 miliar lembar saham atau setara dengan Rp 756 miliar.
Dana Rights Issue
"Tingginya animo investor ini, baik investor lama maupun baru, menunjukkan bahwa masyarakat semakin percaya terhadap kinerja positif yang ditunjukkan oleh BNC dan makin mengukuhkan posisi BNC sebagai salah satu bank digital terdepan di Indonesia," kata Head of Corporate Secretary PT Bank Neo Commerce Tbk, Agnes F. Triliana dalam keterangan resmi, Kamis (8/12/2022).
Seluruh dana yang diperoleh dari hasil PMHMETD VI, akan digunakan untuk memperkuat modal inti dan sebagai modal kerja pengembangan Usaha Perseroan. Adapun proporsi kepemilikan saham Bank Neo Commerce setelah pelaksanaan PMHMETD VI adalah Akulaku Silvrr Indonesia sebesar 25,66 persen, Gozco Capital sebesar 12,4 persen, dan Rockcore Financial sebesar 6,12 persen.
"Dukungan konsisten yang BNC terima dari berbagai stakeholders dalam beberapa tahun terakhir membuat BNC tumbuh cepat dengan menghasilkan berbagai kinerja positif yang diapresiasi pasar.” ujar Agnes.
Advertisement
Turunkan Target Dana Rights Issue
Sebelumnya, PT Bank Neo Commerce Tbk (BBYB) atau BNC melanjutkan aksi korporasi Penambahan Modal dengan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (PMHMETD) atau rights issue.
BNC resmi mendapatkan pernyataan efektif dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pada Kamis, 10 November 2022.
Mempertimbangkan kondisi market dan perekonomian beberapa bulan terakhir, Direktur Utama PT Bank Neo Commerce Tbk, Tjandra Gunawan mengatakan perseroan mengubah target dana yang diperoleh dari rights issue.
"Kami memutuskan untuk mengubah target perolehan dana dari perhelatan rights issue kami kali ini, yang awalnya sebesar Rp 5 triliun menjadi Rp 1,7 triliun. Angka ini sementara kami nilai sangat cukup untuk menjadi fuel bagi BNC dalam mengeksekusi milestones yang sudah kami rencanakan ke depannya,” kata keterangan resmi, Jumat (11/11/2022).
BNC akan menerbitkan sebanyak-banyaknya 2.617.133.843 saham baru. Setiap pemegang 18 lembar saham lama yang tercatat dalam Daftar Pemegang Saham per 22 November 2022 berhak memperoleh 5 HMETD.
Satu HMETD memberikan hak kepada pemegangnya untuk membeli satu lembar saham baru dengan harga pelaksanaan Rp 650 per saham, sehingga jumlah dana yang akan diterima oleh BNC adalah sebesar Rp 1,7 triliun.