Liputan6.com, Jakarta - Kearney, perusahaan konsultan manajemen global terkemuka, baru saja menggelar pemaparan studi bersama media yang membahas mengenai tantangan Indonesia dalam membentuk bonus demografi menjadi tenaga kerja yang siap di masa depan dalam Media Briefing yang dilaksanakan di kantor pusat Kearney, Jakarta Selatan, Selasa (30/5/2023).
Pada tahun 2022, Kearney menemukan bahwa ekonomi digital Indonesia memiliki nilai terbesar di Asia Tenggara dengan perkiraan hingga mencapai USD 77 Miliar. Namun, sebagian besar penduduk Indonesia masih belum dibekali dengan keterampilan TIK dasar yang dapat berguna di masa depan.
Advertisement
Tentu hal ini disebabkan oleh banyak faktor, salah satunya adalah aspek pendidikan dan sumber daya manusia yang menjadi faktor utama dalam pengembangan tenaga kerja siap masa depan. Meski inisiatif digitalisasi di seluruh rantai industri telah dimulai, implementasinya masih dinilai terbatas.
Indonesia memiliki ekonomi internet terbesar di Asia Tenggara, hal ini didorong oleh pengguna internet aktif yang mencapai lebih dari 200 juta pengguna. Jika melihat populasi, penetrasi internet, bonus demografi, dan jumlah pengguna sosial media, hal ini menjadi suatu potensi yang sangat besar untuk meningkatkan digital ekonomi di Indonesia.
“Pertumbuhan proporsi populasi menurut tingkat pendapatan semakin meningkat seiring berkembangnya internet. Di mana pada tahun 2010 sekitar 19%, pada tahun 2020 meningkat sebesar 31%, dan diperkirakan pada tahun 2030 semakin meningkat sebesar 49%. Hal ini merupakan pertumbuhan yang signifikan, ini lah sebabnya di tahun 2023, pertumbuhan dan perkembangan ekonomi Indonesia akan tetap signifikan jika dibandingkan dengan negara-negara lainnya,” jelas Shirley Santoso, Partner dan President dari Kearney, dalam acara Media Briefing, di kawasan Jakarta Selatan, Selasa (30/5/2023).
Potensi Bonus Demografi dan Masalah yang Dihadapi
Digital ekonomi Indonesia memiliki nilai terbesar di Asia Tenggara. Hal ini didukung oleh potensi bonus demografi Indonesia yang diperkirakan akan baik di tahun-tahun mendatang. Memiliki potensi bukan berarti tidak memiliki masalah. Menurut studi yang dilakukan oleh Kearney, Indonesia harus mengatasi masalah struktural terutama dalam pendidikan dan sumber daya manusia. Meskipun inisiatif digitalisasi di seluruh rantai industri telah dimulai, implementasi untuk menjadi sumber daya manusia yang produktif masih belum dapat direalisasikan dengan baik.
“Indonesia menyumbang 40 persen dari ekonomi digital Asia Tenggara, tetapi sebagian besar penduduk Indonesia masih belum dibekali dengan keterampilan TIK dasar yang dibutuhkan untuk bertahan hidup dalam masyarakat berorientasi teknologi saat ini,” jelas Shirley Santoso, dalam kesempatan yang sama.
Ia menjelaskan, bahwa keahlian Artificial intelligence (AI)/ Machine learning (ML), Cloud computing, Product management, dan Social Media menjadi empat keterampilan yang paling dibutuhkan untuk lapangan pekerjaan yang terus berevolusi. Setidaknya salah satu kriteria keterampilan tersebut adalah syarat yang ditampilkan pada satu dari delapan iklan lowongan pekerjaan di Amerika Serikat.
Advertisement
Pendidikan Menjadi Faktor Penting
Faktor pendidikan memiliki peran yang sangat penting dalam persiapan tenaga kerja untuk masa depan. Melalui pendidikan yang tepat, seseorang dapat memperoleh keterampilan yang relevan dengan kebutuhan pasar kerja masa depan. Pendidikan yang berkualitas memberikan pengetahuan, pemahaman, dan keterampilan praktis yang dibutuhkan dalam industri dan sektor tertentu.
“Indonesia harus segera mengembangkan infrastruktur pendidikan menjadi ekosistem digital yang kuat dan melibatkan pemerintah pusat, perusahaan swasta, BUMN, dan pelaku teknologi di bidang pendidikan. Pendanaan yang cukup dari pemerintah dapat mendukung pengembangan ekosistem pendidikan secara digital. Beban pengeluaran pemerintah dapat dikurangi dengan merancang regulasi pendanaan untuk menarik sektornya”, kata Rohit Sethi, Principal dari Kearney.
Seperti Cina dan Singapura, sistem sistem pendidikan mereka telah beradaptasi untuk menciptakan tenaga kerja masa depan. Cina mengimplementasikan kebijakan untuk mempromosikan akses universal yang menghasilkan kenaikan pendaftaran sekolah sebanyak 50% dalam 8 tahun, seperti bermain atau permainan sebagai sistem pedagogi utama pada masa prasekolah. Sedangkan Singapura meningkatkan sistem Institut Pendidikan Teknik untuk mengembangkan keterampilan teknologi dengan memperkuat kemitraannya.
Langkah Proaktif Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) dalam Mengembangkan Tenaga Kerja Siap Masa Depan
Kurikulum pendidikan harus diperbarui untuk mencakup keterampilan yang relevan dengan perkembangan industri dan teknologi. Pendidikan berkualitas harus dapat diakses oleh semua orang tanpa memandang latar belakang sosial, ekonomi, atau geografis. Investasi dalam infrastruktur pendidikan, peningkatan kualitas guru, dan pengembangan sumber daya pendidikan yang memadai akan membantu menghasilkan tenaga kerja yang terampil dan siap untuk masa depan.
“Selain mengembangkan tenaga kerja masa depan, Indonesia juga perlu menyediakan sumber daya pelatihan TIK untuk melayani masyarakat yang kurang tinggi dalam pendidikan, penduduk lanjut usia, dan perempuan,” kata Rohit.
Meskipun Indonesia saat ini belum memiliki program komprehensif untuk menyiapkan keterampilan yang dibutuhkan oleh tenaga kerja di masa depan, Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) sudah mengambil langkah proaktif untuk mengatasi masalah ini dengan membentuk platform "Digital Talent Scholarship".
Inisiatif ini bertujuan untuk mempromosikan pengembangan keterampilan digital dan menjembatani kesenjangan keterampilan digital di Indonesia, dengan fokus pada pengembangan talenta yang dapat berkontribusi pada ekonomi digital negara.
"Inisiatif Kemenkominfo untuk membentuk Digital Talent Scholarship merupakan langkah nyata untuk memajukan ekonomi digital Indonesia. Dengan membekali tenaga kerja dengan keterampilan digital yang diperlukan, Indonesia akan lebih siap untuk bersaing di pasar global dan mendorong pertumbuhan ekonomi," tutup Shirley Santoso, Managing Director Kearney Indonesia.
Advertisement