Liputan6.com, Bauchi - Bom bunuh diri meledak di dekat sebuah gereja di pinggiran Kota Bauchi, Nigeria Utara, tepat 11 tahun lalu.
Melansir Al Jazeera, Rabu (31/5/2023), saksi dan pejabat melaporkan sedikitnya ada 15 korban jiwa, tidak termasuk pelaku bom bunuh diri, dan lebih dari 30 orang terluka.
Advertisement
Pembom menargetkan gereja Living Faith pada pagi itu, di lingkungan dekat bandara di Bauchi, ibu kota negara bagian Bauchi, setelah berkendara ke kompleks gereja.
Al Jazeera melaporkan bahwa bom itu meledak di sebuah pos pemeriksaan polisi.
“Penyerang mencoba melewati barikade dan polisi bergerak untuk menyelidiki,” isi laporan tersebut.
Palang Merah mengatakan bahwa lebih dari 30 orang dirawat di rumah sakit.
Adamu Abubaker anggota tim Palang Merah mengatakan, “Polisi cenderung merasa mampu menggagalkan serangan itu.”
“Akan jauh lebih buruk jika pelaku bom bunuh diri mampu menembus gedung,” tambahnya.
Ledakan itu memakan banyak korban. Orang-orang di luar gereja jadi korban.
Mohammed Ladan, komisaris polisi negara bagian Bauchi, mengatakan bahwa petugas keamanan yang ditempatkan di dekat kompleks gereja menghentikan mobil yang membawa bom tersebut agar tidak lebih dekat dengan jamaah.
Ledakan dari mobil itu kemudian menghancurkan sebagian dinding gereja dengan jemaah yang masih berada di dalam.
Banyak pula jemaah yang mengalami luka bakar akibat ledakan tersebut.
Boko Haram, anggota sebuah kelompok Islam radikal, mengaku dalang atas serangan bom bunuh diri itu.
Aksi Terorisme oleh Kelompok Islam Radikal
Boko Haram menentang pendidikan gaya Barat dan menginginkan Nigeria untuk mengadopsi hukum Syariah di seluruh negeri.
Boko Haram mensyukuri aksi mematikannya itu, “Kami berterima kasih kepada Tuhan karena memberi kami kemenangan.”
“Kami berhasil melakukan bom bunuh diri di sebuah gereja di Yelwa di negara bagian Bauchi," kata juru bicara Boko Haram, Abu Qaqa, melalui surel.
Laporan mengatakan pelaku bom bunuh diri masuk ke kompleks gereja sekitar pukul 10 pagi dan meledakkan bahan peledaknya saat para jemaah meninggalkan kebaktian pagi, mengutip Bella Naija.
Puluhan orang melarikan diri mencari perlindungan, api berkobar di luar gereja.
“Ada kebingungan saat warga dan jemaah mencoba melarikan diri,” kata warga Timothy Joshua.
“Beberapa dari mereka, karena ketakutan, jatuh ke dalam api yang disebabkan oleh ledakan tersebut,” tambahnya.
Menurut seorang mekanik, Aliku Jon yang menyaksikan kejadian tersebut, “Ada puluhan orang tergeletak di genangan darah, banyak yang terluka termasuk dua petugas polisi.”
Advertisement
21 Mei 2012: Militer Gadungan Ledakkan Bom Bunuh Diri di Parade Tentara Yaman, 101 Orang Tewas
Bom bunuh diri juga pernah terjadi di Yaman, di tahun yang sama. Bom itu meledak di tengah ramainya parade.
Tepat 11 tahun lalu, seorang pengebom bunuh diri meledakkan dirinya pada latihan parade militer di ibu kota Yaman, Sana'a.
Aksi bom bunuh diri militer gadungan itu menewaskan lebih dari 101 orang dan disebut sebagai salah satu serangan paling mematikan di kota itu dalam beberapa tahun.
Melansir The Guardian, pengebom itu diketahui menyamar dengan mengenakan pakaian militer.
Ia berjalan ke belakang parade militer, jaraknya hanya 200 meter dari istana kepresidenan di Sana'a, sebelum meledakkan bahan peledak yang diikatkan di dadanya.
Ledakannya kecil, tetapi kedekatan pelaku bom bunuh diri dengan orang-orang di sekitarnya membuatnya sangat mematikan.
“50 orang tewas di tempat,” kata Kolonel Mohammed al-Kibsi.
Sang kolonel pun mendapat sebuah bekas luka yang menghitam akibat bom, tangan dan seragamnya berlumuran darah.
12 Mei 2003: Bom Mobil Bunuh Diri Ledakkan Kompleks Perumahan di Riyadh, 35 Orang Tewas
Kerusakan yang lebih parah terjadi, ketika sebuah bom bunuh diri meledak di kompleks perumahan Riyadh.
Ledakan besar terjadi tepat hari ini 20 tahun lalu di Riyadh, Arab Saudi. Warga sipil dan asing turut menjadi korban insiden tersebut.
Tanggal 12 Mei 2003, sebuah ledakan besar mengguncang kompleks perumahan Riyadh. Kompleks itu menampung warga Saudi juga orang asing.
Insiden ini terjadi sehari setelah Amerika Serikat memperingatkan serangan teroris di kerajaan yang memerangi lonjakan kasus kekerasan Islam.
Ledakan bom tak hanya datang satu kali, dua ledakan besar lainnya semakin memperparah kondisi dan memperbanyak kerusakan.
Melansir CNN, Senin (8/5/2023), tiga bom bunuh diri memusnahkan tiga kompleks perumahaan Riyadh, sebanyak 35 orang tewas dan setidaknya ada 200 orang terluka.
Arab Saudi menyalahkan serangan ini kepada jaringan al-Qaeda.
Sebanyak 12 orang ditetapkan sebagai pelaku bom bunuh diri tersebut.
Advertisement