Teknologi Wolbachia, Melumpuhkan Virus Dengue pada Tubuh Nyamuk Penular DBD

Teknologi wolbachia bakal diaplikasikan di Semarang. Diharapkan bisa mengurangi angka DBD di kota tersebut.

oleh Benedikta Desideria diperbarui 01 Jun 2023, 15:14 WIB
Teknologi wolbachia bakal diaplikasikan di Semarang. Diharapkan bisa mengurangi angka DBD di kota tersebut. (Foto: Kemenkes RI)

Liputan6.com, Jakarta Semarang menjadi kota pertama yang mengaplikasikan inovasi teknologi Wolbachia dalam mengatasi demam berdarah dengue (DBD). Setelah Semarang, bakal disusul oleh Jakarta Barat, Bandung, Kupang dan Bontang dalam Penyelenggaraan Pilot Project Penanggulangan Dengue melalui Wolbachia ini.

"Semarang sebenarnya berada di posisi tengah pada kasus DBD terbanyak dari ke lima kota tersebut. Namun, Semarang ini paling maju dan paling berani Walikota dan timnya. Walaupun di tengah-tengah tapi lebih progresif, jadi Semarang ini menjadi kota pertama untuk implentasi projek ini," kata Menteri Kesehatan RI Budi Gunadi Sadikin di Semarang pada 30 Mei 2023.

Budi menjelaskan bahwa dalam mengatasi Dengue bukan cuma dengan mengobati tapi juga dengan pencegahan. Upaya pencegahan yang bisa dilakukan yakni dengan vaksinasi. Lalu, upaya kedua dengan teknologi wolbachia ini.

"Nyamuknya kita bikin mandul dengan Wolbachia, jadi pencegahannya itu dengan vaksinasi dan wolbachia, wolbachia juga sudah dimulai pada tahun 2011," tutur Budi mengutip keterangan pers yang diterima Liputan6.com.

Efektivitas wolbachia telah diteliti sejak 2011 yang dilakukan oleh WMP di Yogyakarta dengan dukungan filantropi yayasan Tahija. Berdasarkan penelitian tersebut, wolbachia ini dapat melumpuhkan virus dengue dalam tubuh nyamuk Aedes aegypti.

Sehingga virus dengue tidak akan menular ke dalam tubuh manusia. Bila, nyamuk Aedes aegypti jantan berwolbachia kawin dengan Aedes aegypti betina maka virus dengue pada nyamuk betina akan terblok. Sementera itu, bila yang berwolbachia itu nyamuk betina kawin dengan nyamuk jantan yang tidak berwolbachia maka seluruh telurnya akan mengandung wolbachia.


Dampak Terasa 2 Bulan ke Depan

Menkes Budi menjelaskan bahwa dalam mengatasi DBD bukan cuma dengan mengobati tapi juga dengan pencegahan. Upaya pencegahan yang bisa dilakukan yakni dengan vaksinasi. Lalu, upaya kedua dengan teknologi wolbachia. (Foto: Kemenkes RI)

Budi mengungkapkan efek dari teknologi wolbachia tidak bisa langsung dirasakan. Namun, sekitar dua hingga empat bulan depan mulai berdamaok. 

“Nah saya berharap, temen-temen mesti sabar, ini proses penyebaran nyamuknya 6 bulan, karena mengkawinkan nyamuk, 2-4 bulan lagi mulai berdampak," kata Budi.

Ia berharap dalam satu tahun ke depan populasi nyamuk wolbachia sudah sampai 80 persen dari populasi nyamuk Aedes aegypti yang ada di Semarang. 

"Teman-teman Semarang rajin berdoa biar nyamuknya cepat berganda dan bisa segera menyebarkan nyamuk-nyamuk Wolbachia” tambahnya.

Kemarin, Selasa, 30 Mei 2023, Kemenkes sudah menandatangani kerja sama dengan Pemerintah Kota Semarang terkait proyek ini. Ada juga penyerahan paket ember wolbachia dari Menkes Budi ke kader dan masyarakatn di kawasan Tembalang.

 


Pendekatan Lokal

Wingko Semarang yang memiliki arti Wolbachia Ing Kota Semarang. (Foto: Kemenkes RI)

Walikota Semarang,  Hevearita Gunaryanti Rahaya di kesempatan yang sama menyampaikan bahwa dalam proyek inovasi wolbachia di Semarang memiliki tagline yang menggunakan diksi yang dekat dengan kota ini. Tagline-nya adalah Wingko Semarang yang memiliki arti Wolbachia Ing Kota Semarang.

“Wingko (Wolbachia Ing Kota) Semarang jadi tagline yang kita usung bersama untuk pengendalian DBD dengan Teknologi Wolbachia," kata Hevearita.

Ia berharap dengan tagline yang dekat dengan masyarakat Semarang itu, membuat program inovasi wolbachia sukses. 

"Pak Dinkes kami juga pintar membuat judul-judul singkat biar mudah di ingat oleh masyarakat, makannya dinamain Wingko Semarang. Tentunya Semarang siap mendukung dan siap jadi orang tua asuh untuk Wingko Semarang dan kami mohon doa juga agar Wingko ini bisa menurunkan DBD di Kota Semarang” tutur Hevearita Gunaryanti Rahayu.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya