Liputan6.com, Jakarta - PT Pertamina Geothermal Energy (PGEO) atau PGE telah mengumumkan kinerja perseroan hingga kuartal I 2023. Pada periode tersebut, perseroan mencatatkan peningkatan dari sisi pendapatan usaha maupun laba bersih.
Melansir laporan keuangan perseroan dalam keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia (BEI), Rabu (31/5/2023), pendapatan usaha melesat pada kuartal I 2023 naik 18,96 persen menjadi USD 102,61 juta atau Rp 1,53 triliun (asumsi kurs Rp 14.993 per dolar AS) dari USD 86,25 juta pada kuartal I 2022.
Advertisement
Laba bersih pada kuartal I 2023 naik 49,31 persen sebesar USD 46,96 juta atau Rp 704,14 miliar dari USD 31,45 juta pada periode yang sama 2022.
Sementara, beban pokok pendapatan dan beban langsung lainnya pada periode yang sama meningkat 2,99 persen menjadi USD 41,13 juta dari periode yang sama sebelumnya USD 39,93 juta.
Dengan demikian, laba bruto meningkat 32,74 persen menjadi USD 61,48 juta hingga akhir Maret 2023 dibanding periode yang sama 2022 sebesar USD 46,31 juta.
Sepanjang kuartal I 2023, Pertamina Geothermal Energy membukukan laba usaha USD 76,58 juta naik 51,04 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar USD 50,70 juta.
Aset perseroan sampai dengan Maret 2023 naik menjadi USD 2,85 miliar dari USD 2,47 miliar pada Desember 2022. Liabilitas menyusut menjadi USD 971,87 juta pada kuartal I 2023 dari tahun sebelumnya USD 1,21 miliar.
Sementara ekuitas hingga Maret 2023 naik menjadi USD 1,88 miliar dibandingkan posisi Desember 2022 sebesar USD 1,25 miliar.
Direktur Keuangan PT Pertamina Geothermal Energy Tbk, Nelwin Aldriansyah menuturkan, saat ini PGE berada di posisi keuangan solid untuk terus tumbuh secara berkelanjutan. Hal ini dibuktikan dengan tingkat debt to equity ratio (DER) yang kuat, yaitu di kisaran 40 persen.
"Pencapaian yang sangat baik ini tentunya akan menjadi pemacu kami untuk dapat terus tumbuh dan berkembang dalam menyediakan energi hijau bagi masyarakat Indonesia,” ujar dia dikutip dari keterangan tertulis.
Aset PGE
Sejalan dengan peningkatan kinerja keuangan, nilai aset PGE pun turut meningkat dibandingkan dengan Desember 2022 menjadi Rp 43,4 triliun. Peningkatan ini mencerminkan upaya PGE dalam mengoptimalkan pengelolaan dan investasi aset, yang pada akhirnya akan meningkatkan nilai perusahaan dan mendorong pemanfaatan potensi panas bumi di Indonesia.
Tidak hanya itu, PGE juga berhasil melunasi pinjaman jangka pendek (bridge loan) sebesar Rp6 triliun yang diraih dari penerbitan green bond yang berkontribusi terhadap pengurangan totalutang Perseroan pada kuartal I-2023 menjadi Rp 11,3 triliun. Hal ini menjadikan struktur permodalan PGE menjadi lebih ideal dan kuat.
Penurunan utang ini juga merupakan bukti komitmen Perseroan dalam mengelola kewajiban keuangan dengan bijaksana, yang berkontribusi pada stabilitas keuangan dan keberlangsungan bisnis perusahaan.
Secara keseluruhan, pencapaian ini menunjukkan bahwa PGE telah berhasil mengelola keuangan dengan baik, meningkatkan kinerja operasional, dan mencapai pertumbuhan yang berkelanjutan.
"Ke depan, PGE akan tetap fokus untuk memperkuat posisinya di sektor energi baru dan terbarukan (EBT) khususnya geothermal serta memberikan kontribusi yang signifikan bagi pembangunan berkelanjutan Indonesia guna menyediakan akses ke energi bersih dan ramah lingkungan yang andal dan terjangkau,” ujar Nelwin.
Advertisement
Penerbitan Obligasi Hijau
Pada 27 April 2023, PGE berhasil membukukan Rp 6 triliun dari penerbitan obligasi hijau (green bond). Dari nilai penerbitan green bond ini, PGE berhasil mencatatkan kelebihan permintaan (oversubscribed) hingga 8,25 kali. Bunga yang didapatkan green bond PGE pun sangat kompetitif, yakni sebesar 5,15 persen.
Persentase tersebut menunjukkan kepercayaan investor terhadap prospek bisnis PGE. Green bond PGE ini menjadi bond premium di secondary market yang tercatat pada Singapore Exchange Securities Trading Limited (SGX-ST) atau Bursa Efek di Singapura.
Alami Kelebihan Permintaan
Sebelumnya, PT Pertamina Geothermal Energy (PGEO) atau PGE secara resmi mengumumkan raihan positif dari penerbitan obligasi berwawasan hijau (green bond) di pasar global. Sejalan dengan komitmen perusahaan, penerbitan green bond ini merupakan upaya perseroan dalam mendukung asas keberlanjutan melalui green economy (ekonomi hijau).
Green bond PGE berhasil membukukan USD 400 juta atau Rp 5,95 triliun (asumsi kurs Rp 14.888 per dolar AS) pada 27 April 2023.
Dana tersebut digunakan Pertamina Geothermal Energy untuk membiayai kembali (refinancing) proyek-proyek pengembangan sumber daya geothermal yang telah dilakukan guna menyediakan akses ke energi bersih dan ramah lingkungan yang andal dan terjangkau bagi masyarakat Indonesia.
Penggunaan dana untuk refinancing sudah sesuai dengan Eligibility Criteria yang telah ditetapkan dalam Green Financing Framework PGE. Framework ini sudah selaras dengan Green Bonds Principles 2021, Green Loan Principles 2021, dan ASEAN Green Bonds Standards 2018.
Potensi Investasi Sektor Geothermal
Green bond PGE menjadi bond premium di secondary market yang tercatat pada Singapore Exchange Securities Trading Limited (SGX-ST) atau Bursa Efek di Singapura. Bunga yang didapatkan green bond PGE pun sangat kompetitif, yakni sebesar 5,15 persen. Persentase tersebut menunjukkan kepercayaan investor terhadap prospek bisnis PGE.
Direktur Keuangan Pertamina Geothermal Energy Nelwin Aldriansyah mengatakan, dari nilai penerbitan green bond ini PGE berhasil mencatatkan kelebihan permintaan (oversubscribed) hingga 8,25 kali atau senilai USD 3,3 miliar.
"Sentimen positif yang kami dapatkan menunjukkan kepercayaan investor terhadap potensi investasi di sektor geothermal pada khususnya dan energi terbarukan (EBT) di Indonesia. Antusiasme yang tinggi ini juga semakin mengukuhkan komitmen kami dalam mengembangkan potensi energi hijau di Indonesia," kata Nelwin dalam keterangan resminya, Senin, 22 Mei 2023.
Advertisement