Liputan6.com, Solo - Kesan angker tampak pada sebuah bangunan tua di Kecamatan Laweyan, Kota Solo, Jawa Tengah. Bangunan angker itu terlihat sudah rapuh dimakan usia.
Sesekali ada saja bagian atap yang jatuh karena terpaan angin kencang. Bangunan tersebut kerap disebut masyarakat sekitar sebagai komplek Lapangan Kadipolo.
Pada era 1980-90an, bangunan itu begitu menarik perhatian masyarakat Solo. Bukan karena kemegahannya, namun komplek itu digunakan sebagai basecamp klub ternama, Arseto Solo.
Baca Juga
Advertisement
Arseto merupakan klub sepak bola yang didirikan di Jakarta pada tahun 1978. Lima tahun berselang atau tepatnya tahun 1983, Arseto menjadikan Stadion Sriwedari Solo sebagai markas mereka.
Dikutip dari berbagai sumber, Arseto adalah klub besar kompetisi Galatama. Arseto pernah menjadi juara Galatama pada musim 1990-1992.
Kejayaan Arseto terus menggelora hingga luar negeri. Arseto pernah menjadi juara Kejuaraan Antarklub ASEAN pada tahun 1993, dan melaju ke babak 7 besar Liga Champions Asia di tahun yang sama.
Sebagai klub yang disegani saat itu, Arseto bukan saja bertabur pemain bintang. Komplek Lapangan Kadipolo kala itu menjadi salah satu basecamp klub termegah di Indonesia.
Ada mes untuk pemain senior, junior serta lapangan berkualitas yang hanya diperuntukan untuk Arseto Solo berlatih. Namun cerita tentang masa kejayaan Arseto serta komplek Lapangan Kadipolo mulai memudar setelah Arseto dibubarkan pada 1998.
Tidak Terawat
Bangunan terbengkalai ini menjadi tak terawat, lapangan juga mulai "kehilangan" rumput yang dulu begitu hijau dan tebal.
Komplek itu terlihat sedikit hidup pada pagi hari dan sore hari. Mulai pukul 07.00, lapangan digunakan secara bergantian oleh sekolah yang ada di Kelurahan Panularan.
Sore harinya giliran warga setempat atau pun sekolah sepak bola (SSB) Ksatria yang memanfaatkan lapangan sisa kejayaan Arseto Solo itu.
Setelah itu, jarang ada warga yang mau sekadar singgah, apalagi kumpul anak muda. Bukan hanya kondisi bangunan yang cukup membahayakan, ada banyak cerita mistis yang muncul dari lokasi tersebut.
Bahkan cerita itu sudah ada sejak Arseto menjadikan komplek bekas Rumah Sakit (RS) Kadipolo itu sebagai mes. Gara-gara cerita-cerita itu, sering kali sekumpulan pemuda membuktikan sendiri dengan datang ke komplek Lapangan Kadipolo pada malam hari.
Salah satunya grup Facebook "Solo Mistis Community". Para anggotanya pernah ramai-ramai datang ke lokasi tersebut.
Cerita mistis mengenai bangunan terbengkalai ini juga semakin populer setelah banyaknya kesaksian dari pada penghuninya dahulu. Konon, para pemain klub sepakbola pernah dilempari batu kerikil saat tengah malam.
Selain itu, kerap juga terdengar suara dorongan ranjang rumah sakit. Bukan hanya dari pada mantan penghuni mess ini, kejadian angker di bangunan terbengkalai ini juga pernah dialami para penjual dan pembeli angkringan di sekitar.
Kerap terdengar suara perempuan yang tengah menyanyikan langgam Jawa dengan suara yang lirih. Biasanya, suara sinden angker itu muncul saat pukul 2 hari.
Meski kini bangunan terbengkalai ini mulai dibersihkan. Kesan angker dari bangunan ini tidak bisa dihilangkan begitu saja.
Advertisement