Liputan6.com, Jakarta - Ketua Lembaga Kajian dan Kemitraan Strategis (LKKS) Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Fajar Riza Ul Haq merefleksikan, Hari Lahir Pancasila yang kini selalu diperingati setiap tanggal 1 Juni. Menurut dia, Pancasila adalah sebuah gagasan dari Presiden Soekarno yang kemudian didiskusikan oleh Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan (BPUPKI) dan disepakati menjadi dasar Negara yang diintegrasikan dalam Pembukaan Undang-Undangan Dasar 1945 dengan lima sila.
"Interaksi Soekarno dengan para anggota BPUPKI selama 3 hari sejak 29 Mei 1945 hingga 1 Juni 1945 adalah bagian dari kontemplasi dialogis dengan menyerap berbagai aspirasi sosio-antropologis bangsa yang diwakili oleh anggota BPUPKI yang mewakili berbagai golongan masyarakat," tulis Fajar dalam keterangan diterima.
Advertisement
Fajar melanjutkan, salah satu interaksi yang paling populer adalah, ketika pria yang karib disapa dengan panggilan Bung Karno itu menyampaikan kepada Ki Bagoes Hadikoesomo, yang merupakan ulama dari Yogyakarta sekaligus Ketua Umum PP Muhammadiyah periode 1942-1945, tentang gagasan kebangsaan. Ki Bagoes Hadikoesomo dan Soekarno lalu mengafirmasi dan mengapresiasi sekaligus menegaskan bahwa gagasan negara tersusun dalam urutan Ketuhanan, Kemanusiaan, Persatuan, Kerakyatan dan Keadilan.
"Hal tersebut adalah nilai-nilai dasar yang diyakini sebagai pondasi terkuat dari sebuah negara. Oleh karena itu, Pancasila dengan 5 gagasan utamanya akan terus dan tetap menjadi dasar negara dan disepakati tidak akan terganti oleh ideologi apapun," yakin Fajar.
Fajar melanjutkan, Muhammadiyah sebagai organisasi keagamaan Islam yang merupakan bagian dari pembentuk negara dan dasar negara, secara etik politik terus menerus menegaskan posisi ideologisnya bahwa Negara Pancasila bagi Muhammadiyah adalah Dar al Ahdi wa al-Syahadah atau negara konsensus dan kesaksian.
"Doktrin Dar al Ahdi wa-al-Syahadah adalah bagian dari Risalah Islam Berkemajuan yang merupakan pedoman anggota Persyarikatan Muhammadiyah dan umat Islam Indonesia," jelas dia.
Pancasila Pedoman Negara
Fajar meyakini, peneguhan sikap Muhammadiyah juga merupakan bagian dari perlawanan atas upaya-upaya kelompok tertentu yang berupaya mengganti ideologi Pancasila. Sebagai elemen bangsa, Muhammadiyah terus menerus menyimak dan mendalami berbagai dinamika nasional yang dalam batas-batas tertentu memunculkan keraguan dan pertanyaan tentang bagaimana Pancasila.
"Tugas kita semua untuk memastikan Pancasila menjadi ideologi yang bekerja dengan terus dan tetap menjadi pedoman penyelenggaraan negara, Pancasila jelas bukan alat penyeragaman yang mengikis kemajemukan," dia menutup.
Advertisement