Liputan6.com, Yogyakarta - Cerita Kapal Van der Wijck kerap dianggap sebagai salah satu cerita fiksi. Terlebih, cerita mengenai kapal ini diangkat menjadi film layar lebar.
Namun, rupanya Kapal Van der Wijck sebenarnya bukanlah fiksi. Kapal milik maskapai Belanda nyata ada dan pernah berlayar di perairan Hindia Belanda.
Meski begitu, tenggelamnya Kapal Van der Wijck pada 1936 masih menjadi misteri hingga kini. Bahkan, bangkai kapal yang disebut-sebut sebagai Titanic Indonesia itu keberadaan masih abu-abu, walaupun tim arkeolog BPCB Jatim mengklaim telah menemukan bangkai kapal penumpang terbesar di zamannya itu.
Baca Juga
Advertisement
Salah satu yang membuat yakin publik bahwa Van der Wijck tenggelam di perairan Lamongan, karena memang ada monumen Van der Wijck di Kecamatan Brondong. Konon, monumen itu dibangun Pemerintah Belanda untuk mengenang jasa nelayan lokal yang berhasil menyelamatkan penumpang kapal Van der Wijck.
Dikutip dari berbagai sumber berikut fakta menarik mengenai Kapal Van der Wijck.
1. Asal-usul Nama Kapal
Nama kapal ini berasal dari nama gubernur jenderal Hindia-Belanda yang memerintah pada 1839-1899. Gubernur tersebut bernama Jonkheer Carel Herman Aart Van Der Wijck.
Carel Herman merupakan seorang Belanda yang lahir di Ambon pada 29 Maret 1840 dan meninggal di Baarn, 8 Juli 1914. Semasa hidupnya, Carel Herman pernah melaksanakan tugas dan operasi “Pengendalian Lombok” di bawah perintah Ratu Emma van Waldeck-Pymont.
2. Kapal Penumpang Paling Indah pada Masanya
Kapal Van der Wijck adalah kapal penumpang yang mewah dan indah. Kapal tersebut juga dikenal dengan Titanic dari Indonesia. Kapal Van der Wijck memiliki panjang sekitar 97.5 meter dengan lebar 13.4 meter dan tinggi 8.5 meter.
Kapal ini terbagi menjadi tiga kelas, yakni kelas pertama dengan kapasitas 60 penumpang, kelas dua sebanyak 34 penumpang, dan geladak dengan daya tampung 999 penumpang.
3. Dibuat Pada 1921
Kapal Van der Wijck adalah kapal uap milik Koninklijke Paketvaart Maatschappij (KPM) dibuat oleh Maatschappij Fijenoord, Rotterdam tahun 1921. Tahun 1921, kapal tersebut berlayar dari Feyenoord, Rotterdam menuju Indonesia.
Saat itu kapal melayani rute kawasan perairan di Hindia Belanda dan merupakan cikal bakal pelayaran nasional Indonesia (Pelni). Saat tenggelam, kapal tersebut dinakhodai oleh B.C. Akkerman, nakhoda senior dengan pengalaman selama 25 tahun.
Selain penumpang, kapal ini pun membawa muatan kayu besi yang rencananya akan dibongkar di pelabuhan Tanjung Priok dan dibawa ke Afrika.
Tenggelam di Perairan Lamongan
4. Tenggelam di Perairan Lamongan
Kapal Van Der Wijck tenggelam saat berlayar dari Bali menuju Semarang dan akan singgah di Surabaya pada 20 Oktober 1936. Setiba di Surabaya, kapal tercatat membawa muatan 150 ton besi dan 5 buah kondensor dengan masing-masing seberat 3 ton.
Pelayaran kapal mewah tersebut berakhir di Perairan Lamongan, Jawa Timur tepatnya di 12 mil dari Pantai Brondong, Lamongan. Diduga, kapal tersebut membawa barang-barang berharga.
Tercatat 153 penumpang selamat, 58 penumpang tewas, dan 42 lainnya hilang seperti di tulis oleh de Telegraaf pada 22 Oktober 1936. Namun, sebenarnya tidak ada angka pasti karena pencatatan tidak sesuai.
Diperkirakan ada 250 orang yang ada di dalam kapal tersebut. Catatan lain menyebutkan jika jumlah penumpang pada saat itu adalah 187 warga pribumi dan 39 warga Eropa.
Jumlah awak kapalnya terdiri dari seorang kapten, 11 perwira, seorang telegrafis, seorang steward, 5 pembantu kapal dan 80 ABK dari pribumi. Kapal ini diberitakan miring saat berada 64 kilometer barat daya Surabaya.
Setelah itu, hanya butuh enam menit hingga seluruh badan kapal tenggelam. Proses evakuasi yang melibatkan banyak orang, dari nelayan, pilot pesawat terbang, hingga kapal Angkatan Laut Belanda.
Saat operasi penyelamatan, pemerintah Hindia Belanda sempat mengerahkan delapan pesawat udara Dornier dikirim untuk menyelamatkan penumpang. Termasuk kapal bantuan dan perahu nelayan setempat turut membantu mengevakuasi korban.
Sayangnya, bantuan itu tak dapat menyelamatkan penumpang kapal. Sebanyak 75 penumpang dinyatakan hilang. Namun sang nakhoda, Kapten Akkerman justru selamat dari peristiwa itu.
5. Monumen Van der Wijck di TPI Brondong
Nelayan yang tinggal di pesisir Pantai Brondong berusaha menyelamatkan para penumpang Kapal Van der Wijck. Sebagai ucapan terima kasih kepada warga dan untuk mengenang tenggelamnya kapal mewah tersebut, Pemerintah Hindia Belanda mendirikan Monumen Van der Wijck.
Monumen berdiri kokoh di kawasan pantai berbentuk seperti pos pemantau setinggi 15 meter berwarna kuning dan biru. Terdapat dua prasasti di dinding barat dan timur monumen. Prasasti terbuat dari pelat besi bertuliskan dalam bahasa Belanda dan Indonesia.
Advertisement