Liputan6.com, Jakarta - Madinah merupakan kota yang sangat istimewa di hati umat Islam. Madinah menjadi kota suci kedua setelah Makkah al-Mukarramah. Rasul SAW menjadikan kota ini sebagai kota suci (al-Haram).
Di Kota ini bersemayam jasad kekasih Allah SWT, Nabi Agung Muhammad SAW.
Bahkan, Nabi Muhammad SAW pernah berdoa agar Madinah berkahnya dua kali lipat dari Makkah. Lantas, kenapa Madinah begitu spesial bagi Rasulullah SAW?
Mengutip laman kemenag.go.id sebelum menjadi sebuah kota yang tertata dengan baik, keadaan Madinah saat kedatangan Rasulullah SAW, belum merupakan sebuah kota. Akan tetapi merupakan gugusan bukit-bukit yang terhampar luas, dan berisi oase-oase tersebar mengikutinya.
Baca Juga
Advertisement
Hal ini digambarkan oleh seorang peneliti sejarah Husain Mu’nis dalam bukunya yang berjudul “Sejarah Otentik Nabi Muhammad”. Lebih lanjut Mu’nis menjelaskan, gugusan bukit-bukit itu diapit oleh dua dataran tinggi al-bazilt al-aswad (kerikil-kerikil hitam) yang terpisahkan oleh oase-oase antara lain Quba’, Yatsrib, Sineh, Ratij, Hisaikah.
Wilayah tersebut dikuasai oleh beberapa golongan antara lain Aus, Khazraj dan Yahudi dan masing-masing menguasai oase tertentu.
Secara lebih rinci, kondisi geografis Yatsrib (nama lain Madinah) digambarkan oleh Yusno Abdullah Otta (2010:481) bahwa Madinah memiliki beberapa kelebihan dibanding daerah lainnya di wilayah jazirah arab, yaitu cocok sebagai army basement. Sebelah Barat kota Madinah terdapat lokasi yang dikenal dengan nama ‘Harrah Wabaarah’, yaitu daerah berupa bebatuan vulkanik yang menghiasi bukit-bukti.
Pada musim panas akan terasa sangat menyengat dan hanya mungkin dapat dilalui para penunggang unta. Bagian timurnya sama dengan bagian barat dan dikenal dengan nama ‘Harârah Waqîm’. Di daerah bagian selatannya merupakan daerah yang cukup produktif dan potensi untuk dijadikan lahan pertanian. Sedangkan daerah utama, merupakan daerah ‘bersahabat’ yang merupakan satu-satunya akses menuju Madinah.
Simak Video Pilihan Ini:
Asal-Usul Nama Madinah
Yatsrib merupakan nama asal kota Madinah. Di dalam kitab Akhbar al-Madinah karya Ibnu Zabalah (2003:165&184) dijelaskan bahwa Yatsrib merupakan nama seorang laki-laki dari ‘Amaliq. Bani ‘Umalaq adalah kaum yang pertama kali menempati dan memakmurkan daerah tersebut. Adapun silsilahnya adalah ‘Umalaq bin Arfakhsyad bin Sam bin Nuh As. Jadi kalau dilihat dari urutan silsilah tersebut, Yatrib merupakan keturunan ketiga Nabi Nuh As.
Sebelum menjadi sebuah kota, keadaan Yatsrib sangat jauh dari keberadaban. Kondisi sosial masih berwujud tribalisme (kesukuan), tidak ada suatu peraturan yang mengikat bersama, saling bermusuhan antar kabilah meskipun berada dalam wilayah yang sama.
Misalnya, permusuhan antara Aud dan Khazraj, juga permusuhan antara kelompok Yahudi meskipun mereka satu bangsa. Bani Quraidzah, Bani Qainuqa dan Bani Nadhir tidak pernah hidup damai dan sering terjadi pertikaian yang bahkan menjurus peperangan. Maka, jangan diharap ada kemapanan sosial, kultural, ekonomi dan hukum.
Adalah Rasululllah SAW yang menjadikan wilayah Yatsrib ini sebagai kota. Oleh sebab itu dikenal dengan nama Madinatu Rosulillah. Penyebutan ini didasarkan pada jasa dan jerih payah beliau yang mengubah dan melakukan tata wilayah sedemikian rupa, sehingga menjadi sebuah kota yang beradab.
Seperti sudah dijelaskan di atas bahwa kondisi geografis di Madinah berupa wilayah luas perbukitan dan oase dan telah dimiliki oleh kelompok-kelompok yang ada di sana. Hal ini membawa konsekuensi ada daerah kosong yang belum ada pemiliknya.
Dalam perjanjian yang dibuat dalam baiat ‘Aqobah, sebelum Rasulullah hijrah, ada kesepakatan bahwa ketika Rasulullah tiba di Madinah, beliau berhak sepenuhnya untuk menempati tanah yang kosong yang ada di Madinah. Ketika Rasulullah dan rombongan muhajin sampai di Madinah, mula-mula yang beliau bangun adalah masjid yang berfungsi ganda sebagai tempat ibadah sekaligus kegiatan sosial. Salah satu sudut masjid dijadikan kediaman beliau.
Advertisement
Strategis Secara Geografis dan Militer
Dikutip dari nu.or.id, Kota Madinah menjadi tempat hijrah umat Muslim sekaligus dijadikan ibu kota, bukan tanpa alasan. Selain cukup strategis secara geografis dan militer, juga memiliki beberapa keutamaan. Penindasan kaum Quraisy semakin menjadi. Selain Rasulullah sendiri mengalami banyak penindasan, para sahabat juga mengalami hal serupa.
Demi mempertahankan akidah, mereka rela ditindas, didiskriminasi, bahkan, nyawa siap menjadi taruhannya. Nama-nama seperti Utsman bin ‘Affan, Shuhaib bin Sinan, Abu Fukaihah dan Khabbab bin Arat, adalah sederet daftar sahabat yang mengalami siksaan pedih itu.
Bahkan, sahabat Nabi yang bernama Amar bin Yasir harus melihat ayahnya sendiri (Yasir) dibunuh di depan matanya. Belum lagi ibunya, Sumayyah, yang juga meninggal di tangan Abu Jahal. Innalihhali wa inna ilaihi raji’un. (lihat Safyurrahman al-Muarakfuri, Rahiq al-Makhtum, hal. 84-85).
Merespons kenyataan ini, Nabi dan para sahabat pun hijrah ke kota Madinah pada 622 M atau 13 tahun setelah kenabian. Instruksi hijrah itu berdasarkan perintah Allah swt. (QS. Az-Zumar [39]: 10).
Ali Muhammad ash-Shallabi menjelaskan alasan Madinah dipilih sebagai tempat hijrah sekaligus ibu kota umat Muslim saat itu. Menurutnya, Madinah kala itu belum memiliki penguasa penuh atas kota, sehingga tidak ada pajak dan penuh kebebasan.
Tentu, ini peluang emas bagi umat Muslim untuk menjadikannya sebagai basis kekuasaan. Selain itu, lanjut ash-Shallabi, posisi Madinah secara militer cukup strategis. Dari arah Barat terdapat bukit yang menjulang. Begitu pula dari bagian Timur.
Satu-satunya kawasan yang terbuka adalah bagian utara, tempat yang sempat dijadikan parit oleh Rasulullah pada tahun kelima saat perang Ahzab. Sementara dari arah lain, tidak memungkinkan untuk ditembus oleh pasukan musuh. Sebab, berupa kawasan dipenuhi dengan pohon kurma, tanaman-tanaman rindang, besar, dan sempit. Membuat musuh sulit untuk memasukinya. Sebelum hijrah, tampaknya Nabi sudah mengisyaratkan akan hal itu.
Rasulullah pernah bersabda,
إِنِّي أُرِيتُ دَارَ هِجْرَتِكُمْ ذَاتَ نَخْلٍ بَيْنَ لَابَتَيْنِ وَهُمَا الْحَرَّتَانِ
Artinya: “Sesungguhnya telah diperlihatkan kepadaku suatu negeri tempat hijrah kalian. Negeri itu sangat subur ditumbuhi dengan pepohonan kurma di antara dua bukit bebatuan yang kokoh.” (lihat as-Shallabi, Sirah an-Nabawiyah, hal. 263-264).
Keutamaan Kota Madinah
Selain alasan belum memiliki penguasa kota dan cukup strategis secara militer-geografis, Madinah memiliki beberapa keutamaan. Berikut adalah beberapa di antaranya.
1. Memiliki banyak nama
Salah satu ciri sesuatu memiliki kemuliaan adalah memiliki banyak nama. Allah swt sebagai dzat yang paling mulia memiliki banyak nama, begitupun Rasulullah sebagai makhluk paling mulia. Ibnu ‘Arabi mengutip dalam Syarah Tirmidzi, menurut sebagian sufi, Allah dan Rasul-Nya (Nabi Muhammad) mempunyai masing-masing seribu nama. (lihat Aujazul Masalik, juz 17, hal. 635)
Begitu pun Kota Madinah, karena kemuliaan yang dimilikinya, memiliki banyak nama. Di antara namanya adalah Yatsrib, Thabah, dan Al-Madinah. Untuk lebih lengkapnya, silahkan lihat kitab-kitab yang secara rinci menghimpun nama-nama Kota Madinah, seperti I’lam al-Masajid bi Ahkam al-Masajid oleh Az-Zamakhsyari dan Wafa’ al-Wafa’ bi Akhbar Dar al-Musthafa oleh Nuruddin as-Samanhudi.
2. Kota yang dicintai Rasulullah
Madinah merupakan kota yang dicintai Rasulullah SAW. Dalam salah satu doanya, beliau bersabda,
اللَّهُمَّ حَبِّبْ إِلَيْنَا الْمَدِينَةَ كَحُبِّنَا مَكَّةَ أَوْ أَشَدَّ
Artinya: “Ya Allah, jadikanlah kami cinta kepada Madinah, sebagaimana Engkau membuat kami mencintai Mekah, atau bahkan lebih besar lagi.”
Dalam riwayat Anas RA juga dijelaskan, ketika Rasulullah dalam sebuah perjalanan dan melihat dinding kota Madinah, beliau akan mempercepat laju kendaraannya agar segera tiba di kota kecintaannya itu.
3. Doa Nabi untuk keberkahan
Madinah Rasulullah saw pernah mendoakan keberkahan untuk Madinah, behkan agar diberi dua kali lipat dari keberkahan yang dimiliki kota Mekah.
Beliau bersabda,
اللَّهُمَّ اجْعَلْ بالمَدِينَةِ ضِعْفَيْ ما جَعَلْتَ بمَكَّةَ مِنَ البَرَكَةِ
Artinya: “Ya Allah jadikanlah di Madinah dua kali lipat keberkahan sebagaimana yang telah Engkau jadikan di Mekah.” Dalam riwayat Abu Hurairah juga dijelaskan, setiap penduduk Madinah baru saja panen, mereka membawanya terlebih dahulu ke hadapan Nabi untuk didoakan agar memperoleh keberkahan.
Advertisement
4. Syafa’at bagi orang yang bersabar di Madinah
Rasulullah SAW telah berjanji, barang siapa yang mengalami kesulitan di Madinah dan mau bersabar, niscaya anak mendapatkan syafa’at beliau kelak di hari kiamat.
Beliau bersabda,
الْمَدِينَةُ خَيْرٌ لَهُمْ لَوْ كَانُوا يَعْلَمُونَ، لَا يَدَعُهَا أَحَدٌ رَغْبَةً عَنْهَا، إِلا أَبْدَلَ اللهُ فِيهَا مَنْ هُوَ خَيْرٌ مِنْهُ، وَلا يَثْبُتُ أَحَدٌ عَلَى لَأْوَائِهَا وَجَهْدِهَا، إِلا كُنْتُ لَهُ شَهِيدًا أَوْ شَفِيعًا يَوْمَ الْقِيَامَة
Artinya: “Kota Madinah lebih baik bagi mereka seandainya mereka mengetahui. Tidaklah seseorang meninggalkan kota Madinah karena benci kepadanya, kecuali Allâh akan menggantikannya dengan orang yang lebih baik darinya, dan tidaklah seseorang tetap tegar atas kesusahan dan kesulitan kota Madinah, niscaya aku akan menjadi saksi dan pemberi syafa’at baginya pada hari kiamat.” (HR. Imam Muslim)
5. Keutamaan meninggal di Madinah
Rasulullah SAW berjanji, siapa yang meningal di kota Madinah, akan memperoleh syafa’at darinya.
Beliau bersabda,
مَنْ اسْتَطَاعَ أَنْ يَمُوتَ بِالْمَدِينَةِ فَلْيَمُتْ بِهَا؛ فَإِنِّي أَشْفَعُ لِمَنْ يَمُوتُ بِهَا
Artinya: “Barangsiapa bisa mengusahakan mati di Madinah, maka usahakanlah matilah di sana. Sesungguhnya aku akan memberi syafa’at bagi orang yang mati di sana.” (HR. Tirmidzi)
6. Madinah dijaga dari tangan-tangan perusak
Termasuk keistimewaan kota Madinah adalah dijaga oleh Allah dari tangan-tangan perusak. Bahkan Nabi telah memberi ancaman kepada siapa saja yang berani membuat kemungkaran di dalamnya. Laknat Allah dan azab bagi siapa saja yang merusak kota suci itu. Rasulullah saw bersabda,
لَا يَكِيدُ أَهْلَ الْمَدِينَةِ أَحَدٌ إِلَّا انْمَاعَ كَمَا يَنْمَاعُ الْمِلْحُ فِي الْمَاءِ
Artinya: “Tidak ada seorangpun yang memperdaya (membuat tipu daya) bagi penduduk Madinah kecuali dia akan binasa sebagaimana binasanya garam yang larut dalam air.” Demikianlah alasan Madinah dipilih menjadi tempat hijrah umat Muslim saat itu, berikut beberapa keutamaannya. Tentu, masih banyak keutamaan lainnya yang belum dituliskan di sini. Semoga kita termasuk orang-orang yang berkesempatan mendapatkan keutamaan kota suci itu.
Penulis: Nugroho Purbo